Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

Nonton Film Horror, ini Jadinya

Tidak bisa menahan diri dari menulis, sebab kemarin adalah suatu fenomena yang menyenangkan. Ceritanya Anastasia dan aku sedang menikmati hari dimana kami sama-sama memiliki waktu luang untuk kami manfaatkan sebaik-baiknya sebagai mahasiswa Ganesa yang kece badai, nonton! Oke, kami bukan orang-orang nerdy yang study oriented banget, jadilah kami legoh-legoh tanpa melanggar aturan. Awalnya mau beli sepatu, tujuan pertama Donatello yang katanya sepatunya mahal tapi ternyata cukup terjangkau harganya dengan sepatu yang modelnya sudah cocok di hati. Lanjut mau makan siang, kita bosan dengan jajanan kampus karena menunya biasa tapi mahal. Akhirnya, kami memutuskan ke one stop shopping di Mall BIP. We had a long chat after lunch sampai perut blurpy banget. Sebenarnya aku memang mau nonton, akhirnya aku ajak Anas ini. Menurut aku, dari naluri aku berkata Anas juga mau. Jadi kami menuju cinema XXI itu. Harganya murah, ternyata hanya Rp 30.000/person. Diantara dua pilihan film, Lights Out d

Parno Babak 2

Ada sedikit kekhawatiran setelah aku nonton drama korea yang ceritanya tentang penderita Alzheimer. Masih ingat dengan Lethalogica aku? Mungkin biasa, kebanyakan orang pernah mengalami yang namanya lupa. Itu lumrah. Tapi belakangan ini entah karena terlalu fokus sama belajar dan memahami setiap rumus yang ada, jadinya aku kekurangan daya ingat untuk hal-hal sepele lainnya atau bagaimana yah… Pasalnya, aku lupa bawa jaket dan power bank yang jelas-jelas ada di atas meja, lupa HP aku taruh di mana, lupa melakukan sesuatu yang aku ingat semenit sebelumnya, lupa pada hal-hal kecil dan sepele. Aku hanya takut Lethalogica itu bertambah parah. Sempat baca di artikel dimana dikatakan bila semasa mudanya sering berpikir banyak hal pada suatu keadaan, pada masa tua, daya pikir itu akan menurun drastic menyebabkan pikun atau Alzheimer itu. Sebenarnya, Alzheimer itu lebih kepada penyakit genetic. Aku belum cek riwayat dari keluarga sebelumnya. Amit-amit deh yah, jangan terjadi. Udah itu aja

4 Jam

Semua terjadi begitu saja… Tiba-tiba kenalan berawal dari menanyakan soal, lanjut belajar barsama sampai nongkrong di kedai kopi. Oh, jadi gini nih kegiatan per FTV-an yang berlangsung? Orang itu sederhana. Ada yang unik, tapi susah dijelaskan. Kami terdampar pada pertokoan elektronik tradisional dan aku tidak bisa menawar. Keribetan bukan jalan yang mau aku ambil dan alhasil, harusnya harga yang lebih murah bisa dicapai, kalau saja aku mau sedikit bersabar dan membiarkan orang itu menawarkan harga untukku atau berjalan ke toko lain. Penyesalan? Buat apa? Kami menikmati waktu untuk berjalan di bawah terik matahari yang memelototi kami seolah tidak mau sinarnya tersaingi. Lalu di sini, pantat kami dimanjakan oleh bantalan sofa tanpa sandaran yang empuk sementara lidah kami digoyang oleh manis-pahitnya kopi Vietnam tanpa racun sianida. Beginikah seseorang menikmati waktu dengan menghabiskan berjam-jam hidup mereka dalam kedai kopi? Satu-dua-tiga. Aku menghitung dalam hati sambi

1,5 Minggu Matrikulasi

Dan semua kembali pada masa dimana aku dapat kembali bebas berkesperimen tanpa ada seseorang yang memberikan suatu standar kompetensi. Satu-satunya standar yang perlu dilalui di instansi ini adalah sistem. Aku kembali lagi duduk di bangku kuliah dan kembali melakukan beberapa kekonyolan di hari-hari pertama aku kuliah. Jadi hari pertama diajar oleh sebut saja namanya Pak CB. Pelajaran yang diajarkan sebenarnya sudah pernah didapat sewaktu semester 4 atau 5 dulu, tapi kali ini lebih dalam. Dulu pun sebenarnya aku tidak bisa. Sekarang, aku harus berhadapan pada sesuatu yang aku tidak bisa kembali. Malam itu, aku mendengar adikku sedang bercerita dengan kakak mengenai cerita horror di kampus. Maklum, sebagai pendatang baru, keingintahuanku terpacu buat mengetahui cerita mistis yang walaupun belum tentu benar, tapi sering kali menjadi bumbu penyedap dunia perkuliahan ini. Setelah mendengar dan sempat nimbrung sekilas dengan kakak-adik itu, aku melanjutkan belajar kembali. Keeso

Lagu Ceria jadi HOROR

Senang, riang, hari yang kunantikan Kusambut, 'Hai' pagi yang cerah Mataharipun bersinar terang Menemaniku pergi sekolah Senang, riang, hari yang kuimpikan Jumpa lagi kawanku semua S'lamat pagi, guruku tersayang Ku siap mengejar cita - cita Dengarlah lonceng berbunyi Kawan segeralah berlari Siapkanlah dirimu Dalam mencari ilmu Waktu cepat berganti Hingga lonceng terdengar lagi Semua pun bersorak dengan riang Senang, riang, masa depan 'kan datang Capai ilmu setinggi awan Hingga nanti aku t'lah dewasa Dunia kan tersenyum bahagia Lirik lagu di atas adalah lagu yang dinyanyikan Sherina dalam film Petualangan Sherina yang bombastis pas aku kecil dulu dan aku senang dengar lagu itu, awalnya… Tapi aku nggak suka lagi sama lagu ini karena lagu ini HOROR! Jadi ceritanya ada pelatihan LPDP bernama PK (Persiapan Keberangkatan) yang merupakan salah satu alur penerimaan beasiswa terkece sejagat tanah air Indonesia ini. Pelatihannya sederhan

Teater

Pertemuan itu bukan untuk disesalkan, perpisahan itu juga bukan untuk ditangisi. Lalu, aku mulai cerita ini dalam balutan kalimat emas, kaya motivator di channel elang tv itu. Hem… pada kenyataannya, siapa yang nggak menyesalkan sebuah pertemuan, kenapa datangnya terlalu cepat dan berlalunya begitu saja. Sedih adalah bagian dari emosi yang tak bisa dihindari dan perlu disadari, berbagai macam rupa emosi jiwa adalah sebuah seni bagaimana manusia mengekspresikan kreativitas. Orang yang penuh dengan berbagai emosi jiwa dalam dirinya merupakan orang yang kreatif dan inovatif. Contohnya, para pemain teater. Pemain teater adalah sosok yang harus memerankan suatu tokoh walaupun itu bukan karakter dia secara alamiah. Mereka harus jump ke dalam suatu dunia yang diimajinasikan sendiri dan diadaptasi seolah dunia itu nyata dan menjadi bagian dalam diri mereka. Meresapi dan merasakan nadi setiap kata teks adalah bermakna, bukan sekedar dialog yang dihafalkan dan diucapkan secara terba