Langsung ke konten utama

Dari Pengkolan Angkot

Sambil menunggu antrian makanan tercerna baru kemudian mandi, pending-kan penulisan skripsi yang sudah dikerjakan dari kemarin, tadi pagi hingga sore, aku mau nulis dulu.
Mau yang sedih atau yang lucu dulu?
Yang lucu dulu yah.
Jadi ceritanya, tiap pagi itu kan mama anterin naik motor ke pinggir jalan raya supaya bisa naik angkot ke arah stasiun (aku beneran naik angkot loh tiap hari), nah kebetulan ada pengkolan angkot di deket pasar. Pas pertama ke sana, dikasih tahu kan jadwal keberangkatan angkot yaitu setiap pukul 6, 6.30, dan kelipatan 30 menit. Pas hari itu jam 6.30 kalau nggak salah, lewatlah angkot di depan pasar, dengan tenang aku naik.
Kebesokannya, kan mama antar lagi, kata mama ke pengkolannya aja, nanti bisa langsung naik. Udah tuh, pas-pasan di pengkolan, bus nya uda mau jalan, ya uda mama kejar dikit, nyelip depannnya sambil klakson-klakson heboh.
“Bang, berhenti bang, anak saya mau naik!” kata si mama.
Si abang malah makin ngebut, dikira ibu-ibu mau ngelabrak sopir bus kali yah akibat nyenggol motor atau apa. Si mama makin ngebut, terus aku nggak kalah heboh teriak di belakang.
“ABANG, SAYA MAU NAIK ANGKOTNYA!”
Entah bagaimana, kita berdua heboh geol di atas motor. Akhirnya, si abang berhenti.
“Kenapa bu?” ternyata cuma ada si sopir, ga ada keneknya.
“Ini bang mau naik,” kata mama kalem.
“Oh, saya kira kenapa ada yang klakson dan teriak-teriak.”
Nah, sampai di sini, aku nggak malu, tapi begitu bus melaju dan aku nengok ke kanan lewat jendela…
ENG ING ENG
Ada kenalan mama ngelihat peristiwa anak-mama kejar-kejaran angkot.
Stay cool , Le.
Udah tuh, ternyata kenalan mama itu, naik angkot itu juga.
Nah, itu kejadian kedua kan. Kejadian selanjutnya.
Jadi ceritanya kita mau ke pengkolan, tapi aku nggak mau. Kalau busnya sepi, suka nge-tem lama. Males kan lama, kan mau pagi-pagi ke kampus. Jadilah langsung menuju jalan raya. Pas-pasan di ujung jalan ada angkot itu lewat.
“Ma, ada angkotnya!” tunjuk aku heboh.
Terus mama langsung tancep gas. Aku ngeri. Pasalnya mama juga baru bisa naik motor, setahun lah pengalamannya, kan masih dini banget.
“Aduh, Ma. Kalau nggak nyampe, udah lah nggak usah.”
Tapi mama masih tetap melaju dengan kecepatan tinggi.
NGUENGGGG.
TINNNNNNNNNNNNN
Setiap kendaraan di klakson, ada kali tuh sepanjang jalan. Terus ada cewek nyebrang, nggak salah sih sebenarnya, tapi dia sampe mundur lagi dengerin klakson mama kan terus malah mama yang ngoceh-ngoceh.
“Dasar tuh cewek nyebrang sembarangan!” ngomong dalam posisi masih nyetir ngebut dan klakson masih terus dinyalakan dan kita tepat di belakang angkot.
Makin menjadi-jadikan tuh si mama klakson kaya apa aja.
“Woi bang!” teriak mama, tapi berhubung jalan macet sedikit, akhirnya aku bilang.
“Ma, nyalip ke depannya.”
Kebetulan jalannya dua arah, kebetulan juga arah sebaliknya kosong. Aduh, komat-kamit aku doa dalam hati biar selamat sampai tujuan.
Akhirnya, tuh angkot berhasil dijegal sama mama. Iya, sama seorang ibu-ibu getol yang rela berbuat demikian buat anaknya ini. Terharu….!
Entah kenapa, akhir-akhir ini emang mama sama aku lagi akur, sering curhat sekedar kehidupan rumah tangga atau aku cerita tentang dosen pembimbing sampai mama penasaran dan minta nomor HP si dosen (aduh si mama), mungkin mama nggak mau ganggu konsentrasi aku dalam penelitian. Mungkin juga melepas rindu dengan anaknya yang udah lama berkelana di negeri antah berantah yang indekos jauh di sana, yang jarang pulang, kalau pulang jarang di rumah. Mungkin mama emang beneran sayang sama anaknya…
Terharu juga, kemarin kan hujan tuh pas pulang, mama masih mau jemput hujan-hujanan pake jas hujan dan bawain aku jas hujan, dan masih bawain sandal jepit pinky aku terus masih rela antar anaknya yang udah kuyub ini ke rumah daddy. Rela nunggu satu jam gara-gara HP aku mati dan nggak bisa dihubungi, kalau aku udah mencak-mencak sampe ngedumel, pukul atau gigit kali kalau nunggu sejam tanpa kabar.
Mama yang mau aja bangun pagi-pagi nyiapin apa-apa yang diperlukan, walau makanan mbak yang masak sih. Yang senang membeli buah cuma buat aku tapi karena belinya kebanyakan akhirnya satu rumah harus makan buah, soalnya cuma aku yang getol dan suka banget makan buah. Yang bisa dengan mandiri mantek-mantek paku atau menata rumah atau apapun yang bisa dikerjakan tangannya. Palingan kalau pegel marah-marah sendiri.
Ya udah, segitu aja dulu ceritanya. Ini ada si cece pulang, lagi mau dengerin curhatnya di kantornya. Aku pendengar yang baik loh. -_-“”.
Akhir kata,

ADIOS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber

Lagu Penuntun Malam (yang Dingin) #4

Malem ini dingin banget dan saya kedinginan, bukan maksud ambigu yang lain loh, cuma emang tubuh menggigil. Mungkin karena hujan terus sepanjang hari, mungkin juga karena tubuh yang lagi nggak fit. Bukti kedinginan ( lebay ): Udah pake syal, selimut, sweater ... dan oh, kaos kaki juga. Tapi di malam yang dingin ini ditemani lagu-lagu yang sedikit banyak menghibur. You’ll Be in My Heart-Phill Collins ost. Tarzan (Disney) Come stop your crying It will be all right Just take my hand Hold it tight I will protect you from all around you I will be here Don't you cry For one so small, you seem so strong My arms will hold you, keep you safe and warm This bond between us Can't be broken I will be here Don't you cry 'Cause you'll be in my heart Yes, you'll be in my heart From this day on Now and forever more You'll be in my heart No matter what they say You'll be here in my heart, always Why can't they understand the wa

Email from Eric Charles : How To Make That Guy Commit

Hi Mule, Eric Charles here. Women ask me this question over and over again: How do I get him to call me his girlfriend? - or - How do I get him to become official or exclusive with me? - or - How do I get him to say he's in a relationship with me on Facebook? Maybe you're already in an "official" relationship,  but I would still urge you to keep reading because the  trick  I'm about to reveal applies to all relationships at any stage. In many cases, a woman asks me one of those "how do I  get a title / relationship status" question after  weeks or months of waiting for the guy to commit to  her in some way. Things started out fine and progressed into seeing  each other steadily and regularly. But for whatever  reason, despite the frequent visits, sleepovers,  dates, texts, etc.  he says he doesn't want a relationship. (Or for some, he says he's not ready for some next  step... moving in, marriage, etc.) There's a truth about people - men and