Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2011

Pekik-pekik Meringkik Menggelitik

“HIDUP MAHASISWA! HIDUP RAKYAT INDONESIA!” sorak-sorakan sambutan ‘hangat’ dari kakak tercinta membuat para MABA (mahasiswa baru) mem-beo begitu saja. Ketek-ketek basah terangkat begitu saja tanpa ada rasa malu, tanpa ada niat untuk berusaha menutupi bekas keringat berwarna gelap di sekitar ketiak. Peluh makin bercucuran di sana-sini. Air liur disembur, menandakan semangat yang membara. “Kalian ini kuliah di kampus rakyat! Kalian ini mahasiswa dek! Bukan masih siswa! Tugas kitalah mengemban tanggung jawab di masyarakat. Kalau bukan kita siapa lagi?! Ini kampus rakyat, uang rakyat. Jadi untuk rakyat juga! Mari, kita sebagai besi-besi muda menggantikan besi-besi berkarat di DPR sana yang sekarang sedang tertidur! Ayo kita getarkan universitas ini, kita getarkan fakultas ini dengan pekik kita! U*pip* !!!” Aku ikut-ikutan bersorak, mengangkat tangan berusaha tidak setinggi-tingginya, sadar diri kalau sekitar ketty sudah mulai banjir. Lap sana, lap sini. Keringat terus saja bercucuran. PSA

Kemuliaan TUHAN dalam pekerjaan tangan-NYA

Langit menceritakan kemuliaan Tuhan, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari, yang keluar bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya. Dari ujung langit ia terbit, dan ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang terlindung dari panas sinarnya. ---Dikutip dari : Buku Tua Bab 19--- ADIOS

Metromini ---> MetroTV

Papa...! Mama...! Aku masuk tv loh. Acara bergengsi dan berkualitas di Metro tv dalam acara Kick Andy . Awalnya aku ragu ikut atau nggak soalnya transport ke MetroTV kan nggak murah dan juga nggak jelas. Jadi, nasibku gimana yah kalau aku mesti nge-bolang sendiri. Tapi ternyata memang masih ada orang yang mau repot-repotin diri sendiri, maksudnya di sini dalam arti yang positif. Jadi maksudnya masih ada orang yang mau ngurusin masalah transport bagi mereka yang nggak punya, nggak bisa, nggak dapet alat transportasi yang memungkinkan ke Metro TV di bilangan Kedoya, Kebun Jeruk sana. Jadi maksudnya lagi, aku pingin cerita dikit, dikit aja mengenai pengalaman kali ini. J Cara pemilihan alat transportasinya pake voting loh dengan detail kapasitas dan harganya. Negara kita kan negara demokrasi, bebas mengemukakan pendapat dan mengajukan ide tapi tetap dengan aturan dan dapat dipertanggung-jawabkan. Yah, jadilah kita semua memilih yang murah meriah yang penting sampai dan kebersamaannya,

Yang WAJAR Wajar Aja

Entah bagaimana lagi aku mengusut tentang kemiskinan di Jakarta, Ibukota negara kita tercinta, Indonesia. Dan entah bagaimana lagi pemerintah dengan sadisnya menutup telinganya rapat-rapat dan memejamkan erat mata mereka terhadap masalah yang satu ini. Entah berbagai macam langkah apalagi yang harus mereka lakukan dan kebijakan apa lagi yang harus mereka tetapkan. Indonesia bukan negara miskin sebenarnya, tanah ini tanah yang subur, lantas kenapa kemiskinan masih terjadi? Kebodohan merajelela bagai lingkaran setan yang tak bisa terputuskan. Lahir dari keluarga miskin akankah menentukan nasib dan masa depan anak-anak mereka miskin juga? Hidup melarat juga? Ya ampun, apa kita tidak bosan melihat para pengemis? Para pengamen? Seolah dalam pikiran kita berkata, “Kasian yah, itu nasib loh.” Terus, apa kita hanya melihat saja? Meratap dan berbelas kasihan tanpa perlu turun tangan? Atau kita berpikir, apa keuntungannya bagi kita? Hem, seolah, mereka yang menjadi sasaran kerja kita yaitu kaum