Langsung ke konten utama

This Post Wasting Time

Karena blog ini self-oriented banget, bisa menghabiskan waktu dan membosankan karena ceritanya yah seputar hidup aku, me as ordinary people.
Aku mau bahas dua topik dalam satu post ini yang tadinya mau dibuat dua bagian tapi nggak jadi.
Cerita kali ini tentang ajakan untuk nonton dan makan. Sebenarnya bukan nggak boleh, tapi ajakan demikian menjadi undangan terbatas bersyarat dari ortu. Bukan nggak mau make a rebellion, cuma aku udah keseringan dulu jadi seorang ‘rebel itu. 
Btw, aku baru inget tentang kejadian aku pas kecil, mungkin pernah aku singgung di salah satu post di blog ini dulu, cuma aku juga lupa di judul yang mana. Ini teringat gara-gara keponakan aku hilang di mall yang (hampir) tiap minggu kita kunjungin itu. Keponakan aku lagi pergi sama sepupu aku beserta ciwi-ciwi (temen-temennya), biasanya ciwi-ciwi ini kalau udah ngumpul, ngobrol, ngerumpi, lupa deh bawa ekor di belakang, akhirnya keponakanku ini hilang, terus ditemuin satpam dan dibawa ke bagian informasi, jadilah berhasil ditemukan oleh ciwi-ciwi.
Aku inget persis waktu itu masih SD dan jalan-jalan ke Roxy Mas sama mama dan tante. Mereka berdua ke Rimo, department store yang waktu itu masih kece. Terus mereka lihat ke bagian pakaian dalam wanita yang sebelahan sama pernak-pernik anak kecil cewek, such as Barbie doll, pinky stuffs, etc.
Terus aku iseng, ninggalin mama dan tante yang lagi lihat bra diskon kayanya, ada di keranjang gitu yang bagian tengah, terus aku lihat-lihat girl’s stuffs nya terus balik lagi, masih ada mama, jadi aku lanjut lihat barang-barang imut, seimut aku dulu. Pas balik untuk kedua kalinya, mama dan tante sudah nggak ada di tempat. Aku ngiter-ngiter di TKP, nggak nemu. Terus aku ketemu pak satpam dan diajak ke bagian informasi di bawah tangga dengan tembok warna kuning dan ubin tangga warna putih. Aku inget satpamnya pakai baju satpam putih-hitam dan mbak-mbak resepsionisnya duduk di balik meja coklat gitu terus diumumkan dari mikrofon tentang ciri-ciri mama dan tante yang aku sebutin. Baju mama orange dan tante aku pakai rok putih pendek dan sepatu boots putih, dia gaul deh. Akhirnya kita ketemu di escalator dengan arah mama dan tante naik dan aku dianter pak satpam. Untung aku nggak diculik atau dijahatin. Mama langsung peluk aku dan kita pulang, di sana aku baru nangis, sebelumnya aku nggak nangis sampai dibilang satpamnya aku anak pinter dan berani (?), sejak saat itu aku nggak pernah pergi-pergi lagi tanpa dipegang dan aku lebih sering jalan di bagian depan, biar kalau salah jalan ada yang kasih tahu dan ngarahin aku dari belakang, mencegah aku hilang lagi.
Case two.
Jadi aku pergi sama mama naik angkot, ceritanya kita mau belanja di daerah kota sana buat keperluan Chinese New Year. Waktu itu aku udah punya HP, kelas 5 SD, pas di kelas cuma ada dua orang yang punya HP, cowok yang aku suka karena kita sering sms-an nggak jelas karena kita berdua doang yang punya HP. HP-nya nggak boleh dibawa sama mama. Aku pakai baju leher tinggi warna abu-abu bahan chiffon sehingga kalung yang aku pakai ketutupan kerah leher. Nah di angkot itu terjadilah penodongan sadis. Berdua seangkot cuma aku dan mama, sopir, dan tiga orang penodong. Setelah dihipnotis sebelumnya dari jam tangan yang menarik hati milik si pelaku, kebetulan mama nggak pakai jam tangan, jadi mama lihat jam tangan yang terjulur begitu saja dari pelaku yang ternyata ada mantra hipnotisnya (aku nggak tahu gimana caranya jam bisa jadi alat hipnotis), terus kita berdua ngantuk berat, padahal baru selesai mandi dan keramas, rambut aja masih basah-basah gimana gitu. Tiba-tiba-Celurit di leher! Gelang, cincin, anting hello kitty aku, duit mama, de el el, hilang raib. Cuma terselamatkan nyawa dan kalung bentuk hati aku yang tersembunyi di balik kerah leher. Tapi aku nggak nangis. Aku cuma nangis pas lihat mama nangis juga. Terus kita pulang dengan modal uang dikasih sopir angkot sebesar empat ribu.
Mungkin karena kejadian itu, aku jadi lebih di protect, jadi anak pingit yang nggak boleh ini, nggak boleh itu. Well, when I grew up, I showed them that I strong enough, brave daughter, and can survive in this cruel life. Setidaknya masih boleh naik motor, sekolah agak jauhan dikit dari rumah. Jujur, nggak kebayang sekolah deket rumah ada SMA-nya, bisa jadi aku dari kelompok bermain, TK, SD, SMP, SMA, di sana. Duh, bosen banget cuma tahu jalan komplek, sekitar komplek, komplek sebelah, sudah, itu saja.
Masih bingung sih, kalau lihat status pembaca yang cukup banyak pada blog ini, padahal terkenal juga nggak, penyair bukan, lulusan sastra apalagi. Setelah akhirnya lulus, rencana mau belajar bahasa, mau belajar nyetir, masak, jahit, desain, belom kesampean. Buat menyelesaikan novel yang udah tertunda beberapa tahun aja, belom kelar-kelar.
Sampai-sampai cece aku nanyain, “Gimana itu kelanjutan nulis novel kamu? Udah selesai?”
“Sudah.”
“Sudah dikirim ke editor kan waktu itu?”
“Sudah.”
“Terus gimana?”
“Yah gitu.”
“Gitu gimana?”
“Ditolak.”
“Katanya apa? Kok bisa tahu ditolak?”
“Naskahnya dibalikin, diberi komentar –sensor-…”
“Yah sudah coba lagi.”
“Rencananya begitu, aku mau perbaiki, tapi belom sempat.”
Banyak planning, sedikit yang terjadi.
Eh, jadi bahas tentang novel deh. Kemarin itu sempat baca novel yang aku tulis tangan sendiri di buku tulis bergaris, udah sampai 5 bab tapi seperti biasa, I made stories without ending, as usual. Tapi ternyata anak SMP bagus juga loh jalan ceritanya, walau agak lebay dan kadang pola pikirnya terlalu simple (muji diri sendiri), tapi enak juga dibacanya.
Tapi aku beneran kaget waktu ada orang yang tahu aku nulis novel dan very excited buat dikirimin soft-copy nya dan niat baca ditengah kesibukkan orang itu. Aku lebih berharap skripsi aku yang dibaca dan dikoreksi, peace. Karena itu aku nggak kirimin deh. 
Aku pamit dulu, siapa tahu dapat ilham dan kerajinan kembali buat nerusin buat novelnya. Kalau sampai terbit, beneran terbit banget, bagi pembaca blog ini dan menjadi 10 pengirim email pertama ke email aku dan 10 orang pertama yang komen di post yang bahas tentang novel yang terbit nanti, bakalan aku kasih gratis novelnya plus tanda tangan aku. (Duh, nulis aja belom, keterima aja belom, udah promo aja).
Akhir kata,
ADIOS.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber

Lagu Penuntun Malam (yang Dingin) #4

Malem ini dingin banget dan saya kedinginan, bukan maksud ambigu yang lain loh, cuma emang tubuh menggigil. Mungkin karena hujan terus sepanjang hari, mungkin juga karena tubuh yang lagi nggak fit. Bukti kedinginan ( lebay ): Udah pake syal, selimut, sweater ... dan oh, kaos kaki juga. Tapi di malam yang dingin ini ditemani lagu-lagu yang sedikit banyak menghibur. You’ll Be in My Heart-Phill Collins ost. Tarzan (Disney) Come stop your crying It will be all right Just take my hand Hold it tight I will protect you from all around you I will be here Don't you cry For one so small, you seem so strong My arms will hold you, keep you safe and warm This bond between us Can't be broken I will be here Don't you cry 'Cause you'll be in my heart Yes, you'll be in my heart From this day on Now and forever more You'll be in my heart No matter what they say You'll be here in my heart, always Why can't they understand the wa

Email from Eric Charles : How To Make That Guy Commit

Hi Mule, Eric Charles here. Women ask me this question over and over again: How do I get him to call me his girlfriend? - or - How do I get him to become official or exclusive with me? - or - How do I get him to say he's in a relationship with me on Facebook? Maybe you're already in an "official" relationship,  but I would still urge you to keep reading because the  trick  I'm about to reveal applies to all relationships at any stage. In many cases, a woman asks me one of those "how do I  get a title / relationship status" question after  weeks or months of waiting for the guy to commit to  her in some way. Things started out fine and progressed into seeing  each other steadily and regularly. But for whatever  reason, despite the frequent visits, sleepovers,  dates, texts, etc.  he says he doesn't want a relationship. (Or for some, he says he's not ready for some next  step... moving in, marriage, etc.) There's a truth about people - men and