Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

The New Me

Rasanya seperti lahir baru kembali, mengingat lupa yang sempat ditinggal dan menemukan kembali apa itu bahagia yang ternyata kesemuaannya sederhana. Seperti, laptop yang baru aja di- install dan sukses lancar jaya tinggal beberapa aplikasi dimasukan kembali, bahagia. Bisa menyelesaikan tugas baca jurnal, bahagia. Nggak mikir aneh, nggak ada beban, sensitive, menghalau pikiran buruk, bahagia. Nggak cepat marah dan tersinggung, tetap bertahan dalam kesedihan yang segera ditepis, dan nggak perlu terlalu perduli dengan pelecehan karakter yang dilakukan orang, bahagia. Sesederhana itu bahagia, bahwa bukan perkataan orang, bahkan bukan pemikiran diri sendiri yang mesti dipikirkan, itu sudah meningkatkan kebahagiaan aku 300%. Semua itu berawal dari keterpurukan aku pada tanggal 18 Februari 2017, aku merasa di ujung kematian, tidak diinginkan, ditinggalkan dalam kesendirian, mencoba bertahan pada kaki yang rapuh dan pijakan yang seolah goyah karena diguncang sebegitu hebatnya. A

Si Waktu

Kalau dulu punya rasa yang kaya nano-nano buat ditelaah, supaya bisa dipilah mana yang buruk dan nggak, mana yang perlu dipertahankan dan mana yang dibuang, sekarang rasanya, plongg … Actually , aku nggak bisa cerita secara langsung bukan karena aku nggak mau, tapi lebih kepada karena aku sendiri nggak tahu apa yang harus aku ceritakan. Bukan kosong atau hampa, tapi saking banyaknya hal yang terbelit di otakku (kayanya) jadinya terasa lepas semua. Ibarat kata, tanganku yang dua ingin banget memeluk erat sebatang pohon beringin yang jelas-jelas nggak akan ketemu lengan dengan lengan, tapi aku masih keukeh , masih usaha, barangkali saja bisa. And finally , aku sendiri terluka. Terus, aku berusaha manjat lagi pohonnya. Nggak peduli sama serat-serat kayu yang pada akhirnya menyusup masuk lewat kulit-kulit ari dan pori yang terbuka. Bahasanya kesusuban . Perih, sakit, dan mungkin saja tanpa aku sadari serat kayunya sudah menjalar mengikuti aliran darah dalam tubuhku. Itulah bahayany

Green Coffee

Bener-bener keterlaluan! Kemarin baru nyoba green coffee , tapi bukan yang buat kurus itu. Niatnya memang sekalian bisa efek buat kurus. Ternyata eh ternyata, mata melek sampai tengah malam, padahal besok paginya ada ujian. Mantaplah. Besoknya pas bangun, mata jadi melek banget, pas ujian nggak ada ngantuk, sampai sorenya nggak ngantuk. Coba tebak apa yang terjadi kemudian? Dari kemarin sampai kebesokannya, aroma kopinya masih melekat di air buang hajat. Buset, ini kok lengket banget yah? Di usus mengendap atau gimana yah? Padahal sudah minum dua liter air, tapi kok rasanya nggak terencerkan? (Dari prinsip kimia sih harusnya bisa karena seduh pakai air harusnnya larut dalam air meski sebagian). Btw , hati-hati deh dengan efek kopi hijau ini. Kalau nggak ingin melek-melek banget, dopping nya jangan pakai ini karena overdosis reaksi meleknya. Walaupun aku masih belum merasakan kurus, tapi emang sedikit banyak kopinya buat ketagihan. Manis aromanya unik gitu deh. Aku nggak

AYAH

Ayah … Pasti Kau sudah merencanakan akan hadirnya diriku dalam hidupMu, menjadi bagian pemanis yang indah dalam hari-hari yang kelak akan Kau habiskan bersamaku Ayah … Pasti indah yah ketika mendengar tangis pertamaku, menyadari aku telah menjadi nyata adanya di dunia ini dan Engkau pasti menaruh berbagai harapan dalam doaMu untukku Ayah … Kau pasti pria yang beruntung dan teman-temanMu pasti iri padaMu bahwa Kau telah menghadirkanku di dalam dunia ini, meskipun cela dan hina tak juga terhindar Kau dapat Ayah … Setiap tetes peluh dan darahMu yang membasuh aku, dalam kenakalan dan perbantahan yang terjadi diantara kita, tapi Kau tetap memperjuangkan hidupku Ayah … Terimakasih, karena Kau aku ada. Karena Kau aku hidup. Karena Kau aku hadir. Karena Kau aku mengerti akan arti cinta yang murni, bahwa tak kau pandang parasku, tingkahku, atau apa yang orang-orang lihat. Ayah … Terimakasih telah mengenalkan aku tentang apa yang benar, mengajarkanku menge

Pengajar yang Handal

Tujuh tahun yang lalu Kita masih malu-malu kucing Bertemu hanya untuk terdiam Masing-masing mencuri pandang Ingin tahu tapi malu Enam tahun lalu Kita bertemu kembali Dalam cara yang tak terpikirkan Masih diam-diam untuk berkata Menganggap setahun yang lalu sebuah ilusi Lima tahun yang lalu Kita saling bertegur sapa Ketika canda dan tawa jadi romansa Semakin akrab dan hangat Menganggap setahun yang lalu pertemuan basa-basi Empat tahun yang lalu Kita mengikat suatu rasa Kata untuk saling menjaga Hati dan perasaan untuk bertaut Menganggap setahun yang lalu sebuah rekayasa belaka Tiga tahun yang lalu Kita menahan rasa Kala jarak jadi pembatas Untuk bertemu dan melepas rindu Menganggap setahun yang lalu sebuah fatamorgana Dua tahun yang lalu Kita sama-sama tahu Bahwa ujian hari adalah kesetiaan Untuk saling percaya Menganggap setahun yang lalu perjalanan penuh peluh Satu tahun yang lalu Kita beranjak dewasa Berpiki

Ada Kau

Karena mencintaimu adalah salah satu cara bagaimana TUHAN menyatakan cinta-NYA padaku Lewat setiap tatapan matamu Setiap senyummu Alunan nada sapaanmu di kala mentari lahir Menyadarkanku bahwa sesempurna itu arti mencinta Dari gelak tawamu Dan caramu menggandeng tanganku Dan betapa hangatnya pelukanmu saat dinginnya kesedihan Kau bisikkan kata dengan lembut, jangan takut Dari caramu menenangkanku dan Lewat senandungmu, aku tahu Aku telah jatuh hati Bila laut tidak seindah itu untuk dipandang, ada kau Bila suara kicauan burung tidak semerdu itu, ada kau Dan bila air tidak lagi menyejukkan jemariku yang menyentuhnya, Ada kau ADIOS