Langsung ke konten utama

Perjalanan Panjang Penuh Peluh

Maaf yah buat pembaca yang menunggu-nunggu tulisanku selanjutnya yang akhirnya malah numpuk di akhir bulan dan ide-ide yang harusnya masih fresh dari otak-ku jadi mesti direka ulang di (yah tentu saja) otakku.
Kalau mau diceritain dari awal pasti bakalan bosenin dan kesannya narsis.
Tapi bagi yang beneran mau baca harus baca sampai akhir, nggak boleh setengah-setengah. Hayo komitmennya dek...
Dan mulai dari sini sampai beberapa artikel ke depan bakalan bahas kehidupan seputar kampus yang akan aku bagi dalam beberapa part dan akan ada juga beberapa foto penunjang yang menjadi daya tarik di blog ini (promosi!!!!). Maklum, saya orang norak yang baru saja melepas rok abu-abunya dan menggantinya dengan rok putih... hngggg... loh?
Maksudnya gini. Di dunia perkuliahan, saat OSPEK(bahasa lamanya) yang sekarang berubah menjadi OKK(bahasa gahulnya) yang singkatan dari Orientasi Kehidupan Kampus, yaitu semacam MOS seperti di SMA atau SMP saat awal masuk, ternyata nggak seperti yang dibayangkan.
Dulu yang namanya OSPEK identik dengan keras dan main fisik kan? Nah, kalau OKK ini sama aja sebenarnya Cuma dikemas dengan kemasan baru. Bilangnya sih nggak ada pelatihan fisik tapi realisasinya, ada penyiksaan waktu dan tenaga. Kok parah? Eits, nanti dulu. Aku mesti ceritain secara runtut dan sistematis yah. Yuk, kita mulai model diari.
Dear my blog...
Minggu, 31 Juli 2011
Ini awalnya aku ke salah satu universitas ternama di Indonesia di daerah Depok sana dimana almameter warna kuning, yang kita sebut dengan jakun, selalu dijunjung tinggi.
Setelah anak-anak calon scientist masa depan berkumpul di depan gedung perpustakaan UI(langsung sebut merk yah) alias fakultas MIPA, kita dibagi beberapa kelompok buat ngebahas soal-soal gila dari kakak kelas yang jawabannya entah bagaimana didapat dan ditemukan oleh rekan-rekan seperjuangan. Aku menduga, salah seorang kakak kelas menjadi pembocor jawaban itu sendiri. Masalahnya ada soal yang nggak pernah diajarin, setara sama olimpiade tingkat nasional, malahan ada di soal yang tujuannya cuma untuk mengukur dan membuat tugas-tugas prakarya, maaf maksud aku mahakarya yang harus kita buat. Itu praduga tidak bersalah artinya yah.
Terus dibagi per departemen(keren kan ada departemennya). Menyelesaikan, hem lebih tepatnya menyocokkan jawaban. Tapi bagi aku itu artinya menyalin jawaban. Soalnya sama sekali belom ngerjain apa-apa.
Terus selesai acara yang nggak terlalu jelas juntrungannya itu karena lebih banyak ngobrol, foto dan masih antara di negeri awang-awang nan jauh di sana bahwa ada gedung semegah dan sekeren perpus UI yang aduhai, arsitektur bergaya trendi dan super canggih dan mahal dan mewah dan luar biasa dan kokoh dan lain-lainnya. Akhirnya, pulanglah anak-anak lain dan yang minat bikin video buat angkatan silahkan tinggal dulu buat partisipasinya. Dan, aku tinggal. Mau coba-coba aja, gimana sih rasanya aktif di suatu komunitas yang baru awal juga kan kita kenal.
Aku dapet jatah jadi kameramen. Nanti deh aku ceritain juga perjalanan dan hasil dari seorang kameramen amatiran dan cabutan seperti aku yang hanya mengeluarkan tenaga sedikit dan tidak menghasilkan apa-apa pada akhirnya. (kaya orang putus harapan aja). Ditambah aku nggak punya kamera perekam selain kamera HP yang besarnya 2MP. Yak, selamat!
Akhirnya setelah mendapat solusi bahwa akan dipinjamkan dan acara bubar, aku dan temanku si Mrs. Muscle tidak langsung pulang lagi ke stasiun naik kereta yang tadi pas dateng tuh sepi, adem, gerbong khusus ceweknya bersih... jadi kita malah keluyuran dengan sok tahunya ke kos yang besok akan ditempati untuk membayar pelunasan uang kos. Daerah kos nya di depan tepat fakultas paling maskulin yang konon katanya banyak cowok-cowok kece yang di sana. Cihui, cuci mata. Nyatanya, abang-abang ojek tua dan paruh baya bertebaran dengan helm kuning untuk mencari nafkah pendidikan cucunya.(aku sok tahu)
Ini foto kamar kos nya
Jadi setelah dengan sok kuatnya(irit ding. Soalnya dari perpus ke kos naik ojek goceng, masa naik ojek lagi sih), jadi kita jalan dari fakultas teknik ke Pocin alias Pondok Cina lewat jalan gede yang beraspal itu. Akhinya setela jajaso(jalan-jalan sore) yang membuat kita sesak nafas karena capek, nyampe juga di fakultas MIPA. Buset, setengah jam bo. Terus kita kelilingi gedung departemen farmasi yang jendelanya udah pecah dan ada kucing berkeliaran dan ngikutin kaki kita mulu. Apa banget sih nih kucing. Dasar manja!
Terus, kita berusaha jalan lagi menuju pondok cina. Kita nih MABA(mahasiswa Baru) yang super duper sok tahu banget. Kita berusaha jalan dari sana ke stasiun pondok cina. Kalau kalian pernah ke UI, kalian bakalan ngakak se ngakak-ngakaknya tahu kalau dari teknik ke MIPA ditambah dari MIPA ke Pocin itu kaya ngelilingin dua kali stadiun di gelora bung karno. Soalnya dari teknik ke pocin itu kaya setengah ngelilingin UI yang luasnya 320 Ha. Kebayang nggak sih betapa kita kuat banget?!
Kalau anda beranggapan kita kuat, yah, anda SALAH BESAR. Soalnya, ini nih. MABA gokil itu kalau di peringkatin, kita yang bakalan menang. Mau tahu kenapa? Soalnya, aku dan dia tuh yang di foto itu, saking capeknya dan emang kebaikan Tuhan(kalau bisa dibilang begitu), tiba-tiba ada seorang cowok dengan motor king yang besar nyamperin.
“Misi Mbak,” kata mas itu sambil senyum. “Tau asrama putri di mana?”
Dengan sotoynya aku langsung jawab,”Jalan aja lurus terus lewatin jalan ini.”
“Oh, gitu yah Mbak,” kata sih Mas percaya aja.
“Iya,” kata aku ngangguk-ngangguk sok meyakinkan padahal ga yakin.
“Emang iya Le?” tanya temenku itu berbisik.
“Iya!” kataku mantap padahal bohong.
“Yah udah, makasih yah Mbak,” pamit si Mas J.Co.
“Eh, tunggu mas. Kita nebeng dong,” tawarku berani. Temenku langsung melongo ‘HAH?!’
Mas-mas J.Co tampak ragu.
“Habis capek mas jalan kaki tadi dari ujung sana,” kataku memelas sambil mijit-mijit kaki.
“Ok deh,” Mas J.Co memberi tumpangan dan temenku kusuruh duduk di bagian tengah. Tapi karena keadaan motor yang panjang dan kemudinya harus membungkuk, jadi tidak seperti yang teman-teman bayangkan bahwa di mas J.Co bakal nyari kesempatan. NGGAK! Hoho, langka nih orang kaya gini, baik dan sopan serta WANGI! Perlu dicatat, wanginya wangi body shop (daritadi nyebut merek terus).
Oke, sampailah kita di stasiun pondok cina dan diturunkan sementara mas-mas J.Co pergi dengan senyum walau masih bingung, kitanya udah nyampe tujuan, mas itu masih mesti nyari padahal dia awalnya minta tolong tanya alamat eh malah kita yang dapet tebengan.
Hoho, pokoke ini pengalaman yang seru dan sangat pemberani, kreatif, cerdas serta menantang, penuh petualangan. Dan, perjalanan diakhiri dengan naik kereta, turun di Juanda lalu naik busway sampai halte busway deket rumah terus naik ojek sampe rumah deh.


Senin 1 Agustus 2011
Hari ini aku mesti pindahan ke kos karena besok udah mesti daftar ulang.
Bawa barang seadanya karena aku Cuma punya dua bahu dan dua tangan, dua kaki yang buat ngangkut barang dan membuat barang-barang itu berpindah. (bahasa yang rumit)
Dibantu oleh Mbak yang setia mengabdi selama 19 tahun di keluarga ku (angkat rahangnya, nggak usah sampe melongo) akhirnya jam 3-an diantar oleh om, yang tiba-tiba baik hati itu, aku berangkat dan sampai di stasiun kota. Duh, mesti berdiri lama banget buat nunggu. Lupa kalau itu hari Senin, hari awal puasa bagi umat Muslim di mana toleransi dan ajang maaf-memaafkan untuk mendapatkan pahala selalu diutamakan, alhasil, pukul empat-an, semua pegawai negri dengan baju hijau tanda orang-orang dinas yang setia bekerja di pemerintahan demi mengurus rakyat Indonesia, pulang dari kantor.
Jeng, jeng...
Aku dihadapkan dengan suatu kenyataan bahwa Jakarta memang padat dengan penduduknya. Aku mesti menyediakan tempat ukuran 30x30 cm saja untuk aku berdiri dan mesti berjinjit 30detik sekali untuk menghirup oksigen di antara kepala-kepala ibu-ibu yang sudah bekerja berjuang untuk biaya hidup mereka dan keluarga. Heng... -.-
Karena bawa barang banyak, yaitu dua tas jinjing besar, ransel besar, kardus besar, akhirnya di kereta yang super sempit itu, aku dan mbak harus kena dumelan ibu-ibu yang harus berjuang juga menahan emosinya karena itu hari pertama puasa. Ya ampun, beneran worst timing banget. Akhirnya sampai juga di stasiun yang kita tuju. Setelah sampai dan mesti mendobrak pintu yang terdiri dari badan-badan seksi ibu-ibu aku melambai ke arah kereta ke gerbong yang semenit lalu aku harus berjuang menghirup udara. Ibu-ibu yang ada di depan pintu tersenyum sinis, mungkin batinnya, “Bocah edan. Udah mepet gitu masih bisa bawa barang banyak. Udah turun pake tebar pesona melambai tangan sambil senyum lagi.”
“Ayo De, kok malah lambai-lambai,” mbakku menyadarkan.
“Eh, iya.” Aku baru tersadar kemudian menyampirkan tas ransel ke punggul dan menjinjing salah satu tas.
Hari itu hari Senin, ada bikun, Cuma kok ini nggak ada-ada yah. Lagian malu juga kali yah bawa barang segedong naik bikun, mentang-mentang gratis. Gimana nanti kalau ada cowok kece kakak senior yang liat? Gimana image aku sebagai MABA profesional? Hah? Apa hubungannya Mule???
Jadi aku putuskan naik ojek, yang abangnya juga ragu-ragu, apa bisa yah saya membawa orang dengan muatan  yang berlebih.
“Ke mana neng?” tanya si abang.
“Cat kuku bang.”
“Hah?” si abang noleh, bingung.
“Kutek bang,” aku pura-pura memperjelas padahal tadi bukan itu yang aku omongin.
Motor langsung tancap gas tanpa bilang, “Permisi neng, saya akan melajukan motornya,” nggak ada tuh lagian sejarahnya abang ojek pake permisi kata ngomongnya halus banget kaya gitu lagi.
Br....
Hawa dingin, aliran udara yang kenceng membuat poniku tersampir ke belakang membuat jidatku menyinari jalanan yang sudah mulai gelap. Ojek tepat di tempat kos dan setelah aku dan mbak masukin barang ke kamar, kita langsung cabut lagi ke Margo City, Hypermart.
Harga-harga alat kebersihan, penting!
Yah, aku milih-milih barang yang murah tapi kualitas bagus, aku mesti ikutin dan terapkan prinsip ekonomi banget nih. Budget terbatas dan aku mesti makan. Ya ampun, management uang itu nggak gampang dan aku belajar untuk itu. Aku belajar nahan hawa nafsu dan gengsi mesti pake barang branded. Sekarang itu nggak penting. Tapi gimana barang dengan fungsi yang sama dengan harga terjangkau, itu yang penting.
Jadi setelah jalan keliling satu jam dan beli makan, akhirnya kita pulang, naik ojek lagi. Baru kerasa, berat diongkos kalau tiap kali kemana-mana pake ojek. Untung bikun gratis. Ya ampun...
Setelah makan buru-buru, masih beresin dan bersihin kamar dari sarang laba-laba dan debu-debu nakal. Kayanya disini ada Tinker Bell yang nyebar debu-debu peri. Oke, imajinasiku mode on nih. Dan baru selesai semua jam 11-an baru bisa mandi. Duh, besok mesti daftar ulang dan jam 8 mulai.
Besoknya aku baru berangkat dari kos bersama Mrs.Rainbow jam 8. Dan baru nyampe jam 8 lewat 15. Mesti ngantri panjang banget dan segala macem kepuyengan mesti dilewatin karena kita mesti bikin uler duduk jalan nunduk lalu nunggu. Apa itu? Itu adalah model daftar ulang universitas di Depok. Haha.
Yah setelah daftar ulang, pulang terus istirahat di rumah.
ADIOS

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber

Lagu Penuntun Malam (yang Dingin) #4

Malem ini dingin banget dan saya kedinginan, bukan maksud ambigu yang lain loh, cuma emang tubuh menggigil. Mungkin karena hujan terus sepanjang hari, mungkin juga karena tubuh yang lagi nggak fit. Bukti kedinginan ( lebay ): Udah pake syal, selimut, sweater ... dan oh, kaos kaki juga. Tapi di malam yang dingin ini ditemani lagu-lagu yang sedikit banyak menghibur. You’ll Be in My Heart-Phill Collins ost. Tarzan (Disney) Come stop your crying It will be all right Just take my hand Hold it tight I will protect you from all around you I will be here Don't you cry For one so small, you seem so strong My arms will hold you, keep you safe and warm This bond between us Can't be broken I will be here Don't you cry 'Cause you'll be in my heart Yes, you'll be in my heart From this day on Now and forever more You'll be in my heart No matter what they say You'll be here in my heart, always Why can't they understand the wa

Email from Eric Charles : How To Make That Guy Commit

Hi Mule, Eric Charles here. Women ask me this question over and over again: How do I get him to call me his girlfriend? - or - How do I get him to become official or exclusive with me? - or - How do I get him to say he's in a relationship with me on Facebook? Maybe you're already in an "official" relationship,  but I would still urge you to keep reading because the  trick  I'm about to reveal applies to all relationships at any stage. In many cases, a woman asks me one of those "how do I  get a title / relationship status" question after  weeks or months of waiting for the guy to commit to  her in some way. Things started out fine and progressed into seeing  each other steadily and regularly. But for whatever  reason, despite the frequent visits, sleepovers,  dates, texts, etc.  he says he doesn't want a relationship. (Or for some, he says he's not ready for some next  step... moving in, marriage, etc.) There's a truth about people - men and