Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2015

TUHAN-lah yang Akan Memelihara Hidup Kita

A(aku) D(daddy) A:Saya kalau tawar gaji besar-besar pas wawancara D:Oh, baguslah. Kan berarti kau percaya diri dengan dirimu sendiri bahwa kamu pantas dibayar demikian A:Tapi selalu gagal D:--- A:Tapi akhirnya aku kerja di perusahaan kecil dan gajinya juga tidak sesuai ekspektasi saya D:--- A:Sebenarnya daddy mau aku kerja di tempat seperti apa? Gaji besar atau sesuai dengan latar belakang pendidikan aku? D:Saya ingin kamu tetap sesuai dengan pendidikan kamu. Saya ingin kamu belajar. A:Lalu gaji besar? Kan uangnya bisa buat keluarga. D:Memangnya daddy sudah tak mampu lagi membiayai? A:--- D:Sekalipun aku ini tidak mampu lagi Nak, tapi TUHAN-lah yang akan memelihara hidup kita. A:--- D:Karena TUHAN kita lebih besar dari semuanya. J ADIOS.

Terlahir dari Air Mata Bening

Akulah angin yang berbisik perlahan… TUHAN alangkah dingin… Aku tiada rasakan kehangatan dalam gelap temaram ruang-ruang durjana ini Hanya takut namun terlanjur Aku paksakan keringat membara …tetap saja dingin Ah…dalam dada yang tersesak aku menjerit.. Sudah hilangkah “hangat cintaMU?” Aku merindukan kasihMU yang kudapat kasih yang menghujam Mulutku bernyanyi dalam paduan suara surgawi..hatiku melirik lubang dosa yang tersembunyi Sampai kuhingar bingarkan suara menembus langitMU Seolah ENGKAU diam memandangku dengan rasa yang berkecamuk Antara murka dan cinta, antara senyum dan amarah. TUHAN….ENGKAU tau aku ada Aku bukanlah pujangga yang lihai berkata Aku hanya seorang lelaki Yang terlahir dari mata air bening… King Voerbach

Janji itu Mahal

Aku tidak marah, hanya sedikit sedih, sedikit merasa kasihan, bukan pada diri aku sendiri, tapi pada orang itu. Hari itu tanggal 9 Mei 2015, hari yang harusnya jadi mungkin titik balik dalam kehidupan orang itu jika Tuhan berkenan, tapi tidak. DIA tidak berkenan. Orang itu tidak datang padahal sudah janji dan seakan-akan positif datang. Mungkin membatalkan janji di hari H-1 bahkan beberapa jam saja sebelum janji temu dengan alasan interview (yang aku nggak tahu bener atau nggak karena orang itu bilangnya nggak mau kerja dulu), bisa dengan mudah, mudaaaaah banget diucapkan. Padahal, aku yang beneran ada interview di perusahaan yang cukup bonafit sampai mengundurkan waktu interview supaya bisa ketemu sama orang itu, dan akhirnya nggak dipanggil interview lagi. Mungkin dikiranya aku berdalih juga kali yah kaya orang itu, tapi jujur, ini ada email buktinya.   Kaget aku ketika kejadian seperti ini terjadi. Padahal aku batalkan interview beberapa hari sebelum akhirnya dia juga batali

Sia-sia

Hidup tuh sia-sia banget yah. Bukan, ini bukan bentuk keputus-asa-an, aku tidak sedang depresi. Tapi benar, sulit banget untuk menemukan sesuatu yang benar. Kadang, kebenaran itu sebenarnya sudah di depan mata, selangkah lagi menuju zona aman (walau zona aman yang sesungguhnya tidak ada di Bumi ini), tapi begitu mudahnya orang mengabaikan dan berbelok ke jalan yang salah, atau putar balik mengulang kesalahan yang sama berulang kali. Betapa sia-sia-nya hidup ini. Mungkin beberapa kenalanku, baik teman atau saudara atau siapapun yang tahu aku di dunia nyata menganggap aku aneh, abnormal. Kenapa aku harus berada di tingkat normalitas yang dibuat orang? Padahal normal pada anggapanku, belum tentu standar normal yang dipakai orang lain. Tidak ada sesuatu yang baku dan mutlak dalam hal itu. Tergantung, dasar mana kita berpegang untuk memenuhi kriteria standar yang harus dicapai. Dosen yang kebanyakan dianggap aneh oleh mahasiswa justru merupakan dosen yang memiliki eksistensi d

Tuli

Aku menatap aku dalam diriku yang diam dan membisu Tiada kata yang sanggup getarkan setiap hati yang sudah membeku Menatap ke dalam bola mata yang sudah kaku Lagi, mungkin mulutku sudah gagu Bisa jadi tidak ada lagi harmonisasi diantara mata dan bibir Karena kerap kali mata melihat kata-kata mencibir Dan tiap pribadi yang tidak terelak untuk merasa tersindir Hingga tiap mata bertemu mata hanya ada getir Dimana ditemukan kembali jendela hati Ketika terdengar pekikan yang merintih Setiap dibalik pintu tiap malam hanya menanti Dimana akhirnya dapat kutemui pribadi yang sejati Dalam tiap-tiap raut yang terpandang Tak ada lagi nada-nada mesra disenandung Mungkin langit-langit yang sudah mendung Menambah raut-raut wajah menjadi murung Akankah hari demi hari masih bisa dijalani Ketika hidup serasa terbelit lilit tanpa ditemani Bisakah ada hari yang mampu dikatakan hari ini Tuk bebas lepas setitik saja kemerdekaan badani ADIOS.

Kupu-Kupu Kertas

Kupu-kupu kertas Terbang dan menari Tiada takut akan hujan Yang membasahi dirinya sehingga Meluluhlantakkan tubuhnya Basah kuyub dan hancur lebur Kupu-kupu kertas Terbang dan menari Mengarungi dinginnya malam Dalam kerlap-kelip lampu kota Tak bergeming walau diterpa derita Kesana-kemari hanya untuk mencari madu Kupu-kupu kertas Terbang dan menari Hanya untuk seteguk kesenangan Raga yang tak lagi bernyawa Jiwa yang hilang dan merana Dalam kesia-siaan ADIOS