Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Post Hari Ini

Bercerita lagi untuk dua hari yang terjadi dengan uniknya di tiap pagi hari. Jadi ceritanya tempat magang ini mengadakan upacara hari kemerdekaan Republik Indonesia. Keren kan, kerja aja masih ada upacaranya. Jadilah dengan niat yang setengah niat, berangkat ke kantor. Dikiranya bakal panas, lama, berkeringat jadi basah ketek dan bau asem. Untungnya, berada di tempat yang adem dan nggak terlalu lama. Sebenarnya ceritanya sederhana aja yang ini. Lanjut ke hari Selasa, hari dimana akan presentasi akhir dan mungkin akan jadi hari terakhir di minggu ini untuk masuk. Well, I care, but not really . Tapi di pagi hari lagi-lagi dilanda sindrom sakit perut biasa kalau orang nervous , walau sebenarnya itu karena aku kebanyakan makan pas sarapan. Sampai kantor, aku langsung masuk melewati palang dan langsung parkir motor. Ini udah hampir telat. Eh tiba-tiba aku dipanggil, kaya anak kecil yang dipanggil bapaknya. “Mbak! Mbak!” teriak si satpam. Aku celingak-celinguk memastikan nggak salah

Jalani JalanNYA Hari Ini

Tidak melihat namun mampu berkata-kata Tidak mendengar namun dapat merasa Tidak berpikir namun dapat mengerti Itu semua anugerah dari Yang Kuasa Bahwa kita mendapat kasihNYA Kesempatan untuk mengenal siapa Pencipta kita Karena Dia mau kita tahu Dengan Siapa kita berjalan Kepada Siapa kita berharap Seturut takaran iman kita Sesuai tingkat pengertian kita Berita di awal kisah merupakan Bukti konkrit Dia berkuasa Mengatur ini dan itu Memerintah dengan adil dan bijaksana Bagaimana kita tahu? Nantikanlah Dia Indah pada waktuNYA Tak terlampau cepat atau pun datang terlambat Hendaklah kita menjadi lebih bijak Mulai saat ini ketika kita Memberi diri untuk dipimpin Dalam Roh dan Kebenaran Mempunyai mata lalu melihat Mempunyai telinga dan mendengar Mengerti dengan hati Dan menantikan janji Dengan sabar dan ikhlas hati Tuhan Yesus Kristus memberkati ADIOS

Antara Minat dan Realisasi

Udah beberapa hari kan ijin, tapi syukurnya karena ada waktu senggang jadi bisa ngetik, ditambah nanti jadi banyak deh post baru di blog. Cihuy! Btw, libur gini sambil magang sih juga enak. Selesai magang bisa ngajar. Nah, bersyukurnya lagi karena magang ini aku jadi nemuin salah satu passion aku di dunia kerja nanti. Aku (mungkin) akan menjadi dosen, pekerjaan yang nggak bosen-bosen amet, setidaknya karena kita tidak dikejar, didikte tugas. Kita yang manage sendiri waktu dan apa-apa aja yang akan kita kerjakan dan apa yang akan menjadi target kerja kita, hari itu, minggu itu, bulan itu, tahun itu. Aku nggak tahu yah kalau di dunia pendidikan yang mana yang nggak ada persaingan untuk tidak terobsesi naik pangkat atau mendapat jabatan nyaman dengan segala fasilitas menggiurkan yang ditawarkan. Masalahnya itu adalah dunia pendidikan yang aku ketahui saat ini saja sudah bercampur dengan aroma politik dan sikut-menyikut, korupsi yang nggak terelakkan… tunggu! Dari mana tahu?!

Diseleksia lagi

Iya, memang nggak ada yang mempermasalahkan ke-diseleksia-an aku, malahan orang bilang tata bahasaku bagus, sopan, baik. Memang, aku menghindari kata-kata kasar dan tidak senonoh sebisa mungkin. Bukan berarti aku nggak bakal ngomong, pasti bakal ngomong kalau sudah lepas kendali, tapi sebisa mungkin ditahan. Baru saja mau tulis regenerasi jadinya malah renegerasi. Mungkin bagi temen-temen aku sih itu hal yang lucu, atau mungkin dikiranya aku sengaja. Nggak sama sekali dan kalaupun lucu, itu karena aku terima dikoreksi plus diketawain. Kadang nggak enak diseleksia, masa mau nulis aja juga salah, bukan cuma ngomong aja. Kalau tulisannya untuk keperluan penting dan resmi, formal dan bernilai, jadinya kan merugikan diri sendiri. Yah, nggak mau meng- claim diri sendiri diseleksia sih , mungkin ini hanya sugesti dari temen-temen aja yang nyebut-nyebut nama penyakit ini, jadinya merasa minder dan men- judge diri sendiri bahwa memang itu yang terjadi. Akhir kata, ADIOS.

Gaji buta

Setelah seharian stuck lagi tanpa pekerjaan berarti dan menyisakan banyak sekali to-do list yang cukup vital, namun belum juga terealisasikan walaupun sudah meminta data pada pembimbing ini…walau emang pembimbingnya sabar dan memberi beberapa kelonggaran untuk memberi izin, tetap saja, aku pingin pekerjaan ini lengkap terselesaikan dengan rapi dan apik. Berhubungan dengan gaji buta yang sering dilakukan oleh oknum pemerintah yang kurang memiliki rasa tanggung jawab atas pekerjaannya, jadi baru aja ada kejadian. Salah satu pekerja di sini diundang ke acara resmi pemerintah untuk apa, nggak tahu. Yang pasti membahas suatu masalah urusan tempat kerja ini. Mendengar ceritanya, si oknum mengundang perusahaan-perusahaan secara random , hanya bermodalkan informasi dari internet dan itupun tidak ada filter informasi yang didapat setelah pencarian. Alhasil, mereka mengundang satu perusahaan yang sama hanya berbeda nama, nama perusahaan itu yang dulu dan sekarang, padahal sama saja, itu ka

Selubung

Sebelum aku keburu beneran males dan nggak tahu apa yang harus dikerjakan selain baca-baca kembali hingga menatap layar laptop sampai mata semaput, baiklah aku akhirnya mengetik kembali. Sebenarnya tadi pagi suasana sudah hening dan tenang, rasanya damai walau sebenarnya nggak akan bisa begini suasana di ruangan ini, gedung ini, komplek ini. Siang sedikit, suasananya sudah ramai kembali karena orang-orang yang terhilang kini telah kembali. Sebenarnya aku nggak males-males banget berada di sini, bukan karena aku males bekerja, hanya, hanya saja aku lagi bener-bener nggak mood untuk bersosialisasi dan berhuru-hara mengumbar kata-kata. Mungkin, ini hanya mungkin, tekanan dari pihak peneliti dan segudang tugas yang terasa menggebuk punggung, ditambah kondisi seperti cakaran perlahan namun mengupas kulit, menambah rasa tidak mood itu. Sebenarnya dikarenakan juga efek minder akibat totol-totol merah di wajah yang paling bikin mental down dan frustasi. Jujur, aku sedang mengalami

Mari Kita Bercerita Lagi

Mari kita bercerita lagi. Sebagaimana ini awal bulan yang crowded banget, as usual bagi mereka yang kerja di kantor ini… Dan aku sibuk dengan kesibukkan aku sendiri menuju kepada autism tingkat awal, karena hanya berkutat dengan laptop sendiri tanpa tahu apakah aku sudah menyelesaikan tugas yang kemudian menjadi target yang diinginkan oleh pembimbing internship ini… Dan awal bulan kali ini sedikit mengusik kenyamanan aku dalam ‘bekerja’. Kenapa? Karena perut aku sakit banget! Banget sampe meliuk-liuk di tempat duduk kaya cacing kena garam! Perut aku kram, perut aku melilit, perut aku sakit! Kaya ada sesuatu di ujung butt aku dan itu kejepit, kehambat, tersendat di sana, meronta minta keluar, meronta bahwa padatannya minta dilepaskan, meronta ingin sesuatu yang berbentuk gas itu dibebaskan sebebas-bebasnya dia ingin hinggap di hidung setiap orang di ruangan ini. Dan tentu saja, aku nggak akan membiarkan hal itu terjadi, apalagi kalau si bunyi ikut-ikut-an menyembulkan

Test 1 2 3

Sebelum aku memulai tugas lagi, ada baiknya aku menulis dulu. Bukan ngeluh, beneran, bukan ngeluh, cuma mengeluarkan uneg-uneg dan nggak mau curhat sama orang lain dulu. Kenapa? Karena pasti orang lain bosen denger ceritanya, dan aku disuruh bersabar. Iya, aku udah sabar banget, aku juga berusaha untuk nggak menghindar, berusaha melakukan yang terbaik, tetap diam meskipun makin nggak enak apa yang aku denger. Aku berusaha buat BAPA, agar jangan karena aku, nama DIA dicela. Tapi mana mau tahu orang-orang, mana mau ngerti mereka. Sibuk dengan pekerjaan masing-masing saja tak cukup bagi mereka. Sibuk mengurusi urusan orang lain dan senang bergosip ria. Aku butuh obrolan berbobot, setidaknya yang memotivasi, membicarakan pekerjaan sehingga dapat menambah wawasan dan bertukar informasi, diskusi yang membawa masing-masing pihak ke arah perubahan yang membangun. Ya ampun, bahasa aku berat banget. Tapi jujur aja, dunia kerja adalah dunia yang (kemungkinan besar) belum siap untuk

Boleh aku cerita sedikit?

Boleh aku cerita sedikit? Aku sebenarnya sudah tahu apa itu seorang sahabat Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. Ketika kamu menemukan seseorang yang kamu anggap sahabat, menghabiskan banyak waktu dengannya, berbagi banyak cerita tentang hidupmu, tak segan membagi uangmu, meluangkan waktu untuk belajar bersama atau sekedar ngobrol hal yang kurang berguna… Pada masa sulitlah, kamu baru akan mengetahui, apakah benar-benar dia itu sahabatmu, yang tetap akan menemanimu sampai jauh malam untuk sekedar mendengar curahan kepedihan hatimu karena hari ini salah kostum, yang mau menemanimu menangis seharian, atau menerima keadaanmu yang tidak memungkinkan untuk suatu kondisi tertentu. Bukan itu saja, yang mendukungmu untuk terus maju, yang ikut bahagia ketika kamu mendapat nilai yang lebih baik darinya, yang rela memberikan ucapan selamat ketika dia sendiri kalah darimu, yang tetap tersenyum dan mengalah meskipun dirinya disakiti.

Kewarasan yang Wajar

Mungking memang benar ketika membaca tulisan di blog ini dengan aku yang dikehidupan nyata sedikit berbeda. Sebenarnya bukan berbeda sih, cuma… Jadi kalau di dunia tulis menulis, aku bisa berpikir berulang kali apa yang mau aku tulis dan menghapus beberapa kata yang kurang pas dan pantas untuk ditampilkan, karena ini cerita satu arah yang aku nggak tahu secara langsung bagaimana respon pertama kali orang membaca tulisan-tulisan di blog ini. Tapi berbeda ketika tatap muka dilakukan, aku harus memberi jawaban cepat, dan harus tepat pula, sementara daya otak memproses semua jawaban dan menata kata-demi-kata menjadi suatu rangkaian yang apik dan enak didengar telinga, mempunyai kecepatan yang lebih lambat dibandingkan gerakan otot rahang bawah untuk mengucapkan kata-kata. Singkatnya, lebih cepat berkata-kata daripada berpikir. Yah, aku tahu, harusnya berpikir dulu sebelum bicara, dan hal itu yang harus aku latih saat ini, masih belum mampu, jujur saja. Satu hal lagi kenapa aku