Langsung ke konten utama

Pinky dan Violeta



Entah mengapa anak perempuan itu identik dengan warna pink dan sejenisnya itu yang memberi kesan feminim dan imut. Hal itu tentu saja tak lepas dari mama yang satu ini, yaitu mamaku. Semua-semua barang dibeliin warnanya pink.
Ketika beranjak remaja, akhirnya aku punya warna pilihan sendiri, ungu.
Waktu mama beliin barang yang warnanya pink, lalu aku protes, “Kok warnanya ini? aku suka warna ungu.”
Terus mama bakalan bingung, warna ungu itu warna yang kaya gimana, bukannya warna pink itu ungu. Terbukti ketika selanjutnya membeli barang, mama tetap memilihkan warna pink. Terus aku kasih lihat, “Nih Ma yang warnanya ungu.”
Setelah kejadian itu, mama jadi beliin barang-barang warna ungu dan dengan bangga memberitahukannya, “Mama udah beli dong, warna ungu nih buat kamu.” Aku puas karena sekarang bener, warnanya ungu. Tapi tampaknya ada efek lain dari pemilihan warna-warna ini.

Ternyata mama belajar dengan cepat menjadi, Emak-Emak modis. Sekarang mama yang bakalan komentar kalau aku pakai baju, “Ini nggak cocok sama itu, lebih bagus yang ini, pakai yang itu, ganti yang ini, acaranya sederhana-itu terlalu heboh, ayo dandan dikit, pakai tas ini lebih cocok, sepatunya ini, aduh kamu bedakan dikit dong.” Dan komentar lainnya setiap kali berpakaian, tanpa atau dengan diminta memberi komentar.
Waktu itu aku pernah nanya, “Ma, kenapa nggak pake daster?” pikirku, emak-emak sekarang banyak yang berdaster karena kelebihan berat badan. Mama langsung menjawab, “Pake daster itu nggak seksi, nggak ada bodi. Mama kan kaya anak muda.” Dan aku cuma -___-‘’
Jadi setiap kali kelebihan berat, mama bakalan suruh diet. Pernah waktu itu mau ‘wisuda’ SMA, harus pakai kebaya. Udah nyari susah-susah dapet bawahannya ukuran XL, tetap aja aku nggak muat. See, betapa gemuknya aku. Akhirnya, waktu dua minggu sebelum acara aku harus diet ketat. Sehari makan siang sekali, malemnya cuma dikasih semangkuk kecil sop yang isinya kentang, wortel, kol, udah, nggak pake daging. Selama dua minggu! No variation. Terus karena itu udah liburan, jadi tiga kali seminggu disuruh jogging pagi sendiri keliling komplek. Alhasil, berat 60 kg turun menjadi 52 kg dalam 2 minggu dan hoila, aku muat pake bawahan kebaya. Mama puas.
Entah memang tak bisa menentang kodratnya sebagai perempuan, aku dididik sebagai perempuan.
“Makan yang bener, jangan belecetan, jangan bersuara, jangan sambil main HP.”
“Kalau ada orang tua harus sapa, harus sopan, duduk yang bener, jangan ngangkang. Pakai baju yang bener, jangan berantakan.”
“Bisa cuci sendiri, belajar masak, kalau diajarin harus bisa, ayo belajar jahit.”
Dan sebagainya, sampai aku harus bener-bener jadi seorang perempuan.
Pernah waktu itu mau minta mengendarai motor ke sekolah dari rumah yang jaraknya emang jauh. Hal ini sampai dibawa forum ke keluarga besar. Salah satu om melarang, “Mule itu anak cewek, udah jangan dikasih naik motor, bahaya.” Tapi papa yang cukup demokratis akhirnya membolehkan, tentu saja dia yang memberi keputusan. Mama langsung wanti-wanti, setiap nyampe sekolah harus telepon dan menyatakan sudah sampai dengan selamat.
Sementara cici aku anteng ayem aja dengan derajatnya sebagai perempuan, entah mengapa pada diriku ada sesuatu niat yang bergejolak, sedikit menentang segala ke-feminiman ini. Rasanya gerah kalau hanya duduk, diam, menunggu. I want do something!
Jadi pas kecil ketika masih nomaden di Bekasi, ada pohon mangga di belakang rumah. Tanpa takut dan memikirkan resiko apa-apa, akhirnya aku manjat pohon mangga yang lebat itu. Udah sampai di atas, aku bingung turunnya gimana. Cici aku cuma liatin dari bawah. Aku panik dan aku nangis jejeritan. Mama akhirnya dateng, sempet marah-marah dulu karena akunya bisa ada di atas pohon terus akhirnya papa turun tangan buat nurunin aku pake tangga.
Waktu itu pernah juga mau ikutan klub petualang, kaya wall climbing, caving, diving,  ke hutan, dan lain sebagainya. Ketika niat ini baru saja diutarakan, mama sudah membantah keras. Waktu SMP juga ikutan klub basket, mama selalu ingetin, “Nanti kamu capek.”
Waktu itu share juga sama senior dan mengutarakan bahwa aku bersedia kerja di tengah laut di perminyakan dibanding di gedung-gedung perkantoran yang dingin dan monoton itu, bukan karena fee nya lebih besar, tapi karena kerja lapangan itu menyenangkan. Kita dihadapkan pada suatu kasus real dimana teori kadang kala tak sesuai.  Dan senior itu, melarang, “Cewek lebih baik kantoran.”
Lagi-lagi, lagi-lagi. Entah, rasanya semakin dibatasi, semakin ingin melewati batas itu.
Tapi pada umur yang beranjak semakin besar ini, aku nggak lagi menentang-nentang kodrat ke-perempuan-an-ku. Ya aku perempuan, kelemah-lembutan dan penguasaan diri itu penting, walau angan-angan untuk travelling like backpackers masih sangat ingin dilakukan dan petualangan ekstrim ke hutan, laut, dan goa tetap sangat ingin dirasakan.
ADIOS.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber

Lagu Penuntun Malam (yang Dingin) #4

Malem ini dingin banget dan saya kedinginan, bukan maksud ambigu yang lain loh, cuma emang tubuh menggigil. Mungkin karena hujan terus sepanjang hari, mungkin juga karena tubuh yang lagi nggak fit. Bukti kedinginan ( lebay ): Udah pake syal, selimut, sweater ... dan oh, kaos kaki juga. Tapi di malam yang dingin ini ditemani lagu-lagu yang sedikit banyak menghibur. You’ll Be in My Heart-Phill Collins ost. Tarzan (Disney) Come stop your crying It will be all right Just take my hand Hold it tight I will protect you from all around you I will be here Don't you cry For one so small, you seem so strong My arms will hold you, keep you safe and warm This bond between us Can't be broken I will be here Don't you cry 'Cause you'll be in my heart Yes, you'll be in my heart From this day on Now and forever more You'll be in my heart No matter what they say You'll be here in my heart, always Why can't they understand the wa

Email from Eric Charles : How To Make That Guy Commit

Hi Mule, Eric Charles here. Women ask me this question over and over again: How do I get him to call me his girlfriend? - or - How do I get him to become official or exclusive with me? - or - How do I get him to say he's in a relationship with me on Facebook? Maybe you're already in an "official" relationship,  but I would still urge you to keep reading because the  trick  I'm about to reveal applies to all relationships at any stage. In many cases, a woman asks me one of those "how do I  get a title / relationship status" question after  weeks or months of waiting for the guy to commit to  her in some way. Things started out fine and progressed into seeing  each other steadily and regularly. But for whatever  reason, despite the frequent visits, sleepovers,  dates, texts, etc.  he says he doesn't want a relationship. (Or for some, he says he's not ready for some next  step... moving in, marriage, etc.) There's a truth about people - men and