Langsung ke konten utama

Berjuang!!!


“Ga saya kasih izin.” Itulah kalimat yang membuat saya shock malam itu. Langsung terbayang di otak saya seperti perkataan mama atau papa ketika mereka tidak membolehkan saya untuk mengikuti suatu kegiatan, atau tidak membolehkan saya membeli barang yang saya sukai, dan saya akan menangis.
Letih, semua orang hidup lelah dengan beban dalam kehidupan mereka masing-masing. Dan tentu saja, hari itu saya juga, harus berdiri berimpitan dengan beratus-ratus orang dalam suatu ruangan kecil yang bergerak bernama bus. Panas, gerah, dan saya tidak suka. Hari itu akan dimulai dengan sebuah tes. Dan semuanya butuh perjuangan.
Singkat cerita ketika ujian telah usai dan malam itu ketika harus menerima sebuah berita, “Anda maju ke tahap berikutnya.” Membuat saya berseru girang, 5 menit. Yah, hanya sekejap mata saja. Ketika melihat jadwal yang harus saya hadiri besok, sore, tepat bersamaan dengan jadwal saya maju presentasi, saya harus memilih.
Di saat itu saya benar-benar berpikir, BBM dengan 4 orang berbeda, SMS dengan 3 orang yang berbeda, secara bersamaan, malam itu. Alhasil, saya tidak mengerjakan apa-apa kecuali pada akhirnya menghubungi pihak-pihak yang sekiranya dapat membantu. Seolah saat itu hopeless tapi tidak hilang akal...
“Doa dulu, yang tenang.” Seseorang mengingatkan.
“Yah, saya nggak tahu mesti gimana...” Yang lain berpendapat.
“Jadi gimana dong?” Yang lain bertanya.
Dan semua itu makin menambah kebingungan yang menjadi menumpuk di saat yang bersamaan.
Menangis, akhirnya adalah sebuah tangisan.
Sampai bapak kosan yang mengetuk pintu kamar untuk menagih uang kosan cuma bisa kubalas, “Belom..hiks..pak.”
“Oh, ya, ya...” Bapak itu berlalu karena mungkin kaget, mendengar isak tangis yang begitu...
“Itu, si Mule kenapa?” tanya tetangga kamar samping kanan pada kamar samping kiri. Niatnya mungkin bisik-bisik, tapi tetap aja kedengaran.
Saat saya bilang saya menangis, saya benar-benar menangis. Dan emot yang saya kirim adalah menggambarkan emosi saya saat itu karena saya tahu kita tak bisa tatap muka dan Anda tak bisa melihat emosi saya secara langsung, emot itulah yang mewakilkan. Tapi saya pasti dikira sedang berbohong.
Saya tak suka menangis.
Menangis itu menyiksa diri. Kalau nangisnya lebay, bisa-bisa mata bengkak 3 hari lebih. Terasa sakit dan perih, menurunkan penglihatan walau secara kontemporer, tapi itu mengganggu aktivitas. Saya tidak suka menangis, urat-urat di kepala akan menonjol dan kepala saya akan terasa sakit. Benar-benar, saya tidak mau menangis, baik ditunjukan maupun tidak. Besoknya, penampilan akan jelek dengan mata bengkak dan sembab, dan itu tidak cool.
“Besok wawancara kan? Yang cantik yah...” seseorang memberi support.
“Mana bisa cantik dengan mata bengkak kaya gini?!” batinku dalam-dalam.
Sampai akhirnya seorang teman yang siap sedia mau menggantikan (Thanks a lot) menjadi sebuah solusi saat itu.
Dan tidak tinggal diam, saya membaca kembali ppt, materi, membuat catatan kecil yang sekiranya berguna buat presentasi besok dan sekiranya dapat membantu kedua teman saya itu.
Setelah mengirim pesan pada seseorang untuk meminta pertimbangan dari pilihan presentasi maupun interview, satu kata balasan yang semakin memantapkan saya, “Interview!”
Bagaimana pun juga saya harus melakukan wawancara itu. Berjuang sejauh ini, ketika ada suatu kerikil, apakah kita hanya akan memandangi kerikil itu dan berdiam atau melompatinya, melaluinya?
Keesokan harinya ketika melihat wajah kedua teman yang tampaknya tetap tenang, bahkan sempat memberi dukungan, “Semangat!” membuat saya terharu, ini sudah saya ceritakan berulang-ulang.
Karena saya tahu, bantuan mereka bukanlah tentang otak mereka, bukanlah tentang materi, bukanlah tentang yang terlihat seperti itu. Tapi sedikit perhatian, secuil penyaluran rasa semangat, membuat saya benar-benar merasa, “Aku bisa!”
Kadang, yang kita perlukan hanya ucapan yang dapat menumbuhkan rasa optimis kembali.
Biarlah mata bengkak sebelah, keringet-keringet sampai harus berlari-lari, berdiri berjam-jam, dan semua itu hanya untuk duduk di kursi panas selama 30 menit yang akan menentukan sesuatu yang lain dari hidup kemudian.
Sore harinya pun saya mesti menerima sebuah pernyataan kejengkelan. Mau bagaimana lagi, semua sudah berlalu. Saat itu benar-benar lelah dan haus, tak bisa lagi melawan atau beradu debat. Ya sudahlah.
Ketika malam itu diputuskan untuk kembali ke Jakarta karena ada suatu dan lain halnya, ketika sedang di sebuah tempat perbelanjaan, tiba-tiba orang yang pergi bersama saya itu bilang, “Jangan suka nangis. Mukamu jelek kalau nangis.”
“Udah nangis tahu semaleman, nih liat matanya bengkak!” walau sudah menyusut dikit, udah cantikan dikit, hehe.
“Kemaren jadinya beneran nangis?”
Rolling eyes. Saya juga nggak suka nangis, itu terpaksa!
Besok pagi masih harus bangun pagi-pagi kembali ke Depok kuliah.
Terimakasih buat seseorang yang namanya tak bisa disebutkan, karena hal demikian terjadi membuat saya makin kuat dan semakin kuat. Saya tidak marah, tidak membalas kejengkelan dengan kejengkelan. Bagi saya itu merupakan sebuah ujian, menjadi pengalaman yang lain bahwa ketika kita menginginkan sesuatu, suatu hal itu yang harus kita perjuangkan. Semakin serius, seharusnya semakin besar perjuangannya!
Kadang saya hanya sedikit bingung. Di satu sisi banyak yang mendukung saya, “Semangat Mule!”, “Pasti bisa!”, “Aku doakan deh!”, “Sukses yah.” Di sisi lain seolah adalah kubu yang berlawanan dengan hal itu.
Well, mungkin benar bahwa hidup itu seperti koin dua sisi, yang satu pro dan lainnya kontra.
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukulah untuk sehari.
So, I don’t know what will happen tommorow but I know I have already done what I have to do today. Special thanks for my LORD JESUS CHRIST, from Your BIG fans, Your lovely daughter. J

ADIOS.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber

Lagu Penuntun Malam (yang Dingin) #4

Malem ini dingin banget dan saya kedinginan, bukan maksud ambigu yang lain loh, cuma emang tubuh menggigil. Mungkin karena hujan terus sepanjang hari, mungkin juga karena tubuh yang lagi nggak fit. Bukti kedinginan ( lebay ): Udah pake syal, selimut, sweater ... dan oh, kaos kaki juga. Tapi di malam yang dingin ini ditemani lagu-lagu yang sedikit banyak menghibur. You’ll Be in My Heart-Phill Collins ost. Tarzan (Disney) Come stop your crying It will be all right Just take my hand Hold it tight I will protect you from all around you I will be here Don't you cry For one so small, you seem so strong My arms will hold you, keep you safe and warm This bond between us Can't be broken I will be here Don't you cry 'Cause you'll be in my heart Yes, you'll be in my heart From this day on Now and forever more You'll be in my heart No matter what they say You'll be here in my heart, always Why can't they understand the wa

Email from Eric Charles : How To Make That Guy Commit

Hi Mule, Eric Charles here. Women ask me this question over and over again: How do I get him to call me his girlfriend? - or - How do I get him to become official or exclusive with me? - or - How do I get him to say he's in a relationship with me on Facebook? Maybe you're already in an "official" relationship,  but I would still urge you to keep reading because the  trick  I'm about to reveal applies to all relationships at any stage. In many cases, a woman asks me one of those "how do I  get a title / relationship status" question after  weeks or months of waiting for the guy to commit to  her in some way. Things started out fine and progressed into seeing  each other steadily and regularly. But for whatever  reason, despite the frequent visits, sleepovers,  dates, texts, etc.  he says he doesn't want a relationship. (Or for some, he says he's not ready for some next  step... moving in, marriage, etc.) There's a truth about people - men and