Langsung ke konten utama

Satu Tetes


Satu tetes, dua tetes. Ketika tampungan-tampungan pengisian air terisi penuh oleh air mata, rasa nyeri ini tak kunjung mereda. Entah bagaimana suatu luka menggores teramat dalam di tempat yang bernama 'hati.'
Bagiku, memilikimu seperti pungguk merindukan bulan. Segala yang kuidamkan adalah mimpi. Kau mimpi itu. Salah satu hal indah dan gairah hidup itu adalah momen bersama dirimu. Aku tak tahu, jangan tanyakan aku kapan cinta ini ada dan bagaimana datangnya.
Seperti angin, kita hanya dapat merasakannya tanpa tahu dari mana ia datang dan ke mana ia pergi.
Kenapa? Adalah kata tanya yang tak perlu terucap. Satu kata yang mampu merobek jiwa, membuat rindu jadi sendu.
Ketika jari jemari menuliskan kata demi kata...
Tak mampu jua membawa semua kenangan yang telah lalu.
Aku hampir gila. Tak bisa berpikir lagi. Aku merasa ini mimpi buruk. Tolong bangunkan aku. Mungkin aku terjerat oleh sang waktu. Aku hanya perlu bangun dan berharap semua baik-baik saja.
Tapi, memang inilah kenyataan. Aku menemukan hal yang begitu sulit untuk dimengerti akal, dipikirkan otak.
Sungguh, aku tak lagi dapat berpikir.
Mungkin lebih baik aku kehilangan ingatan, agar tak perlu lagi sesak di dada.
Atau aku harus menerima, sebuah fakta dan menghadapi ini.
Aku menemukan diriku masih seperti anak kecil. Seolah tak kuasa menahan dera yang melanda. Ketika tulang-tulang terasa ngilu dan otot-otot tak lagi bertenaga, seolah tubuh ini tak lagi ada penopangnya.
Aku lemah dan terduduk, atau mungkin tertidur dalam tidur yang panjang hingga ketika mata ini terbuka lagi, tak ada tangisan, tak ada lagi rasa sakit di ulu.
Mungkinkah ini semua hanya ilusi? Tapi aku mempercayainya, bukan dengan otak.
Aku bingung. Aku ingin marah dan berteriak.
Sepoles senyum menghiasi wajah.
Marah pada siapa? Siapa yang patut dipersalahkan?
Aku mendapati tak ada yang bisa dipersalahkan.
Siapa yang kuasa melawan SANG PENGUASA.
Aku terdiam. Tiap kali kelopak mata menutup, berderai air mata membasahi tilam. Tiap malam sedu sedan saja yang menemani.
Berteriak! Aku berteriak dalam diam.
Menangis! Aku menangis dibalik tawa.
Rapuh! Aku menyembunyikannya dibalik sosok yang kuat.
Semuanya hanya untuk menenangkan.
Salahkah aku? Jadi pembohongkah aku?
Ketika mata-mata seolah tak lagi ingin kubuka...
Lidah yang kelu tak lagi mengeluarkan kata.
Salahkah aku?
Atau aku harus berlari tak peduli? Atau haruskah aku terus berdiri?
Kukira ini teka-teki, semuanya menjadi geli. Aku tertawa. Tertawa dalam kebodohan.
Aku mencoba mengerti.
Siapa yang sanggup menahan nyeri?
Ah, kau. Akhirnya tak ada yang kau pahami. Gila! Apa Bumi ini gila?!
Meledak. Pada siapa dapat diungkap? Satu perasaan yang terperangkap. Terjerat dan terasa pengap.
Sungguh, air mata dari luka yang menyayat tak bisa dilupakan. Ada setitik bekas yang jelas.
Masakan akan terulang lagi kecemasan yang t'lah lalu.
Aih. Duri-duri kecil menancap. Sudah dibawa aliran darah. Mengalir dalam darah. Tolong keluarkan duri itu! Tolong! Agar ini semua dapat berakhir cepat.
 ADIOS


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber

Lagu Penuntun Malam (yang Dingin) #4

Malem ini dingin banget dan saya kedinginan, bukan maksud ambigu yang lain loh, cuma emang tubuh menggigil. Mungkin karena hujan terus sepanjang hari, mungkin juga karena tubuh yang lagi nggak fit. Bukti kedinginan ( lebay ): Udah pake syal, selimut, sweater ... dan oh, kaos kaki juga. Tapi di malam yang dingin ini ditemani lagu-lagu yang sedikit banyak menghibur. You’ll Be in My Heart-Phill Collins ost. Tarzan (Disney) Come stop your crying It will be all right Just take my hand Hold it tight I will protect you from all around you I will be here Don't you cry For one so small, you seem so strong My arms will hold you, keep you safe and warm This bond between us Can't be broken I will be here Don't you cry 'Cause you'll be in my heart Yes, you'll be in my heart From this day on Now and forever more You'll be in my heart No matter what they say You'll be here in my heart, always Why can't they understand the wa

Email from Eric Charles : How To Make That Guy Commit

Hi Mule, Eric Charles here. Women ask me this question over and over again: How do I get him to call me his girlfriend? - or - How do I get him to become official or exclusive with me? - or - How do I get him to say he's in a relationship with me on Facebook? Maybe you're already in an "official" relationship,  but I would still urge you to keep reading because the  trick  I'm about to reveal applies to all relationships at any stage. In many cases, a woman asks me one of those "how do I  get a title / relationship status" question after  weeks or months of waiting for the guy to commit to  her in some way. Things started out fine and progressed into seeing  each other steadily and regularly. But for whatever  reason, despite the frequent visits, sleepovers,  dates, texts, etc.  he says he doesn't want a relationship. (Or for some, he says he's not ready for some next  step... moving in, marriage, etc.) There's a truth about people - men and