Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Kata-kata di Transjakarta

Kuhampiri bangku dengan lekas Kududuk di tempat yang panas Dari pantat yang berbekas Menjaga teritorial ini dengan tegas Lampu jalanan yang menyengat Membuat aku teringat Akan pikiran dan semangat Yang tak boleh menjadi penat Menghadapi jalan yang macet Kulit berkeringat yang lengket Akibat berdempet-dempet Dan gesekan kaki yang lecet Ingin saja kutuliskan kata Namun aku berada di ibukota Tempat yang sulit ditata Dan jalannya terbata-bata Ibukota negara Banyak mencari gara-gara Karena setiap orang mengira Terhormat aku seorang perwira Ah...setiap peluh Apakah menghasilkan sembuh Ketika jiwa berpuluh-puluh Hanya dapat mengeluh mengaduh Kami lupa mengucap syukur Atas negeri yang makmur Lupa berkaca pada umur Seperti kering kerontangnya sumur Tuhan kiranya mengampuni Kepada jiwa yang minta dikasihani Pada setiap doa yang murni Tertutur dari dalam nurani ADIOS.

Secret About...

Bukan aku yang menutup diri dan menyembunyikan siapa aku sebenarnya. Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat   dibaca oleh semua orang. Dikenal semua orang, jadi bukan aku yang menyembunyikan diri untuk mengenalkan siapa aku sebenarnya. Tidak banyak yang kututupi tapi justru seringkali orang yang berbicara dengan ku tutup telinga dan tutup mata mereka untuk memperhatikan apa yang sebenarnya ada dihadapan mereka dengan jelas, namun mereka tidak mau peduli. Hai anak manusia, engkau tinggal di tengah-tengah kaum pemberontak, yang mempunyai   mata   untuk melihat , tetapi   tidak   melihat   dan mempunyai telinga untuk mendengar, tetapi   tidak   mendengar, sebab mereka adalah kaum pemberontak. Bukan aku yang tidak mau berbagi hal yang berharga itu, bukan aku yang tidak mau mengajak mereka untuk ikut bersama menggali suatu harta yang berharga. Ada dua hal: Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan ka