Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2012

Air Minum Mineral Bagus

Kalian tahu kalau meminum air mineral setiap hari itu baik? Mengapa? Karena air mineral mengandung ion-ion logam yang baik untuk tubuh, dengan kadar yang tepat tentu saja. Logam yang dimaksud di sini itu bukan seperti emas, besi, perak, baja, seperti yang kita bayangkan. Kamu tahu garam dapur? Sesungguhnya unsur penyusunnya itu mengandung logam, yaitu logam Na+. Natrium, kalium, mangan, besi, magnesium, dan lain sebagainya berperan sebagai elektrolit. Ada yang berfungsi mengalirkan oksigen di dalam darah, ada yang berfungsi dalam pembentukan tulang, menjaga pH tubuh, menjaga agar tubuh tidak kekurangan cairan, dan masih banyak lagi. Tapi ingat, dengan catatan sesuai kadar, bukan air ledeng yang dimasak aja terus bilangnya mengandung logam. Salah pengertian loh. Logam-logam berat seperti timbal, arsen, merkuri, itu tidak boleh dikonsumsi, sekecil apapun kadarnya. Makanya, air ledeng yang dimasak itu tidak menjamin kualitasnya. Apalagi air jaman ini sudah banyak yang tercemar ole

Sejarah Kimia

Ini kisah yang cukup tragis mungkin tapi fenomenal. Nggak ding, itu terlalu lebay. Pokoknya ini suatu kisah yang bikin berdehem-dehem. Jadi gini, sewaktu baru menjadi seorang murid SMA kelas 1 awal, memang, tidak terlalu kaget dengan adanya pelajaran kimia karena sewaktu SMP dulu pernah ada pendahuluan sedikit mengenai pelajaran kimia dasar tentang apa itu atom, kaidah oktet, dan tabel periodik. Tapi entah kenapa, pas ulangan kimia pertama itu aku dapet 76, KKM 75, sudah baguskah itu? Tentu saja bagus, syukur-syukur lulus kan? Tapi ternyata sekolah super ini nggak mikirin tentang “ Yang penting lulus. ” Ahhhh, kalau cuma sekedar lulus, anda akan kalah saing. Di sini itu kompetisinya ada bagaimana mendapat nilai 100! Well, dengan nilai 76 itu apa aku bangga? Nope! Itu adalah nilai terendah dan terjelek di kelas yang entah kenapa sangat pintar-pintar itu. Itu kelas A. 10-A. Sepuluh A! Alhasil, beginilah terjadi suatu adegan yan cukup memilukan. “ Lo dapet berapa Le? ” tanya

Pertanyaan untuk Kita Renungkan

Kalau ngomong tentang cinta, hal ini akan langsung terbayang kisah-kisah indah maupun sedih selayaknya di sinetron-sinetron remaja, namun akhirnya berbahagia juga tapi tampaknya pada aplikasi yang ada tidak semudah itu untuk dipaparkan dan tidak sesederhana itu untuk diceritakan. Kenapa yah dari pengalaman yang sudah-sudah, adalah mereka yang deket dan kita sayangi, yang kita cintai yang seringkali menyakiti kita? Kenapa juga ada kisah cinta yang belum bisa bersatu, malahan harus melihat orang yang dicintai itu bersama yang lain? Apa benar cinta itu tak harus memiliki? Apa semudah itu mengatakannya? Namun, bagaimana ketika kamu dihadapkan pada kenyataan yang seperti itu? Apa masalah yang terjadi itu harus terus berputar di tempat? Terulang lagi, salah lagi. Bukankah seekor keledai yang dianggap binatang lemah dan bodoh tidak akan jatuh ke lobang yang sama untuk kedua kalinya walaupun mungkin ia akan terjatuh di lubang yang lain. Rasanya ingin tertawa terbahak saja ketika masa

Tolong, jangan sakiti dia

Kamu tahu bahwa tidaklah mudah bagiku pada awalnya untuk menerima dan menjalankan ini semua, tapi akhirnya ketulusan dan kepasrahan pada TUHAN-ku yang membuat aku sanggup berada di dalam rencana-NYA. Kamu dan aku, kita sama-sama tahu bahwa kita sama-sama mencintainya. Jagalah hatinya, bukankah itu yang kau janjikan pada awalnya? Tolong, jangan sakiti dia. Kamu pasti mengerti tiap tetes air mata kesakitan dan kesedihan, atau teriakan dalam hati namun tak bersuara. Dan ketahuilah, itu yang aku rasakan sampai saat ini. Kekuatanku tak seberapa Dik, atau harus kupanggil kau Bunda? Mengapa kau uji aku sampai sejauh ini untuk mengukur seberapa lama lagi aku bertahan dalam kondisi seperti ini, dengan menyakiti dirinya? Kau beruntung Dik, kau beruntung Bunda, bisa berada di posisimu saat ini. hargailah, tolong, hargailah! Seberapa banyak lagi harus kau buat kesalahan yang sama? Seberapa lama lagi kau mau berdiri di atas sikapmu yang seperti itu? Tolong, mengertilah perasaanku. At

Pejalan

OLEH :  Ragil Koentjorodjati Seorang pejalan, bercerita segala sesuatu yang ditemu di jalan. Tentang pohon, tentang kayu, tentang tanah, tentang batu. Tentang yang lekat, tentang yang luruh, tentang igau atau denyut semak perdu. Angin barangkali diam, tetapi sunyi seringkali lebih lolong dari pecahan hati. Kaki goyah harus tetap kokoh menopang dada -tempat kenangan bersemayam-, juga benak -tempat resah berlabuh dan hiruk pikir berkecamuk-. Tidak banyak hal dapat dibawa dalam kantung nasib.  Lorong panjang kadang bercecabang.  Cukupkan bekal untuk esok sehari.  Sebab lusa, -mungkin datang, mungkin juga tidak-. Hari adalah hitungan rasa bosan.  Dan waktu telah menjelma pemburu.  Mata lintang pukang mencoba untuk tidak tertipu fatamorgana.  Telinga sedikit berkarat.  Banyak suara tetapi tidak banyak lagi yang didengar selain isak dan tangis.  Selebihnya air mata yang berbicara.  Mulut sesekali tersenyum pada siapa saja yang kebetulan berpapasan.  Sepotong firman terlipa

Saya Suka Membaca

Rasanya akhir-akhir ini jarang sekali membuka Ms. Word untuk sekedar mengetik barang sepatah-dua patah-dan berpatah-patah kata lainnya. Begitu melihat jam dinding, ah, sudah tengah malam, sudah jam 12 dini hari, besok harus masuk pagi untuk kuliah atau terkadang bahkan tugas di depan mata belum juga usai. Lantas, bagaimana menyediakan waktu untuk mengetik? Perenungan? Ide? Banyak bung! Saking banyaknya, buah pikir ini melakukan ekspansi otak lalu karena volume yang konstan namun suhu dinaikan, terjadilah kebocoran ide karena tekanan yang terus menerus bertambah namun kapasitas tempat tak memenuhi. Bahasanya saya sederhanakan dengan LUPA. Jadi mau bahas apa kita malam ini dibulan yang kesepuluh namun kedelapan ini? Ya sudah, saya mau curhat aja. Bukan curhatan galau kok jadi tenang. Pasang posisi duduk yang oke kemudian mata yang fokus namun bahumu sedikit di relaksasikan. Mari kita mulai bercerita, atau lebih tepatnya saya yang memulai cerita. Pada dasarnya, saya tahu saya i