Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2012

Momentum

Ini sih benar-benar nggak enak loh. Kamu tahu momentum kan? Dalam fisika, momentum itu kecepatan yang sangat cepat yang dialami sebuah benda di mana besarannya dapat dihitung dengan mengalikannya dengan massa benda itu sendiri. Momentum itu bersifat kekal. Kekal! Tidak ada yang berubah. Sebenarnya yang mau dijelaskan di sini adalah... Mau cerita dikit. Pernah dulu bertemu dengan seseorang, katakanlah dia adalah orang yang bener-bener dicintai. Tapi untuk sesaat aja waktu kita bersama merasakan kedekatan itu. Ibarat bola biliar, interaksi antar bola terjadi sebentar banget. Yah, kira-kira seperti itulah. Tapi seperti momentum itu, aku yakin yang namanya cinta itu akan kekal dan nggak berubah. Ya udah, sekian. Cuma mau bahas, ngerasain efek momentum itu yah kaya gitu. Ah, dan satu lagi. Grafik sin, cos, tan. Waktu itu ada yang pernah bilang, “Saya tidak suka merasakan grafik sin dan cos. Saya lebih suka merasakan grafik tan. Ketika sudutnya tepat 90 derajat, nilainya

Ada apa sih dengan tanggal ini?

Sebenarnya, cuma mau spam aja sih. Udah bertahun-tahun, entah sejak dari kapan, tapi tanggal ini selalu menjadi hari memperingati ulang tahun seseorang. Tahun ini, dia umurnya udah 19 tahun. Nggak tahu deh rupanya sekarang gimana, udah tambah tinggi atau masih pendek, udah kurus atau masih gemuk, atau udah putihan atau masih item. Di suatu tempat di ujung sana, entah di mana, tapi pastinya di belahan Bumi bagian Barat, di sebuah benua Amerika di suatu negara yang punya Presiden Barack Obama saat ini, di suatu kota yang memiliki gedung-gedung pencakar langit, kota kelahiran Benjamin Franklin, oke-lah sebut saja Philadelphia. Memang nggak jelas di mana dia sekarang, pokoknya ada di situ. Seorang pria Indonesia yang hijrah ke sana untuk mengenyam pendidikan. Bahasa Inggrisnya oke tapi lupa sama bahasa ibu sendiri, bahasa Indonesia. Setiap tanggal ini, kita, atau lebih tepatnya, aku seorang, selalu ingat dan selalu berusaha mengucapkan, “Happy birthday yah.” Meski lewat sms ma

Lo PHP Tuh

Capeklah kalau setiap kali kalau nyerempet kasus itu dan bilangnya, “Lo PHP tuh.” Kalau satu dua orang oke lah itu bercanda, tapi kalau tiap orang yang tahu masalah itu dan selalu bahas itu? Bosen. Aku juga nggak mau loh memberi harapan-harapan nggak jelas gitu. Waktu menjauh, nanti dikira aneh. Kan bagaimana orang menanggapi setiap respon yang diberikan dari orang lain, apakah baik dan buruk kemudian menjadi sebuah peluang yang menumbuhkan sebuah harapan. Kalau sekedar di bibir aja sih gampang. Bilang aja gini, bilang aja gitu, tapi untuk subjek yang menjalani cap yang diberikan oleh orang lain walau terlihat hanya sepintas lalu aja, itu nggak mudah, bung! Lagipula, mainan kaya gitu udah nggak jaman lagi. Masa mau ngambek terus, galau terus, labil terus, nyalahin orang lain terus, nggak mau tanggung jawab terus, bersembunyi terus, lari dari kenyataan terus, terus-terusan aja... Baik yang mengucapkan maupun menjadi korban dan seseorang yang dianggap pelaku, kita sudahi saj

Donor Darah Lagi

Ini udah kedua kalinya loh donor darah. Sok berani jadi akibatnya itu adalah muntah-muntah ga jelas. Pasalnya, paginya kan nggak sarapan dan emang nggak niat donor darah tapi karena terlanjur daftar buat dapetin sebutir donat aja, akhirnya donor juga. Sebelum donor, makan ketoprak dulu terus lanjut deh donor darah. Pas donor santai aja, sakit dikit sih dan ngeri waktu jarum segede bagong mesti nancep selama setengah jam di lengan kiri dan jarum itu terus aja nyedot darah buat ditampung di sebuah kantong. Itu kelamaan gara-gara pembuluh darah yang ukurannya kecil. Pas donor masih ngobrol, masih oke, masih ketawa, pas ngambil kartu donor sedikit pusing, tidur bentaran, bangun lagi, duduk lagi, ngerasa mual, minta kantong, terus muntah. Isinya cairan semua apa yang tadi dimakan, KETOPRAK. Euh... Terus pulangnya tetap aja naik bis. Untungnya ada temen yang nemenin. Terus pulang-pulang ke kos langsung tepar, tidur. Badan meriang gitu terus bekas jarumnya perih. Kata petugasnya ng

Indahlah pada WaktuNYA

Aku mengenal dikau Tak cukup lama separuh usia ku Namun begitu banyak..pelajaran Yang aku terima Sebait lagu itu ingatkan aku pada bulan Juni ini. Ada tawa dan tangis, mengharukan dan menegangkan. Seperti melakoni sebuah panggung drama dalam sebuah pentas seni Sang Mahakarya. Aku begitu tergugup. Oh ini yah yang dinamakan cinta? Kau membuatku mengerti hidup ini Kita terlahir bagai selembar kertas putih Tinggal kulukis dengan tinta pesan damai Kan terwujud Harmony Ada yang datang dan meninggalkan bekas lalu pergi, namun ada yang tinggal dan bertahan. Sebuah coretan, menjadi serentetan peristiwa merajut suatu kisah membentuk suatu alur yang harmoni. Harmoni... warna-warna itu membentuk pelangi. Berbagai warna menyatu akhirnya menjadi seberkas sinar putih. Banyaknya kejadian, pada akhirnya akan membuat lembar kehidupan putih kembali. Segala kebaikan.. Takkan terhapus oleh kepahitan Kulapangkan resah jiwa.. Karna kupercaya.. Kan berujung indah Dalam s

PADI - KASIH TAK SAMPAI

Indah.. Terasa indah.. Bila kita terbuai dalam alunan cinta.. Sedapat mungkin terciptakan rasa.. Keinginan saling memiliki Namun bila, Itu semua dapat terwujud Dalam satu ikatan cinta Tak semudah seperti yang pernah terbayang.. Menyatukan perasaan.... Tetaplah menjadi bintang dilangit Agar cinta kita akan abadi Biarlah sinarmu tetap menyinari alam ini, Agar menjadi saksi cinta kita Berdua... Berdua.. Sudah.. Lambat sudah... Kini semua harus berakhir Mungkin inilah jalan yang terbaik Dan kita mesti relakan kenyataan ini

Padi - Harmoni

Aku mengenal dikau Tak cukup lama separuh usia ku Namun begitu banyak..pelajaran Yang aku terima Kau membuatku mengerti hidup ini Kita terlahir bagai selembar kertas putih Tinggal kulukis dengan tinta pesan damai Kan terwujud Harmony Segala kebaikan.. Takkan terhapus oleh kepahitan Kulapangkan resah jiwa.. Karna kupercaya.. Kan berujung indah Kau membuatku mengerti hidup ini Kita terlahir bagai selembar kertas putih Tinggal kulukis dengan tinta pesan damai Kan terwujud harmony

Aku Hanya berusaha

Suatu saat nanti kalau kamu baca ini, semoga apa yang selama ini aku simpan bisa kau ketahui, walau hanya sedikit... Waktu itu aku inget banget, nggak akan lupa untuk yang saat ini. Stress, saat ujian datang bertubi-tubi dan sebuah harapan ditaruh di kedua pundak, aku harus masuk ke Institut di Bandung itu, atau setidaknya di PTN Favorit bangsa. Aku bingung, aku kalut, dan aku takut. Akhirnya, ketika hari itu aku datang ke sebuah ruang yang bernama kelas, aku terdiam, tak seperti biasa. Beberapa orang yang berada di sana menanyakan keadaanku. Aku hanya terdiam dan tersenyum, memaksa. Lalu setelah kegiatan itu selesai dan menyisakan aku dan kamu, kamu mengatakan satu kalimat, satu saja tapi dapat membuat aku seperti ini. “Kalau lagi nggak tenang, lagi sedih, jangan diperlihatkan pada saudara-saudara yang lain.” Aku harus tegar! Aku harus kuat! Kata-kata itu yang menyemangati diriku sendiri. Lalu, salahkah aku kalau sekarang aku tetap tertawa walau tak seperti itu ya

Kusut

Jadi inget, ini kaya masa SMP lagi loh. Waktu itu cuma bisa mandang dia dari jauh. Berangan dan bermimpi memiliki. Tapi tak sampai jua. Haha. Masa sih ini bakalan keulang lagi? Orang yang sama memperkenalkan pada dua orang yang berbeda. Keduanya berbeda. Yah sudahlah, jangan berjarak tapi... Jangan menjauh, tapi... STOP! Tapi-tapinya dihapus aja. Memang saat ini seperti itu. Jauh sejenak yah. Nanti bakalan balik lagi. Nggak lama. Beberapa tahun saja. Kalau waktu di Bumi habis, semuanya usai. Sudah, sudah. Ayo menjalani hari lagi. Jangan cengeng, tetap semangat. Tetap fokus. Tetap senyum. Haha. Jangan dibaca deh. Ini kusut banget tulisannya. Tapi tetap mau nulis. Tetap di post. Ya sudah. Siapa tahu udah terlanjur baca sampai sini. Anda orang yang rajin. ADIOS.

Nada suaramu itu loh...

Nada suaramu itu loh... Iya, kamu itu. Jangan tunjuk yang lain, kamu yang aku tunjuk. Kamu-kamu itu, yang di sana, di sini, di situ, di ujung, di samping, di depan, di belakang... Kamu yang di mana-mana. Nada suaramu itu loh. Terlalu tinggi. Kukira kau marah ternyata hanya bercanda. Nada suaramu itu loh. Terlalu rendah. Kukira kau bercanda ternyata kau sedang serius. Nada suaramu itu loh. Naik turun ibarat gelombang transversal. Kukira kau sedang bermanja ternyata kau sedang kesal. Aih, parah benar. Nada suaramu itu loh. Tak bisa kutebak. Kau ini. Maumu apa? Aku tak tahu. Coba pelan-pelan bicaranya, Nada suaramu itu loh... ADIOS.

“Gue pingin lihat lo nangis.”

“Gue pingin lihat lo nangis.” Satu statement unik itu terlontar dari bibir seorang teman yang baru saja mengenalku enam bulan. Baru enam bulan saja kita saling kenal, saling tahu karena berada di suatu lingkungan dan posisi yang sama. Lucu, menurutku lucu. Dia itu seorang pengamat diam-diam. Dia melihatku tertawa, dia melihatku bercanda. Tiap hari selalu ada senyum. Ketika teman yang lain menangis karena nilai, atau karena ada suatu kejadian yang membuat mereka sedih lalu mereka menangis. Dia hanya heran, dia melihatku tetap diam ketika ada yang menyakiti, ketika nilai terasa menghimpit. Dia katakan ini dan itu, menceritakan suatu kisah hidupnya yang menegangkan dan kadang sedih. Tapi aku tetap pada posisiku, diam, lalu tersenyum. Dia bingung, kenapa tak ada air mata pada wajahku. Apa yang dapat membuatku menangis. Dia mencari cara, mencari cela untuk dapat mencapai tujuannya itu. Sampai ketika kita menunggu bus di halte, berdua, dia mengeluarkan statement itu. “Gue

Pohon Karet

Manusia, aku tahu kau yang menanamku dan merawatku. Di tanah tempat aku tumbuh, di situlah aku lahir. Kau memberiku minum dan memupukiku. Dalam dadamu, aku tahu kau berharap bahwa aku cepat bertumbuh, besar dan kokoh. Ada sorot harapan dalam pancaran matamu dan selalu ada bisikan untuk menyemangatiku. Manusia, aku tahu betapa letihnya kau bekerja, dari satu pohon ke pohon yang lain. Sayatan dan goretan di batang kami adalah bukti pengabdian kami. Aku tahu, harapanmu agar aku dapat memberimu hasil. Kau tak mau aku ada untuk kesia-siaan. Irisan melintang dan dalam, membuat aku menangis. Sakit dan perih. Tapi aku tetap bertahan. Kau menadahkan air mata itu lalu mengolahnya jadi suatu bentuk. Aku bersyukur ada suatu hasil yang bisa kuberikan. Ketika luka itu sembuh, tetap meninggalkan bekas. Lalu kau membuat sayatan baru lagi dan hal itu terulang kembali. Tiap kali sakit, tiap kali aku menangis menahan nyeri. Tapi tak mengapa manusia, tak mengapa. Satu hal saja yang kuin

Tetap Tegar

Seberapa pun kerasnya aku berusaha untuk tetap tegar... Seberapa pun kerasnya aku untuk menahan... Seberapa pun kerasnya aku berusaha untuk tetap bertahan... Tetap saja kukatakan, ini menyakitkan. Aku tahu, aku tahu. Semua juga merasakan. Semua juga sedih. Semua punya rasa nyeri, tapi tak sama tingkatnya. Ada yang langsung menerima, ada yang sembuh kemudian. Tapi satu kabar, satu cerita, buat aku tersenyum. Inikah ujian itu? Supaya ada kesehatian, ada kerelaan, ada kesetiaan, ada pengorbanan, ada kasih, ada harapan, ada cinta. Inikah yang akan jadikan kami lebih kokoh? Sayatan panjang, tentulah luka itu akan menganga. Masakan memori dulu harus bangkit lagi? Telah berapa banyak waktu kuhabiskan dalam air mata? Sakit dan sakit. Bahkan kata-kata tak mampu lagi melukiskan sebuah perasaan yang begitu memilukan. Untaian cerita kehilangan sapuan pesonanya untuk ungkapkan suatu kisah. Manis dan pahit. Hitam dan putih. Bersih dan kotor. Berbagai hal yang

Satu Tetes

Satu tetes, dua tetes. Ketika tampungan-tampungan pengisian air terisi penuh oleh air mata, rasa nyeri ini tak kunjung mereda. Entah bagaimana suatu luka menggores teramat dalam di tempat yang bernama 'hati.' Bagiku, memilikimu seperti pungguk merindukan bulan. Segala yang kuidamkan adalah mimpi. Kau mimpi itu. Salah satu hal indah dan gairah hidup itu adalah momen bersama dirimu. Aku tak tahu, jangan tanyakan aku kapan cinta ini ada dan bagaimana datangnya. Seperti angin, kita hanya dapat merasakannya tanpa tahu dari mana ia datang dan ke mana ia pergi. Kenapa? Adalah kata tanya yang tak perlu terucap. Satu kata yang mampu merobek jiwa, membuat rindu jadi sendu. Ketika jari jemari menuliskan kata demi kata... Tak mampu jua membawa semua kenangan yang telah lalu. Aku hampir gila. Tak bisa berpikir lagi. Aku merasa ini mimpi buruk. Tolong bangunkan aku. Mungkin aku terjerat oleh sang waktu. Aku hanya perlu bangun dan berharap semua baik-baik saja. Tapi, memang

Cuaca dan Mood

Hari ini hujan, dari pagi cuacanya udah mendung. Kok jadi ikutan mendung yah? Mikirin jam sepuluh mesti balikin buku, nunggu jam 12 buat ketemu orang dan jam 1 kerja kelompok, terus sore jam lima mesti rapat. Waktunya bolong-bolong. Emang sih udah prepare bawa laptop. Tapi jadinya bolak-balik gedung A buat online dan itu supaya suasananya sepi, adem ayem. Tapi, rame terus, hujannya parah, angin kenceng dan hawa dinginnya, brrrr... Dan kejadian kemarin bikin berpikir-pikir, pikirin terus. Hari ini kalau ketemu gimana yah? Diem aja atau ngomong? Diem salah karena nanti dianggep kenapa gitu, kalau ngomong, yah, nanti omongannya salah lagi. Waduh, jadi serba salah yah. Mendung, hujan, angin kenceng, awannya warna hitam, langit biru gelap, cuaca ini... Masa sih mood itu tergantung cuaca. Kalau panas happy-happy aja gitu? Palingan teriak, “Panas!” Kalau hujan teriaknya, “Hujan! Basah! Dingin!” Jadi siapa yang serba salah. Jadi manusia yang ribet itu nggak oke. Waduh, ma

Anak Kecil

Anak kecil bukan berarti selalu mereka yang berjiwa kekanakan. Menurut saya, ada hal yang penting yang perlu dicontoh dari seorang anak kecil. Pertama, tentu saja kepolosannya. Mereka melakukan ini dan itu secara bebas, tidak tertekan oleh kritik dari sekeliling mereka. Mereka selalu ingin tahu, bertanya ini dan itu bukan karena ingin dianggap pintar, untuk menjadi stalker atau biang gosip, mereka bertanya karena memang ingin tahu, melepaskan diri dari ketidaktahuan, kebingungan, dan apa yang belum mereka kenal. Kedua, kerendahan hati. Seorang anak kecil akan meminta maaf bila melihat ayah ibunya marah, merusak barang kakaknya, dan kebanyakan dari mereka mau mengakui kesalahan, dan tidak banyak berkilah. Seorang anak kecil juga akan menyetujui untuk memaafkan orang lain, walaupun ini semua arahan dari orangtuanya. Namun, mereka menurut saja karena merasa diri belum mengetahui apa-apa namun orangtua mereka lebih tahu dan lebih baik dari mereka. Ketiga, keberanian. Ketika

Dimengerti Terus

Manusia itu selalu ingin dimengerti. Dimengerti disaat sedang sedih, marah, takut. Kebanyakan dari mereka ingin dimengerti dalam posisi diam. "Aku diam, tapi mengertilah aku." Seperti itulah kira2 yang diinginkan oleh manusia. Aku, aku salah satu dari orang tipe itu. Mungkin kamu juga begitu. Tapi keegoan dari tiap individu mempunyai tingkatan yang berbeda. Ada yang lebih tinggi, ada yang lebih kecil. Diantara semuanya itu pastilah ada pihak yang mengalah, yang dituntut untuk mengerti orang lain meskipun dirinya sendiri, kepentingan dan masalahnya harus diabaikan. Muncul istilah pengorbanan. Tapi apakah definisi pengorbanan itu yang hakiki? Pihak 'Pengorban' adalah pihak yang harus meminta maaf, pihak yang bersalah tiap waktu yang dalam tingkah lakunya wajib dipermasalahkan. Mereka adalah kumpulan orang yang seolah tak berguna dan perlu dihukum atas kesalahan kecil yang mereka lakukan, disingkirkan, dan diabaikan dalam kehidupan sosial yang ada. Begitul