Langsung ke konten utama

Masa Sidang Rek

Pingin banget belajar buat persiapan tes inggris, tapi berhubung ngantuk dan pasti nggak nyambung, pingin ngerjain soal online juga matanya beler, tapi yang pasti kalau nulis nggak, alhasil nulis lagi, ngetik sih lebih tepatnya.
Woaaa!
Udah lama banget nggak ngetik setelah melewati proses ketegangan dan tidak santai tingkat tinggi, akhirnya bisa bernafas dengan lega setelah menyelesaikan sidang skripsi sarjana di kampus kuning tercinta. Tuntutan berikutnya tentu mendapat pekerjaan. Nggak enak banget nih kalau sebelum wisuda nanti masih luntang-lantung belum punya tujuan mau apa langkah selanjutnya. Nanti kalau nggak buru-buru kerja bakalan dijodohin, dipaksa cepat-cepat nikah, riweh banget kan.
Serasa meregangkan semua otot pegal ketika ini semua sudah selesai dengan plong-nya. Haha. Thanks for my LORD, Jesus Christ…
Aku mau cerita banyak. Mulai dari mana yah? Dari sidang aja.
Jadi kerjaannya jalan dan pulang malem, pas pulang udah capek dan kalau pun belajar nggak nyambung-nyambung, berasa ngocor aja semua tulisan, hafalan, dan pengertian. Materi dari internet, buku, skripsi, balik lagi ke internet, buku, skripsi, bikin tambah panik karena berasa kurang terus, yang ini belum, yang itu belum, waktu nggak cukup, panik, stress, bingung, takut, gelisah, cemas, dan seterusnya dan sebagainya. Intinya yah jadi nggak fokus. Akhirnya, ditinggal tidur aja. Begitu terus sampai H-1 hari sidang dan makin gelisah sampai emosi marah-marah nggak jelas. Saatnya tidur. Siap tak siap, toh besok akan datang dan pasti aku akan menghadapinya kecuali aku pengecut dan ambil jalan pintas bunuh diri saking panik dan takutnya, tapi tentu aja ide itu ditepis jauh-jauh, duh, nggak se-gila itu kok.
Bersyukur banget, besok pas berangkat nggak telat, karena biasanya kalau ketinggalan kereta, bakal sampai di kampus jam 10-an padahal sidang jam 9.45 belum pakai perlengkapan tempur.
Sesampainya di kampus, sepi…bikin tambah tegang. Pas duduk samping salah seorang teman yang mau ikutan sidang, dia tegang, pakai buka laptop, buka skripsi, buka kertas, buka catatan, buka jas, buka baju…nggak ding, dia nggak pakai jas dan juga nggak buka baju, tapi kelihatan panik dan karena takut tertuler, aku langsung ngibrit menyendiri di lab atas yang bobrok dan suram, bikin perasaan hati makin was-was, jangan-jangan ada bangkai tikus lagi atau ada penjahat lagi ngumpet, tapi begitu nyalain lampu langsung berasa, nyesss…ini dulu lokasi ketika berusaha mati-hidup menumbuhkan alga tapi nggak kesampaian, tempat serem pernah pulang malam, disamperin dosen, ditegur dosen karena silau, bercanda, gosipin dosen dan rekan penelitian lain yang malang dengan nasib masing-masing penelitiannya, tempat hampir (udah) nangis karena dosen biologi yang mengacuhkan diriku (tega nian), dan semua kegalauan dan bercanda nggak mutu dari kakak 2008. Rasanya malah sedih, lebih sedih pas lihat skripsi dan baca tapi nggak nge-dong apa yang dibaca.
Tiba-tiba HP geter, tanda ada sms masuk dari dosbing yang beri semangat, tapi rasanya flat, uda kebal dengan berbagai kata semangat yang nggak bisa buat kaki aku yang lemes jadi lebih kuat. Pingin teriak saat itu tapi malu ada anak S2, jadi ngereng-ngereng nggak jelas sambil mainin jari tanda orang stress berat. Akhirnya memutuskan untuk ganti baju di kamar mandi atas yang lagi-lagi sendiri, sepi, sunyi, stress. Parah!




Udah ganti baju, nyamperin dosbing karena udah bilang kalau mau nyamperin. Pas di dalam, diajak ngomong yang ringan, tapi di telinga aku kaya nggak penting lagi semua, yang ada di otak cuma, “Gimana nih lewatin ini dengan mulus dan cepat, cepat masuk cepat keluar, cepat suksesnya.”
Yang selalu buat gregetan, dosbing bukannya buat tenang, tapi membuat deg-deg-kan terus. Pas seminar, masa mau ditinggal, dibilang mau nguji S2, pas mau sidang ini dibilang skripsi yang udah aku kasih buat doi, hilang. Udah dicari, nggak ada. Ya ampun. Aku udah nggak peduli lagi, beneran, cuma yang diotak aku, “Ayo, selesaikan segera. Cepat selesai. Ayo selesai.”
Akhirnya, sidang berlangsung dan begitu berdiri di depan, nggak ada sama sekali lemas, grogi, takut, ragu. Semua yang dipelajari nggak ada yang keluar, yang keluar yang dasar, yang dipelajari pas semester awal, tak terduga, Tuhan juga tak terduga membuat aku bisa menjawab pertanyaan yang nggak aku sadari akan ditanyakan, jadi Tuhan yang baik saja. Oke, balik ke ceritanya intinya adalah sidang berjalan baik dan ketua penguji sangat membantu, ramah, I like him.
Menunggu nilai di luar, dipanggil masuk, ditanya nilai yang pantes buat aku berapa. Pingin jawab 60 kayanya pesimis amet, jawab 80 sombong banget, jadilah jawab 70 dan iya-iya aja. Ternyata 70 masih nggak pantas buat aku karena…nilai akhirnyaa lebih tinggi beberapa angka sehingga bisa lulus dengan predikat terbaik yang bisa aku raih. Pas ditunggu buat nangis, aku nggak nangis. Kan seneng, masa nangis, jadilah aku bengong. Dipikiran aku cuma satu saat itu, “Terimakasih TUHAN, aku nggak malu-malu-in namaMU, orangtua, saudara, dosbing, teman-teman, dan semuanya.” Dan rasanya plonggg banget tak terungkap dengan kata-kata dan nggak bisa nangis, yang ada cuma mesem-mesem bengong kaya orang bloon, tapi rasanya, nggak peduli. Kalau sebelum masuk otaknya berat, keluar udah ringan, seringan bulu kapas yang diterbangkan angin.
Ditambah langsung ditraktir makan siang, ah, sedap banget. Bapaknya baik, baik karena ikut dan turut dalam kesenanganku dan teman satu bimbingan. Iyalah bapaknya senang, kan bapaknya dosbing kita. Yah, cerita panjang ini masih belum bisa merangkai semua kejadian menjadi pengertian yang lebih dalam.

Pas pulang, telepon opung untuk mengabarkan dan opung langsung seneng banget. Opung orang pertama yang tahu tentang kelulusanku dan aku berharap dengan demikian opung semangat dan bisa menambah tingkat kesembuhan opung. Yah, opung memang nggak baca tulisan ini, tapi ini beneran harapan dari lubuk hati terdalamku. Opung sehat dan segar.
Udah yah, aku udah kehabisan daya pikir nih, nanti aku sambung kalau kekuatan yang dianugrahkan padaku udah pulih lagi.

ADIOS.
                                                           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber

Lagu Penuntun Malam (yang Dingin) #4

Malem ini dingin banget dan saya kedinginan, bukan maksud ambigu yang lain loh, cuma emang tubuh menggigil. Mungkin karena hujan terus sepanjang hari, mungkin juga karena tubuh yang lagi nggak fit. Bukti kedinginan ( lebay ): Udah pake syal, selimut, sweater ... dan oh, kaos kaki juga. Tapi di malam yang dingin ini ditemani lagu-lagu yang sedikit banyak menghibur. You’ll Be in My Heart-Phill Collins ost. Tarzan (Disney) Come stop your crying It will be all right Just take my hand Hold it tight I will protect you from all around you I will be here Don't you cry For one so small, you seem so strong My arms will hold you, keep you safe and warm This bond between us Can't be broken I will be here Don't you cry 'Cause you'll be in my heart Yes, you'll be in my heart From this day on Now and forever more You'll be in my heart No matter what they say You'll be here in my heart, always Why can't they understand the wa

Email from Eric Charles : How To Make That Guy Commit

Hi Mule, Eric Charles here. Women ask me this question over and over again: How do I get him to call me his girlfriend? - or - How do I get him to become official or exclusive with me? - or - How do I get him to say he's in a relationship with me on Facebook? Maybe you're already in an "official" relationship,  but I would still urge you to keep reading because the  trick  I'm about to reveal applies to all relationships at any stage. In many cases, a woman asks me one of those "how do I  get a title / relationship status" question after  weeks or months of waiting for the guy to commit to  her in some way. Things started out fine and progressed into seeing  each other steadily and regularly. But for whatever  reason, despite the frequent visits, sleepovers,  dates, texts, etc.  he says he doesn't want a relationship. (Or for some, he says he's not ready for some next  step... moving in, marriage, etc.) There's a truth about people - men and