Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2013

Ketika Kamu Marah

Mungkin aku akan tutup telinga kalau denger orang marah-marah, pura-pura tak dengar, terlihat seperti orang tuli,atau kuhitung sampai tiga, kalau tidak berhenti, akan aku tinggal. Bukan karena apa-apa, hanya saja gangguan pada telinga yang sensitivitasnya seperti itu, membuat pekak telinga aku kalau mendengar nada-nada tak keruan, lengkingan tinggi, atau traumatis pada suara-suara keras. Pasalnya pernah ada riwayat ketidaksehatan telinga di rumah sakit. Tapi entah mengapa, untuk orang yang satu ini, jangankan melihat dia marah langsung, membayangkan dia marah saja, aku sudah sedih. Kukatakan ini jujur dari hati. Aku ingat bagaimana dia akan berkata dengan desahan kecil dan suaranya yang berat, terdengar kelelahan, “Aku capek Le.” Peluhnya mengalir dan urat-urat kepalanya akan menonjol dengan jelas ketika ia marah. Mukanya yang sudah lelah, berwarna kecoklatan itu, dengan mata yang sudah sayu, namun tak terlelap...Aku bahkan seperti bisa merasakan bagaimana tekanan hembusan n

Pipi Kempot

Kisah ini terinspirasi dari kata-kata seseorang, “Kalau sudah tua nanti dan pipi saya sudah kempot, saya mau saya dan istri saya saling berciuman. Saya sangat bertanya-tanya bagaimana rasanya!” Jadi, karena statement itu, aku jadi berimajinasi. Aku juga mau suatu saat nanti ciuman sama suami kalau udah pipinya kempot, giginya ompong semua, ketika rambut warnanya putih semua karena uban. Jadi ngebayangin bahwa saat tua nanti, ketika udah jompo, jalannya udah kepayahan, tapi kita masih jalan gandengan berdua, sebagai suami istri... so sweet. Pernah lihat waktu di kereta, pasangan tante-om yang sudah paruh baya, masih gandengan duduk berdua di kereta yang tidak terlalu padat. Masih ngobrol mesra dan betapa sang suami melihat istrinya penuh cinta. Saling melempar senyum... Dibandingkan... Pernah ada pasangan suami istri muda jalan di mall, yang ada mereka berantem di depan khayalak ramai sambil narik-narik putri kecilnya yang kebingungan apa yang sedang terjadi antara mama

Kadang

Kadang Kenyataan memang begitu Ada kata yang tak bisa seutuhnya bisa terucap Ada hasrat yang tak sepenuhnya bisa disampaikan Ada kisah yang tak sesempurna itu untuk dinikmati Kadang Kenyataan memang begitu Tidak semua peristiwa semanis madu Atau segala hal sepahit empedu Juga tak semasam anggur Kadang Kenyataan memang begitu Ketika kita harus berharap sekalipun tak ada harapan Ketika harus berjuang meskipun sudah habis tenaga Ketika tetap bertahan walau raga sudah tak lagi mampu Kadang Kenyataan memang begitu Kisah diantara kita cuma kita yang tahu Momen yang sudah lalu bukan untuk dilupakan dan Cerita antara kamu dan aku tidak akan pernah berakhir ADIOS

Orang Ini

Ada beberapa hal yang setidaknya bisa aku contoh dari orang ini. Walau hanya dari pengalaman pribadi dan sepengamatan aku artinya apa yang aku ingat (agak diragukan berhubung ingatan aku yang ...), yah jadi kesimpulan mini tentang orang itu. Gimana yah bilangnya. Orang itu tampak biasa, seringkali diacuhkan, bahkan seringkali diremehkan atau menjadi bulan-bulanan teman sejawatnya. Mungkin karena mukanya yang ‘lempeng’ (meminjam salah satu istilah senior) jadi dipandang mudah di’bully’. Tapi dia tulus... Dia nggak ngeluh kalau ada yang marahin. Jarang banget mukanya kusem. Palingan diem. Kalau kondisinya udah akut. Dia itu entah kenapa sabar banget. Mungkin udah terbiasa pasrah. Entah kenapa, juga jarang mengeluh, atau pernah tapi aku nggak inget kapan, berarti jarang-lah yah. Selalu aja senyum-senyum jelek gitu, nggak deh cakep. Soalnya senyum itu lebih bagus daripada mesem-mesem nggak jelas. Orang ini, entah jenis langka yang akan ditemukan sejuta tahun lagi. Pokoknya,

Parameter Menyebalkan (Subjektif)

Oke, aku akan buka rahasia ada yang dimaksud menyebalkan versi aku. Menyebalkan itu adalah ketika: 1.        Ngarep di hubungi tapi nggak dihubungi juga (BBM/SMS/Telepon) 2.        BBM dibalesnya lama banget 3.        BBM uda di read -nya lama, nggak dibales 4.        Disuruh nunggu lama-lama 5.        Udah BBM/SMS panjang lebar, balesnya singkat 6.        BBM cuma delivered sampai berhari-hari 7.        SMS nggak dibales (penting nggak penting) 8.        Janjian tapi tiba-tiba batal 9.        Diburu-buruin 10.    Memberi info yang nggak jelas pas ditanya 11.    Dicuekin 12.    Mengulangi kesalahan yang sama padahal udah minta maaf 13.    Dilupain (dengan atau tanpa sengaja) 14.    Nggak tegas 15.    Nggak pasti 16.    Nyari alasan terus 17.    Nggak on-time 18.    Dimarahin 19.    Ingkar janji, omongannya nggak bisa dipercaya 20.    Nggak detail 21.    Nggak peka 22.    Nggak ditanggapi 23.    Nggak diperhatiin 24.    Membosankan

Pinky dan Violeta

Entah mengapa anak perempuan itu identik dengan warna pink dan sejenisnya itu yang memberi kesan feminim dan imut. Hal itu tentu saja tak lepas dari mama yang satu ini, yaitu mamaku. Semua-semua barang dibeliin warnanya pink. Ketika beranjak remaja, akhirnya aku punya warna pilihan sendiri, ungu. Waktu mama beliin barang yang warnanya pink, lalu aku protes, “Kok warnanya ini? aku suka warna ungu.” Terus mama bakalan bingung, warna ungu itu warna yang kaya gimana, bukannya warna pink itu ungu. Terbukti ketika selanjutnya membeli barang, mama tetap memilihkan warna pink. Terus aku kasih lihat, “Nih Ma yang warnanya ungu.” Setelah kejadian itu, mama jadi beliin barang-barang warna ungu dan dengan bangga memberitahukannya, “Mama udah beli dong, warna ungu nih buat kamu.” Aku puas karena sekarang bener, warnanya ungu. Tapi tampaknya ada efek lain dari pemilihan warna-warna ini. Ternyata mama belajar dengan cepat menjadi, Emak-Emak modis. Sekarang mama yang bakalan komentar

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan tajam tanda kata

The (Warrior) Princess

Bicara tentang  Warrior  Princess langsung teringat nama Xena, si Putri cantik yang pandai memainkan pedangnya. Entah mengapa di setiap adegan perang, dengan jalan kaki maupun dengan menunggangi kuda, setiap peperangan, selalu Xena menang dengan kelompoknya, tidak terluka, kalaupun terluka yah baret-baret dikitlah. Jagoan itu selalu menang, itu inti ceritanya. Yang mau aku bahas saat ini adalah entah kenapa imajinasiku kadang merasa aku seperti itu, si Putri cantik yang pandai memainkan pedang, tak segan menebas lawannya. Musuh? Sini, aku tidak takut. Mungkin si musuh juga terperangah sejenak, “Ya ampun, lawannya cantik begini, sayang banget kalau mesti dibaret.” Karena kelamaan mikir kaya gitu, akhirnya Xena berhasil menghajar lawannya duluan. Ternyata bukan Xena saja, ada juga di akhir episode The Book of Eli , perempuan cantik bernama Solara yang ngikutin Eli terus, terlibat dalam pertempuran karena memperebutkan BUKU SAKTI yang cuma ada satu-satunya di kota itu, ba