Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Menjalankan Fungsinya Hingga Akhir

Ia yang tidak terlalu terpandang tapi sangat berguna Mengikuti langkahku kemana pun aku pergi Walau kadang ia tinggal saja di rumah Menjaga tempat petidurannya dalam diam dan hening Ia tak pernah mengeluh melewati lumpur Menghantam kerasnya aspal Atau jalan mendaki dan berbatu Ia tetap diam tanpa keluhan Aku salut bahwa ia tetap menampilkan warnanya Cerah Bahkan ketika ia kehilangan setengah dari bagian dirinya Ia tetap bekerja sesuai fungsinya Sepatuku cantik sepatuku malang Ia tetap kupakai meski alasnya sudah hilang ADIOS.

Judul: Sesukamu

Aku habis nonton film A long visit my mom , film korea yang dari judulnya aja sudah greget-greget berbau tangisan nih. Mantjap, lanjutkan. Film Korea Malam Ini Menguras Emosi! Pas nonton di 10 menit awal aja, air mata aku ngocor . Setengah jam kemudian, berlembar-lembar tisu sudah habis dipakai. Oke, ini nggak lebay, ini fakta. Di sela tangisku yang super heboh, sebenarnya aku lagi pingin banget nangis. Aneh yah? Tiba-tiba ada alasan aku bisa nangis bombay tanpa perlu kasih alasan lainnya karena aku bisa berdalih bahwa filmnya sedih. Dua minggu belakangan ini, rasanya ada hal yang mengganjal. Nggak tahu apa. Tertawa di kampus, senyum bak putri seolah sedang T-P-T-P, dan ngobrol dalam candaan…sejenak mengalihkan perasaan nggak enak ini, tapi nggak benar-benar mengusirnya. Ada rasa kangen, entah pada siapa. Benar, tidak ada satu subjek khusus. Aku hanya rindu pada sesuatu yang seolah sudah lama kukenal tapi kini berjarak, rindu pada kondisi yang begitu kompleks tapi sebenarnya

Satu Ginjal Cukup

Hari ini aku jogging pagi. Niatnya biar sehat, kurusin badan, akhirnya malah bikin badan sakit dan makin gemuk karena makan tambah banyak, tapi topic malam ini bukan itu. Eh, udah subuh deh, bukan malam lagi. Jadi karena tempat olahraganya asik, pemandangannya bagus, dan ini putaran ke-11 sehingga aku jalan dengan langkah lambat, aku menikmati pemandangannya dulu. Pohon yang hijau, tanah yang coklat-setengah kering setengah berlumpur-, langit yang biru dan berganti kelabu, awan yang putih bergumpal di satu sisi dan menyisakan kecerahan di sisi lainnya, angin yang semilir membawa bau rumput yang disiram embun pagi, udara yang sejuk namun juga hangat di saat yang bersamaan dengan sinar matahari pagi yang menerpa, sejauh mata memandang ada gunung yang seolah menembus kelangit karena puncaknya disembunyikan awan, dan beberapa gedung tinggi. Wajah-wajah para pelari lain yang riang walau dipenuhi peluh, derap langkah kaki berlari yang berirama –cepat dan lambat-, atau sekedar obrolan r

Malam Bermaaf-maafan

Ini bisa jadi permintaan maafku yang kesekian kalinya… Kamu pasti lagi nggak ada kerjaan, punya banyak waktu lowong yang bisa digunakan sehingga bisa membaca post ini yang isinya cuma seputar aku dan hidupku… Sementara aku juga punya banyak waktu lowong yang sengaja aku sediakan hanya untuk menulis barang satu sampai dua post sebelum menghilang beberapa hari hingga minggu untuk kemudian menulis lagi. Whatever it takes , aku mau bilang maaf kepada siapapun yang aku kecewakan, lukai, dan sakiti. Kemungkinan terbesar karena aku nggak sadar saat melakukannya, atau nggak sadar itu sudah mencapai level dimana orang lain nggak nyaman. Dulu, aku orang yang over care yang jatohnya jadi kepo ngurusin urusan orang lain dan ini nggak baik buat kedua pihak, somehow . Akhirnya, aku memutuskan untuk mengekang diri aku untuk mencampuri permasalahan orang lain dan mencoba menjadi pendengar yang baik. Kadang, orang hanya butuh didengar tanpa perlu solusi apa-apa karena belum tentu solusin

Karena Martabak Begitu Enak

Kembali lagi di malam yang dingin dan…aneh. Aku sedang merapihkan catatan dan tiba-tiba ingin martabak. Biasanya hampir tiap minggu, di kota kelahiranku, aku akan menyantap martabak bersama keluarga. Martabak adalah camilan di malam hari yang enak dan tidak perlu berpikir panjang bahwa makanan ini akan menyebabkan berat badan bertambah. Seluruh anggota keluargaku suka dengan martabak. Malam ini ketika hujan rintik-rintik tidak stabil, kadang ada kadang lenyap, menyisakan udara dingin dan bau tanah, udara yang sumpek, walau lama-kelamaan digantikan dengan udara yang lembab dan dingin, aku mau martabak. Hanya sekedar mengungkapkan, kali ini berhubung aku sedang tidak perlu mengkhawatirkan si jabang bayi akan ngiler kalau ngidam tidak dipenuhi, jadi benar-benar hanya berkata, “Mau.” Titik. Tak dinyana, seseorang membawakan martabak. Di saat pengantar berbayar dipesan lewat online tidak ada yang mau menerima tawaran ini, orang itu mau. Sebut saja mas MM. lagi-lagi…harusnya aku

Tentang Abang Tambang 2012

Dan aku melihat adikku seseorang yang sedang jatuh hati. Ia sepertinya telah menjatuhkan pilihan pada seorang lelaki yang istimewa. Banyak yang bertanya, “Kok boleh? Kok bisa?” Jawabannya, aku juga tak tahu. Hari itu hari Minggu. Kami ke gereja seperti biasa dan aku diperkenalkan dengan lelaki istimewa itu. Aku hanya tersenyum. Hatiku hanya berkata, “Ah…ini dia.” Lelaki itu tersenyum, manis. Perangainya sopan, namun keras. Keras dalam diam. Lelaki dengan sejuta impian dan perencanaan dalam hidupnya. Inikah lelaki untukmu? Lelaki yang akan kau sandingkan hidupmu dengannya? “Aku suka. Aku dukung,” kataku begitu saja. Hal itu tulus. Bukan hanya untuk menyenangkan adikku. Aku tahu peraturannya. Ada larangan dan batas yang tak boleh kami langgar. Suatu kode etik dan perijinan yang sungguh kompleks. Tapi aku yakin dan semoga harapan itu bisa terwujud. Adik baru yang bisa kupanggil abang… J Well , untungnya bapak memberi lampu hijau. Aku sependapat dengannya. Hati tidak pern

TUHAN, Engkau kukagumi

Aku memandang ke langit Ia adalah cermin raksasa yang memantulkan birunya laut Dihiasi kapas-kapas awan putih Yang menggantung seolah dapat digapai tangan dengan mudah Aku memandang ke bumi Coklat dan hitam serta hijau Tempat kaki berpijak dan setiap tanaman dapat tumbuh Terletak di sana manusia dan setiap mahkluk yang berkeriapan Aku memandang ke sekeliling Beragam warna seperti pelangi Bersinergi dan berpadu-padan dalam untaian gambar bermakna Menceritakan sejuta cerita dalam diam Dan aku mengagumi indahnya perbuatan tangan Sang Pencipta Menghirup hidup dalam setiap udara di sekitar Merentangkan tangan merasakan desiran angin yang berhembus Dan basahnya kabut yang menuruni lereng bukit Dan terkagum dalam kedahsyatan alam yang bergemuruh TUHAN, Engkau kukagumi ADIOS.

Cheat Chat with MM

Sebut saja Mas. Walau banyak Mas di sini, katakan lah mas ini kita kasih inisial MM. Jadi mas MM ini orang yang unik… Hari ini aku WA dia. Beginilah percakapan kami dan perlu dicatat, ini sepenangkapan aku versi aku sendiri. Aslinya kata-katanya yah nggak sama persis kaya gini yah. (Imajinasi-kan). Aku: Mas nggak suka yah aku dekat sama AA? (Sebenarnya ini lebih ke pernyataan daripada pertanyaan, hanya karena lewat pesan teks tak bernada). MM: Biasa aja. (Nada datar, muka datar). Kenapa kamu bisa berpikir gitu? AKu: errr, itu… MM: Kamu PIKIR saya itu suka sama AA jadi saya nggak mengijinkan kamu dekat-dekat dia?! (Nada sudah mulai naik dan alis terangkat-angkat, kalau sinetron ada adegan zoom in-zoom out kameranya, biar greget) Sebenarnya kenapa aku tanya seperti itu ada tiga alasan: 1.                    Aku curiga, mas MM ini memang suka sama AA. Sebenarnya aku mau coba kalau punya teman guy walau aku nggak suka sih seseorang melawan kodratnya semisal laki-laki ya

Anomali pada Kaki

Oke, karena sudah semakin banyak yang menyadari hal ini, mulai dari teman di SMA paska kejadian, teman kuliah, hingga teman kantor yang blak-blak-an tanya, dan terakhir teman kuliah (lagi) di kondisi yang berbeda. Awalnya mungkin aku akan sedih untuk mengatakan apa alasannya, lalu lama-kelamaan jadi terbiasa. Aku menyadari betul bahwa hal ini adalah hukuman yang patut aku dapatkan. Suatu kesalahan karena keegoisanku menyebabkan orang lain meninggal. Seorang bapak yang memiliki seorang istri dan tiga orang anak, mereka harus ditinggalkan. Salah satu penyebab bapak itu meninggal, karena aku dan orang-orang yang ditinggalkan harus hidup tertatih dari sisa warisan yang ada. Seandainya saat itu aku tidak tertidur, seandainya saat itu aku menunggu waktu dan berdoa pada waktu yang tepat, tidak perlu ada kecelakaan itu, tidak ada luka di bahu kanan ku dan memperparah keadaan kaki kananku. Kanan…suatu hal ngeri bagiku ketika bagian tubuh sebelah kanan mengalami sakit atau luka. Awalny

Masih Konsep Santai ala Mule

Sebenarnya masalah santai ga santai tiap orang agak-agaknya berbeda. Dan aku akan cerita mengenai santai ala Mule dalam kuliah. Jadi ceritanya pas matrikulasi bener-bener nggak mudeng ditambah berita-berita horror simpang-siur kalau nggak lulus matrikulasi bakal dipertimbangkan lanjut kuliah atau nggak. Mana bisa santai kan?! Masalahnya, aku kuliah bukan buat aku sendiri. Kalau aku gagal, aku membuat 20 orang lainnya gagal juga, bukan cuma merasa. Memang, kelihatannya seolah-olah keputusan buat maju atau nggak di tangan aku, tapi manusia berencana, Tuhan-lah yang berkehendak mewujudkannya. Santai itu saat kita udah merasa settle, atau bahasa industrinya (teknik) steady state, stabil gitu. Nah, penyesuaian selama sebulan dan melihat huru-hara yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi, membuat aku jadi bisa memikirkan dua sampai tiga langkah ke depan…nggak ding, keren bener. Selangkah ke depan aja dulu. Barangkali ada kotoran di depan, makanya harus perhatikan satu la

Malam Melawan Rasa Ingin Tahu

Aku menahan jariku menyentuh huruf-huruf yang terpampang di keyboard ponselku, mematikan layarnya kemudian menjauhkannya dari jangkauanku. Berusaha fokus pada buku teks setebal kitab di hadapanku. Sial! Kenapa juga aku mesti tergoda untuk tahu urusan orang lain. Masa bodoh, masa bodoh! Batinku berkali-kali memanipulasi otak. Tapi perasaanku agaknya mendominasi. Memang kadang benar juga, prasangka bisa membuat akal budi hilang-timbul. Lawan! Lawan! Batinku masih berjuang membawa aku kepada kesadaran. Katanya aku harus tidak peduli dengan apa yang dia lakukan, dengan siapa, mau bagaimana juga. Katanya kalau aku galau, aku berdoa saja. Pesan-pesan yang diucapkan padaku tempo dulu itu tidak sanggup membuat aku tersadar barang sedetikpun, sebab aku lupa. Aku mengambil kembali ponselku, membuka aplikasi chat dan ingin, sangat teramat ingin, melontarkan sejuta pertanyaan dari setiap prasangka dan imajinasi yang sudah diintegralkan tanpa pernah tahu kebenaran yang ada. Aku tutup

Kamu...Iya, Kamu

Aku lagi G4L4U. Iya kamu… karena kamu nih. Jadi beralay ria. Soal stress… ah aku kan memang mudah mengalami stress hingga depresi tingkat ringan-menengah. Tapi kamu mah asik-asik aja di sana, ya? Kata bunda, biarkan aja. Nggak usah dipikirin kamu sama siapa, lagi apa, ngapain aja…tapi itu buat aku frustasi ketika aku bilang ke otakku ‘jangan’ tapi dia bilang ‘harus’. Jadi pro dan kontra dalam satu area yang sama yang disebut otakku. Katanya, bagaimana aku mencintai Tuhan yang tak berupa kalau kamu yang terlihat saja tidak kucintai. Duh, masalahnya kamu juga nun jauh di sana… dan kita sekali lagi terpisahkan jarak. Jangan dong, hatinya jangan terpisah. Di sini itu banyak godaan. Jadi eksis itu pilihan dan aku sebenarnya lebih milih kamu tuh di sini, jangan jauh… dan aku mulai nangis bombay nggak jelas. Berhari-hari mimpi ditinggal, gils , itu sedih banget. Aku memang nggak suka banyak hal, nunggu lama, makan nggak sehat, cerewet sana-sini, tapi lebih nggak suka lagi diboh

Penjelasan Singkat

Halo, mengenai cerbung alias cerita bersambung, untuk sementara belum bisa aku lanjutkan dikarenakan… Sebenarnya, cerbung itu hasil imajinasi aku dari peristiwa asli yang dianalogikan. Progressnya yah baru setengah jalan, akhir cerita masih belum jelas, masih gantung, jadi ceritanya juga gantung. Berusaha buat dilanjutin, malah jadi cerita ngawur. Tunggu aja aku dapat wangsit nih dari Pencipta mengenai jalan hidupku. Nanti kuberi clue dari cerita-cerita selanjutnya (apa sih). Uhui! Sampai bertemu pada perjalanan Pemudi di Hutan Belantara selanjutnya yah… ADIOS.

Pemudi di Hutan Belantara (4)

Setelah berjalan terus ke arah utara, terdengar suara erangan pelan dari balik semak-semak. Perlahan pemudi mendekati untuk mencari tahu apa sumber suara tersebut. “Tolong.” Suara tersebut ternyata dari pemuda yang kemarin mengejarnya itu. “Jangan bunuh aku,” pinta pemuda itu. “Apa yang terjadi?” tanya pemudi kaget. “Sekelompok suku lainnya menyerang kami semalam. Kau benar, kami terlalu mencolok dan menarik perhatian. Ketika aku kembali, kumpulan sudah tercerai-berai. Aku sempat melakukan perlawanan sejenak, namun jumlah mereka terlalu banyak sehingga aku melarikan diri. Beruntung aku masih hidup sekarang. Entah bagaimana nasib lainnya.” “Jadi memang ada suku lainnya? Apa kau regu pembawa pedang yang bersama dengan regu pembawa panah dan tombak?” “Panah? Tombak? Aku tidak tahu. Kalau pedang yang kau maksud karena kemarin aku mengeluarkannya, sebenarnya hanya untuk menakutimu saja. Aku tidak bermaksud…maafkan aku.” Pemuda tersebut tampak pasrah. Setelah berpikir sejenak

Pemudi di Hutan Belantara (3)

Senja mulai datang kembali. Terdengar samar-samar dari jauh ada suara music dan cahaya yang cukup terang. Asap membumbung ke langit menandakan ada sumber api di sana. Pemudi kemudian berjalan menuju kebisingan tersebut untuk memperingatkan mereka menghentikan kegiatan tersebut karena dapat menarik perhatian musuh, yang saat ini sisa kelompok pembawa pedang. Pemudi yang tidak tahu apakah kumpulan orang tersebut musuh atau kawan, menyamarkan dirinya dengan lumpur di wajah dan lengannya agar warna kulitnya tidak sama dengan aslinya. Rambutnya yang panjang digelung membentuk bantalan dibelakang kepalanya, dan bajunya disamarkan dengan daun-daun lebar agar bahan kulit yang dikenakannya dapat tersembunyi di balik daun tersebut. Setelah mengintip sejenak dari balik dedaunan yang tinggi dan lebat, pemudi tersebut terpaku dengan seorang pemuda yang berdiri menghadap dirinya. Ketika itu, mata mereka saling bertatapan. Cepat-cepat pemuda tersebut berlari ke arah pemudi tersebut, namun pemudi