Langsung ke konten utama

1,5 Minggu Matrikulasi

Dan semua kembali pada masa dimana aku dapat kembali bebas berkesperimen tanpa ada seseorang yang memberikan suatu standar kompetensi. Satu-satunya standar yang perlu dilalui di instansi ini adalah sistem.
Aku kembali lagi duduk di bangku kuliah dan kembali melakukan beberapa kekonyolan di hari-hari pertama aku kuliah.
Jadi hari pertama diajar oleh sebut saja namanya Pak CB. Pelajaran yang diajarkan sebenarnya sudah pernah didapat sewaktu semester 4 atau 5 dulu, tapi kali ini lebih dalam. Dulu pun sebenarnya aku tidak bisa. Sekarang, aku harus berhadapan pada sesuatu yang aku tidak bisa kembali.
Malam itu, aku mendengar adikku sedang bercerita dengan kakak mengenai cerita horror di kampus. Maklum, sebagai pendatang baru, keingintahuanku terpacu buat mengetahui cerita mistis yang walaupun belum tentu benar, tapi sering kali menjadi bumbu penyedap dunia perkuliahan ini.
Setelah mendengar dan sempat nimbrung sekilas dengan kakak-adik itu, aku melanjutkan belajar kembali.
Keesokannya, saat Pak CB sedang keluar kelas, mulai lah aku bercerita untuk mengusir kebosanan dan rasa ngantuk yang mulai menyeruak di udara, ke teman sebangku dan teman meja belakangku.
Sedang asik-asiknya bercerita dalam suasana horror dan lebai, Pak CB masuk tanpa tending aling-aling pengkodean. Sontak, ketika adrenalin sedang terpompa, aku jadi berteriak secara spontan.
Pak CB, diam. Lalu berkata, “Untung jantung saya masih kuat. Kaget saya.” Lalu tersenyum dan jalan kembali tanpa merasa pernah terjadi apa-apa. Kelas yang tadinya sempat hening, berubah ramai kembali fokus mengerjakan soal. Aku dan tiga kawanku ini cekikikan karena ulahku ini. Aduh, malu. Alamak…
Sesi ketiga, dua orang dosen muda mengajar suatu pelajaran yang sewaktu semester 4 dulu juga pernah kupelajari. Saking semangatnya teman-teman untuk menjawab pertanyaan, aku malah kelabakan tidak tahu mau menjawab apa. Serasa menjadi level terbodoh sekelas. Aku dongkol. Aku diam. Kebetulan, aku duduk paling depan (sudah duduk paling depan tapi masih tidak mengerti, hadeh). Yang ekstrim adalah aku mendumel ke teman sebangku aku, “Udahlah, belajar sendiri aja di rumah. Ini nggak bisa kaya gini. Bapaknya ngomong apa deh? Cepat banget!” dengan muka bete dan udah males banget ngomong dan bener-bener perhatikan bapak dan papan tulis tanpa mau cari di buku elektronikku (karena berat bawa buku hard-nya).
Tiba-tiba, bapaknya datang mendekat dan nanya, “Mana yang nggak tahu? Sini saya bantu.” Dan si Bapak Pram senyum sambil ngajarin. Tapi emang dasar aku yang rada lemot, aku masih nggak ngerti dan doi mesti ngajar lagi. Jadi aku bete lagi.
“Bapaknya kok ngajarnya setengah-setengah sih?!” jujur, ini suaraku uda kecil banget dan suasana kelas berisik. Tapi si bapak, kupingnya panjang banget. Dia datang lagi dan akhirnya jelasin dengan sabar, tanpa marah, dan detail. Ya ampun, mahasiswi macam apa aku ini yang marah-marah ke dosennya yang sabar ini. Aku langsung nggak enak…dan makin nggak enak deh kalau melihat semangat dan keceriaan pak Pram. Maaf yah pak.
Sekian lah ceritaku selama 1,5 minggu melaksanakan matrikulasi. Nanti jika ada yang unik, akan aku share lagi.
ADIOS.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber

Lagu Penuntun Malam (yang Dingin) #4

Malem ini dingin banget dan saya kedinginan, bukan maksud ambigu yang lain loh, cuma emang tubuh menggigil. Mungkin karena hujan terus sepanjang hari, mungkin juga karena tubuh yang lagi nggak fit. Bukti kedinginan ( lebay ): Udah pake syal, selimut, sweater ... dan oh, kaos kaki juga. Tapi di malam yang dingin ini ditemani lagu-lagu yang sedikit banyak menghibur. You’ll Be in My Heart-Phill Collins ost. Tarzan (Disney) Come stop your crying It will be all right Just take my hand Hold it tight I will protect you from all around you I will be here Don't you cry For one so small, you seem so strong My arms will hold you, keep you safe and warm This bond between us Can't be broken I will be here Don't you cry 'Cause you'll be in my heart Yes, you'll be in my heart From this day on Now and forever more You'll be in my heart No matter what they say You'll be here in my heart, always Why can't they understand the wa

Email from Eric Charles : How To Make That Guy Commit

Hi Mule, Eric Charles here. Women ask me this question over and over again: How do I get him to call me his girlfriend? - or - How do I get him to become official or exclusive with me? - or - How do I get him to say he's in a relationship with me on Facebook? Maybe you're already in an "official" relationship,  but I would still urge you to keep reading because the  trick  I'm about to reveal applies to all relationships at any stage. In many cases, a woman asks me one of those "how do I  get a title / relationship status" question after  weeks or months of waiting for the guy to commit to  her in some way. Things started out fine and progressed into seeing  each other steadily and regularly. But for whatever  reason, despite the frequent visits, sleepovers,  dates, texts, etc.  he says he doesn't want a relationship. (Or for some, he says he's not ready for some next  step... moving in, marriage, etc.) There's a truth about people - men and