Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Sembari Print

I’m going mad! Oh yeah! Really! Ini bukan masalah sibuk atau nggak punya waktu. Serius deh! Ini tentang rasa tanggung jawab yang sering banget orang abaikan! Please deh! Sehari itu ada 24 jam dan semakin banyak umurnya menurut tahun masehi, semakin sedikit waktu tidur. Oke, fine . Aku nggak maksa untuk nggak tidur. Manusia butuh waktu istirahat. Perlu diingat juga bahwa manusia harus menentukan skala prioritas, mana yang perlu untuk didahulukan, yang mendesak, atau sebagaimana lain hal-nya. Gimana bisa atur waktu kalau pikiran melulu ruwet, atau terlalu menggampangkan sesuatu. Dua hal kontras, tapi keduanya mengganggu. Aku nggak melihat ini menjadi sisi yang teramat buruk untuk dijalankan. Selama prosesnya memang have fun , lebih penting memang tidak bekerja dibawah tekanan dari pihak terkait, tapi tekanan dan motivasi dari dalam diri sendiri. Oh come on , mengapa begitu complicated ? Kalau mau mendapat sesuatu yang berkualitas, tentu harus menerima ganjaran yang setimpal juga

Angin

Coba lihat semilir angin, yang datang entah dari mana dan pergi entah ke mana. Yang datang tanpa permisi dan pergi tanpa pamit. Angin menghembuskan nafasnya, tak terlihat namun bisa kurasa. Angin lembut mempermainkan rambutku, seolah belaiannya adalah bukti sayangnya pada setiap anak manusia. Ia tak bermaksud menggugurkan daun-daun hijau, ia hanya membantu dedauanan kering mewarnai tanah, menyuburkannya menjadi nutrisi kembali bagi sang pohon. Angin bermain-main menggericikkan perairan tenang, ia tak suka keheningan mencekam, tapi menciptakan musik dari setiap gerak liuk tubuhnya. Angin mencintai keadilan, ia hadir membantu penyerbukan, ia menggoyangkan suluh dan membuatnya melambai ramah pada elok padi menguning yang terhampar di sawah sana yang balas melambai. Ia membuat semua berada pada pengawasan Sang Ilahi. Ia menjatuhkan hukuman pada mereka yang melanggar hukum. Angin tak bermaksud merusak ketika pusarannya bergerak cepat, semakin membumbung tinggi ke angkasa raya. Ia tak

Deka Month

Seandainya menulis skripsi itu bisa sebebas menulis tulisan di blog ini, atau sebebas ngobrol ngalor-ngidul , atau sejelas sharing atau sekedar diskusi tukar pendapat, pasti skripsi itu bakalan lebih mudah untuk diketik tanpa terikat oleh peraturan macam apapun. Ditambah, nggak perlu detail untuk memberi penjelasan dengan alasan dibalik alasan atau memikirkan apa jawaban dibalik jawaban yang sudah diberikan. Entah merasa ngeri atau ngilu, sidang yang sebentar lagi bakal dihadapi dan nggak ada alasan buat bilang nggak siap, aku harus siap. Setelah berbulan-bulan bergulat dengan penelitian, penulisan skripsi, rasa suka dan duka, keki ataupun kesal dalam perjalanan panjang penuh peluh ini, dimana harus menghadapi dan mengontrol begitu banyak perasaan yang emosional dengan tingkat kehati-hatian dan kewaspadaan akut, akhirnya bisa menemukan jalan yang hampir bisa dikatakan, akan segera diakhiri. Rasanya seperti terlepas dari lilitan karet sayur yang dipakai buat main karet-karetan

WRITING TIME!!!

Setelah sekian lama terjadi persaingan ion positif skripsi dengan ion positif menulis ide-ide yang berseliweran di dalam otak, dimana pada waktu kemarin-kemarin itu ion postif skripsi yang menang sehingga penulisan dengan IONY dimenangkan oleh pemikiran-pemikiran how to be a good presenter , how I deliver the subject to the audience until they understand about my research , etc. Semua pertanyaan yang sebenarnya tidak mengarah kepada karakter perfeksionis dari diriku sendiri, dimana pernah dibahas sebelumnya kalau aku bukan orang perfeksionis, tapi idealis. Kenapa bisa se- nervous ini untuk presentasi kesekian kalinya di depan umum? Karena kalau presentasi di kelas, tujuan yang dicapai semata-mata untuk mendapat nilai yang baik dan presentasi atas dasar nama sendiri. Kalau nggak bisa, ya udah, malu, malu sendiri. Tapi kalau kesempatan presentasi kali ini? WEW !!! MEMBAWA NAMA-NAMA YANG… Seperti contoh pertama, aku punya keyakinan pada TUHAN-ku, maka itu nggak boleh sampa

Berkaca pada Diri

Berkaca pada diri Supaya tidak lupa sendiri Bahwa hidup yang dijalani Tidak seringan hari tadi Ini itu tidak disegani Tidak perlu menyendiri Buat apa bersedih hati Toh nanti juga terbukti Siapa yang bertahan diri Jujur itu perlu bukti Bukan sekedar muluk janji Karena yang diucapkan saat ini Adalah ungkapan dari hati Karena itu perlu teliti Menggunakan kata-kata dan cermati Bahwa kata-kata bisa nyata terjadi ADIOS.

Menjelang Tidur dari Tidak Tidur Sebelumnya

Setelah melek 23 jam, hampir mendekati 24 jam online tanpa tidur (tidur bentar sih di kereta), akhirnya draft skripsi yang sudah di revisi berhasil di jilid 3 rangkap (menyusul 1 rangkap lagi hari ini) dan diserahkan ke masing-masing penguji. Bener-bener ke- tepa sisi deadliner -nya, entah siapa. Dan disaat-saat seperti ini, tentulah secangkir kopi menemani santapan kudapan sore (lagi). Ini kebiasaan dopping yang dulu selalu aku lakukan pas di kosan, mengingat laporan berjubel yang nggak bisa ditolerir untuk tidak dikerjakan barang sekali saja absennya. Sebenarnya, aku mendisiplinkan diri sendiri biar nggak telat-telat-an ngumpulin laporan, walaupun sering banget dinilai tidak sesuai dengan kinerja, sometimes terlalu rendah untuk usaha ekstra, kadang terlalu tinggi untuk usaha minim. Kopi memang sehat diminum, dalam keadaan perut tidak kosong melompong, semisal baru melek mata sudah langsung minum kopi. Aje gile , masih terlentang, baru melek, udah minum kopi, kan bakalan

KALAP

Kalap! Begitu menuju supermarket di salah satu mall deket rumah, aku langsung ambil sebanyak-banyaknya cemilan. Bukan karena barang belanjaan ini gratis (dibayarin, nggak pakai uang aku), itu mah sudah biasa…tapi kalap kali ini karena cemilan terakhir yang aku beli minggu lalu belum aku sentuh sama sekali, tapi sudah RAIB! Well , aku paling males banget berantem gara-gara berebutan makanan. Aku, yang suka makan, wisata kuliner, untuk yang satu ini aku rada nggak pelit buat diri aku sendiri (karena biasanya aku pelit banget, terutama buat diri aku sendiri). Semisal, makan agak mahal, worth it , bersih, sehat, yah nggak masalah keluar kocek sedikit banyak. Awalnya mau belanja buat bikin macaroni schotel , tapi ternyata malah merembet kemana-mana. Yang lebih parah, karena kalap ini, pembayaran pembelanjaan membludak menjadi hampir setengah juta, gilak! Cuma buat beli cemilan dan bahan buat bikin makanan yang bakalan jadi kurang lebih dua loyang itu! Bahan membuat makanan C

Melawan OCD

Sebelum lanjut untuk mengerjakan pekerjaan yang akhir-akhir ini serasa ‘digenggam’ dengan kuat, baiklah aku menulis dulu. Jadi ceritanya itu, ada yang pernah bahas-bahas OCD. Bukan OCD program diet Om Deddy yah, tapi ini beneran penyaktit kelainan gitu. Belum jelas penyebabnya apa, mungkin ada di internet sumber lainnya, tapi karena berhubung belom baca, jadinya aku cuma mau share pengalaman pribadi aja sebelum tidur malam ini. Jadi aku itu sering yang namanya bangun jam 3 subuh buat melakukan ritual tertentu, salah satunya adalah pipis, dan setelah pipis pasti minum air mineral lagi, atau sebaliknya. Di otak aku terngiang begini, “Kalau nggak pipis nanti kebelet jadi nggak bisa tidur, nggak baik nahan pipis nanti bisa kencing batu. Habis pipis dehidrasi, nanti tenggorokan sakit, jadi perlu minum.” Atau sebaliknya, “Perlu minum supaya tenggorokan nggak sakit, habis minum perlu pipis biar nggak kebelet dan kalau nahan pipis bisa sakit.” Juga sering banget bolak-balik cuc

Dari Pengkolan Angkot

Sambil menunggu antrian makanan tercerna baru kemudian mandi, pending- kan penulisan skripsi yang sudah dikerjakan dari kemarin, tadi pagi hingga sore, aku mau nulis dulu. Mau yang sedih atau yang lucu dulu? Yang lucu dulu yah. Jadi ceritanya, tiap pagi itu kan mama anterin naik motor ke pinggir jalan raya supaya bisa naik angkot ke arah stasiun (aku beneran naik angkot loh tiap hari), nah kebetulan ada pengkolan angkot di deket pasar. Pas pertama ke sana, dikasih tahu kan jadwal keberangkatan angkot yaitu setiap pukul 6, 6.30, dan kelipatan 30 menit. Pas hari itu jam 6.30 kalau nggak salah, lewatlah angkot di depan pasar, dengan tenang aku naik. Kebesokannya, kan mama antar lagi, kata mama ke pengkolannya aja, nanti bisa langsung naik. Udah tuh, pas-pasan di pengkolan, bus nya uda mau jalan, ya uda mama kejar dikit, nyelip depannnya sambil klakson-klakson heboh. “Bang, berhenti bang, anak saya mau naik!” kata si mama. Si abang malah makin ngebut, dikira ibu-ibu mau ngel

Sekedar Mengetik dengan HP

Sambil menunggu kereta di stasiun yang menyandang nama kampus tercinta, aku mau curi-curi waktu buat ngetik dengan handphone BB pemberian dan perlu dijaga baik-baik... Hampir mencapai akhir dari suatu perjalanan dan merasa momen-momen seru untuk dikilas balik adalah hal menarik sehingga ingin mengulangnya kembali, memang sudah hal yang lumrah. Akhir perjalanan adalah saat dimana kita bisa menilai bahwa perjalanan itu berhasil dan meninggalkan kesan yang baik, atau sebaliknya. Awal kisah memang bermakna sederhana, menilai sekedarnya, menghakimi semaunya, dan mencari dengan keengganan. Walau hal itu terjadi sementara waktu, tapi dengan berputarnya sang roda waktu, semuanya jadi tampak berbeda. Seperti fotografer handal yang tau dari mana ia mengambil sudut pandang yang indah, seperti elang yang tajam melihat mangsa dan tahu mengambil kesempatan, mungkin begitu juga aku belajar dari kondisi saat ini. Ketika diawali ketakutan, tapi akhirnya ketulusan membawa perubahan. Tidak ada maks

Share some videos!!!

ADIOS

Yang Jahat itu Waktu

Nggak tahu harus mulai darimana tapi memang banyak kisah yang akhirnya mendem di kepala dan jadi buah pikir yang tak jadi terlahir membentuk untaian kata membentuk kisah… Ahhh, bahasanya berat. Aku beneran bingung mau mulai dari mana. Aku senang, sekaligus sedih. Seperti biasa, karena ini blog yang bersifat personal, jadi nggak ada salahnya untuk cuap-cuap paw-paw disini sambil nangis Bombay kan… nggak, aku lagi nggak nangis sekarang. Sedih aja dengan sang waktu yang kejam. Waktu itu pernah ditanya, siapa yang paling kejam? WAKTU!!! Kenapa? Karena nggak bisa diputar ulang, entah terlepas dari adanya mesin waktu atau nggak, tapi apa yang terjadi yah sudah begitulah adanya. Tapi beneran deh, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Jadi ceritanya kemarin itu pulang malam, memang karena miss communication sama beberapa pihak menyebabkan mama yang akhirnya menjemput di halte busway. Terus udah bête parah, tapi langsung terobati begitu ketemu dengan salah seorang sau

Kisah Refleksi Hari Ini

Sedang ingin mencoba mengetik post memakai hp adik. Nggak tahu hasilnya bakal rapi atau nggak kalau tampak komputer. Jadi ceritanya hari ini nggak kampus karena pas bangun udah merasa keganjalan yang terjadi di badan, tapi dipaksa harus bangun dari tempat tidur, karena kata mama, kalau sakit nggak boleh manja. Setelah antar kakak ke tempat penungguan bus, balik ke rumah buat gerus lemna terus diayak, aku udah berangkat ke rumah daddy buat jemput ibu. Tapi sebelum ke sana antar keponakan dulu. Ibu dan aku, mau refleksi. Gaya kan kita. Tiba di lokasi, ternyata enak juga tempatnya dan murah. Singkat cerita, direfleksi sama mbak2 yang ternyata masih 16 tahun. Bayangkan!!! Masih muda banget... dan aku merasa nggak bersyukur kalau aku ngeluh stress berat akut mengenai penelitian sementara ada orang yang nggak kalah pusing mengenai nasib dirinya. Errr... walau nasib itu jalan hidup yang katanya sih ditentukan Tuhan, tapi tetap merasa sedih aja sama mbak yang baru kerja 5 bulan di sa

Bosan Aku dengan Mainanku

Aku mencapai titik jenuh dan kebosanan, bosan pada mainan yang bahkan belum aku eksplorasi lebih lanjut. Bosan karena sebelum puas bermain aku sudah diwanti-wanti dengan kalimat, “Jangan main-main lagi.” Bosan karena melihat mainanku harus terdiam lebih dulu dibandingkan aku, karena dia terdiam lama setelah aku ajak bicara. Bosan karena tidak adanya tanggapan ketika aku ajak berkomunikasi. Bosan dengan semua yang dikatakan mainanku berulang kali, hal yang sama namun tak bisa melakukan hal yang senada dengan ucapannya. Bosan karena mainanku hanya monoton semata yang harus diperhatikan tanpa memperhatikan kembali, bosan karena tatapan mata hanya melulu aku yang menatap dirinya. Bosan karena setiap nafasnya hanya ketidaktahuan belaka bahwa mainanku itu disangka hidup padahal mati. Bosan karena ia tak menyadari waktunya yang singkat lalu habis binasa. Bosan karena keangkuhan mainanku yang tidak tahu diri. Bosan karena ia tak tahu menikmati bagaimana dimainkan. Bosan karena ia l

‘Manja’ is a Strong Word

‘Manja’ is a strong word. Sebenarnya judul ini diadaptasi dari kata-kata senior waktu dia berantem sama pacarnya (jadi ceritanya senior itu curhat) dan kata manjanya itu bukan manja, tapi sesuatu kata yang kasar. Jadi ceritanya hari Jumat itu ada ‘quality time’ antara aku, temanku, dan seseorang. Karena aku ini emang udah jarang banget jalan, nggak sering tahu jalan, kemana-mana emang kerjaannya diantar (kalau pergi jarak jauh), dan kebiasan tidur selama perjalanan entah itu di bus, kereta, mobil, pesawat, kapal laut, dan (kadang) motor sekalipun. Inilah yang menjadi penyebab aku ‘gagap jalan’, ‘peta buta’, dll. Dan ada satu percakapan kilat yang buat aku sedikit tersentak “Kamu nggak tahu jalan? Kamu manja yah, jalannya ke mall terus sih…” Gleg… aku sedikit kaget. Terus aku tanya ke saudara aku, “Emang aku ini manja yah?” “Siapa Le yang bilang?” “Ya adalah seseorang?” “Orang yang bilang kamu manja berarti nggak kenal kamu. Dia ngomong begitu karena dia nggak kena