Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

Keserakahan Manusia

Kalau waktu selalu menjadi alasan untuk meraup uang, kalau waktu menjadi budak atas diri Kekacauan yang terjadi Sebab keserakahan manusia adalah penghancur dan ke-naif-an belaka Kalau penutup itu hanya sebagai selubung segala kejahatan supaya terlihat nyata bahwa suci diri Sesungguhnya semuanya adalah kebohongan keji Sebab keserakahan manusia adalah penghancur dan ke-naif-an belaka Kalau pencerminan diri hanyalah untuk menampilkan sesosok bayangan dari seonggok daging ditopang tulang Kemunafikan merajalela, merajai setiap pikiran untuk berbohong Sebab keserakahan manusia adalah penghancur dan ke-naif-an belaka Kalau hanya keuntungan dari kepicikan dan kebulusan untuk meraih hal yang dinamakan nilai Tumpang tindih saling sikut terjadi Sebab keserakahan manusia adalah penghancur dan ke-naif-an belaka Kalau kaki dan tangan serta tubuh yang berlenggok adalah persembahan yang menjijikan Kemesuman dan kejahatan yang ditimbulkan Sebab keserakahan manusia

11 Januari

Naik motor paling okeh bukan ketika ngebut-ngebutan di jalan, tapi pengalaman kali ini nih. Pakai rok ketat mini dan sepatu high heels , hujan-hujanan pulang dari kondangan lewat gang-gang sempit karena diportal buat layar tancep, ngikutin orang karena nggak tahu jalan, tiba-tiba orangnya berhenti. “Mas, kok berhenti?” tanya saya dengan polos dalam kondisi basah. “Loh, rumah saya memang di sini.” “Waduh! Saya nggak tahu jalan lagi. Keluar dari gang ini gimana yah?” “Lurus terus belok kiri mbak.” Cece, dibelakang saya, ketawa ngakak. “Kamu sih, udah ngikutin orang malah tanya kenapa dia berhenti, yah terserah dia dong mau berhenti.” Ketawa lagi, ngakak… Aku juga ngakak. Habis, aku kira mau ikutin mas-mas itu karena dia tahu jalan gang sempit karena jalan diportal. Ternyata eh ternyata, mas-mas itu kenal sama papa. Ngek banget deh… Alasan kali ini saya, cece, mama dan papa kondangan rame-rame adalah kebetulan . Kebetulan, papa pulang. Kebetulan, kondangan hari sab

Tukang Parkir

Hari ini saya pergi sama mama ke Glodok, seperti biasa kami parkir di gedung Glodoknya dengan tukang parkir resmi, sayangnya kondisi pelataran parkir sangat tidak teratur sama sekali. Jadi motor memalang motor sehingga sangat sulit untuk mengeluarkan motor dari parkiran ketika saya, sebagai salah satu pengguna jasa parkir, sudah menyelesaikan jam belanja kami dan berniat kembali. Yang sangat mengecewakan di sini adalah ketika tukang parkirnya dipanggil dan ditanya bagaimana supaya motor saya yang terhalang ini bisa dikeluarkan. Jawaban si mas-mas ini, “Tidak tahu.” Titik. Lalu dia pergi tanpa usaha apapun, oke, usahanya cuma ngelirik. Rasanya tuh langsung pingin congkel mata abangnya, patahin kaki tangannya karena nggak guna. Emangnya masih jaman yah gaji buta, jadi tukang parkir yang nggak tahu gimana atur parkiran dan dengan gampangnya bilang nggak tahu?! Profesi kamu tukang parkir (tanpa merendahkan sedikit pun, justru saya menganggap profesi itu adalah suatu kerja profesion

Apa yang Saya Lakukan Selama Liburan?

Yang pasti tetap berdagang. Berdoa. Belajar. Beres-beres rumah. Mencoba berbagai resep, itu sih harapan. Baru beberapa makanan kecil yang sederhana yang berhasil dilakukan seperti sop sayur, jagung rebus manis yang biasa dijual di cup. Dan pancake instan. Jujur saja, pancake ini hasil uji coba karena bahannya berupa powder instan yang dijual di hypermart karena promo. Hasilnya, bisa dilihat dari foto di bawah ini. Selain itu, menjaga keponakan. Foto muncul di bawah ini. Dan ketiga, menemani mama yang sakit ke Shinse, dalam bahasa Indonesia artinya guru. Semacam dokter gitu. Nah, di depan ruan pengobatannya ada toko obat tradisional cina. Aku lebih suka mencium aroma herbal dari bahan alam seperti ini daripada mencium bahan kimia rumah sakit. Rasanya lebih alami walau bukan berarti suka yah, soalnya yang namanya obat kan identik dengan sakit, jadi jauh-jauh deh dari sakit. Yang unik karena setiap toko obat cina racikan selalu punya lemari besar dan tinggi berkaca dan m