Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2014

Sembari Print

I’m going mad! Oh yeah! Really! Ini bukan masalah sibuk atau nggak punya waktu. Serius deh! Ini tentang rasa tanggung jawab yang sering banget orang abaikan! Please deh! Sehari itu ada 24 jam dan semakin banyak umurnya menurut tahun masehi, semakin sedikit waktu tidur. Oke, fine . Aku nggak maksa untuk nggak tidur. Manusia butuh waktu istirahat. Perlu diingat juga bahwa manusia harus menentukan skala prioritas, mana yang perlu untuk didahulukan, yang mendesak, atau sebagaimana lain hal-nya. Gimana bisa atur waktu kalau pikiran melulu ruwet, atau terlalu menggampangkan sesuatu. Dua hal kontras, tapi keduanya mengganggu. Aku nggak melihat ini menjadi sisi yang teramat buruk untuk dijalankan. Selama prosesnya memang have fun , lebih penting memang tidak bekerja dibawah tekanan dari pihak terkait, tapi tekanan dan motivasi dari dalam diri sendiri. Oh come on , mengapa begitu complicated ? Kalau mau mendapat sesuatu yang berkualitas, tentu harus menerima ganjaran yang setimpal juga

Angin

Coba lihat semilir angin, yang datang entah dari mana dan pergi entah ke mana. Yang datang tanpa permisi dan pergi tanpa pamit. Angin menghembuskan nafasnya, tak terlihat namun bisa kurasa. Angin lembut mempermainkan rambutku, seolah belaiannya adalah bukti sayangnya pada setiap anak manusia. Ia tak bermaksud menggugurkan daun-daun hijau, ia hanya membantu dedauanan kering mewarnai tanah, menyuburkannya menjadi nutrisi kembali bagi sang pohon. Angin bermain-main menggericikkan perairan tenang, ia tak suka keheningan mencekam, tapi menciptakan musik dari setiap gerak liuk tubuhnya. Angin mencintai keadilan, ia hadir membantu penyerbukan, ia menggoyangkan suluh dan membuatnya melambai ramah pada elok padi menguning yang terhampar di sawah sana yang balas melambai. Ia membuat semua berada pada pengawasan Sang Ilahi. Ia menjatuhkan hukuman pada mereka yang melanggar hukum. Angin tak bermaksud merusak ketika pusarannya bergerak cepat, semakin membumbung tinggi ke angkasa raya. Ia tak

Deka Month

Seandainya menulis skripsi itu bisa sebebas menulis tulisan di blog ini, atau sebebas ngobrol ngalor-ngidul , atau sejelas sharing atau sekedar diskusi tukar pendapat, pasti skripsi itu bakalan lebih mudah untuk diketik tanpa terikat oleh peraturan macam apapun. Ditambah, nggak perlu detail untuk memberi penjelasan dengan alasan dibalik alasan atau memikirkan apa jawaban dibalik jawaban yang sudah diberikan. Entah merasa ngeri atau ngilu, sidang yang sebentar lagi bakal dihadapi dan nggak ada alasan buat bilang nggak siap, aku harus siap. Setelah berbulan-bulan bergulat dengan penelitian, penulisan skripsi, rasa suka dan duka, keki ataupun kesal dalam perjalanan panjang penuh peluh ini, dimana harus menghadapi dan mengontrol begitu banyak perasaan yang emosional dengan tingkat kehati-hatian dan kewaspadaan akut, akhirnya bisa menemukan jalan yang hampir bisa dikatakan, akan segera diakhiri. Rasanya seperti terlepas dari lilitan karet sayur yang dipakai buat main karet-karetan

WRITING TIME!!!

Setelah sekian lama terjadi persaingan ion positif skripsi dengan ion positif menulis ide-ide yang berseliweran di dalam otak, dimana pada waktu kemarin-kemarin itu ion postif skripsi yang menang sehingga penulisan dengan IONY dimenangkan oleh pemikiran-pemikiran how to be a good presenter , how I deliver the subject to the audience until they understand about my research , etc. Semua pertanyaan yang sebenarnya tidak mengarah kepada karakter perfeksionis dari diriku sendiri, dimana pernah dibahas sebelumnya kalau aku bukan orang perfeksionis, tapi idealis. Kenapa bisa se- nervous ini untuk presentasi kesekian kalinya di depan umum? Karena kalau presentasi di kelas, tujuan yang dicapai semata-mata untuk mendapat nilai yang baik dan presentasi atas dasar nama sendiri. Kalau nggak bisa, ya udah, malu, malu sendiri. Tapi kalau kesempatan presentasi kali ini? WEW !!! MEMBAWA NAMA-NAMA YANG… Seperti contoh pertama, aku punya keyakinan pada TUHAN-ku, maka itu nggak boleh sampa

Berkaca pada Diri

Berkaca pada diri Supaya tidak lupa sendiri Bahwa hidup yang dijalani Tidak seringan hari tadi Ini itu tidak disegani Tidak perlu menyendiri Buat apa bersedih hati Toh nanti juga terbukti Siapa yang bertahan diri Jujur itu perlu bukti Bukan sekedar muluk janji Karena yang diucapkan saat ini Adalah ungkapan dari hati Karena itu perlu teliti Menggunakan kata-kata dan cermati Bahwa kata-kata bisa nyata terjadi ADIOS.

Menjelang Tidur dari Tidak Tidur Sebelumnya

Setelah melek 23 jam, hampir mendekati 24 jam online tanpa tidur (tidur bentar sih di kereta), akhirnya draft skripsi yang sudah di revisi berhasil di jilid 3 rangkap (menyusul 1 rangkap lagi hari ini) dan diserahkan ke masing-masing penguji. Bener-bener ke- tepa sisi deadliner -nya, entah siapa. Dan disaat-saat seperti ini, tentulah secangkir kopi menemani santapan kudapan sore (lagi). Ini kebiasaan dopping yang dulu selalu aku lakukan pas di kosan, mengingat laporan berjubel yang nggak bisa ditolerir untuk tidak dikerjakan barang sekali saja absennya. Sebenarnya, aku mendisiplinkan diri sendiri biar nggak telat-telat-an ngumpulin laporan, walaupun sering banget dinilai tidak sesuai dengan kinerja, sometimes terlalu rendah untuk usaha ekstra, kadang terlalu tinggi untuk usaha minim. Kopi memang sehat diminum, dalam keadaan perut tidak kosong melompong, semisal baru melek mata sudah langsung minum kopi. Aje gile , masih terlentang, baru melek, udah minum kopi, kan bakalan

KALAP

Kalap! Begitu menuju supermarket di salah satu mall deket rumah, aku langsung ambil sebanyak-banyaknya cemilan. Bukan karena barang belanjaan ini gratis (dibayarin, nggak pakai uang aku), itu mah sudah biasa…tapi kalap kali ini karena cemilan terakhir yang aku beli minggu lalu belum aku sentuh sama sekali, tapi sudah RAIB! Well , aku paling males banget berantem gara-gara berebutan makanan. Aku, yang suka makan, wisata kuliner, untuk yang satu ini aku rada nggak pelit buat diri aku sendiri (karena biasanya aku pelit banget, terutama buat diri aku sendiri). Semisal, makan agak mahal, worth it , bersih, sehat, yah nggak masalah keluar kocek sedikit banyak. Awalnya mau belanja buat bikin macaroni schotel , tapi ternyata malah merembet kemana-mana. Yang lebih parah, karena kalap ini, pembayaran pembelanjaan membludak menjadi hampir setengah juta, gilak! Cuma buat beli cemilan dan bahan buat bikin makanan yang bakalan jadi kurang lebih dua loyang itu! Bahan membuat makanan C

Melawan OCD

Sebelum lanjut untuk mengerjakan pekerjaan yang akhir-akhir ini serasa ‘digenggam’ dengan kuat, baiklah aku menulis dulu. Jadi ceritanya itu, ada yang pernah bahas-bahas OCD. Bukan OCD program diet Om Deddy yah, tapi ini beneran penyaktit kelainan gitu. Belum jelas penyebabnya apa, mungkin ada di internet sumber lainnya, tapi karena berhubung belom baca, jadinya aku cuma mau share pengalaman pribadi aja sebelum tidur malam ini. Jadi aku itu sering yang namanya bangun jam 3 subuh buat melakukan ritual tertentu, salah satunya adalah pipis, dan setelah pipis pasti minum air mineral lagi, atau sebaliknya. Di otak aku terngiang begini, “Kalau nggak pipis nanti kebelet jadi nggak bisa tidur, nggak baik nahan pipis nanti bisa kencing batu. Habis pipis dehidrasi, nanti tenggorokan sakit, jadi perlu minum.” Atau sebaliknya, “Perlu minum supaya tenggorokan nggak sakit, habis minum perlu pipis biar nggak kebelet dan kalau nahan pipis bisa sakit.” Juga sering banget bolak-balik cuc