Langsung ke konten utama

Tulisan Akhir Tahun


Aku lagi duduk-duduk aja nih di rumah saudara. Setelah dua kali pertandingan dua kali kalah, aku akhirnya memutuskan untuk mengetik sesuatu di laptop.
Aneh, sebenarnya aku punya banyak ide dan topik menarik yang mau aku angkat dan bahas di blog. Karena kelamaan di otak dan ide lalu lalang jadinya buyar deh semua, padahal udah aku rangkai sedemikian rupa, sayang sekali.
Tanggal 31 Desember 2011, akhir tahun, hari terakhir menutup tahun 2011.
Kenapa dengan 2011?
Tahun ini tahun terakhir aku les di Jl. Gotong Royong. Dari aku masih memakai seragam abu-abu sampai aku bebas lepas dari seragam-seragam yang sudah menemani aku menempuh jenjang pendidikan dasar selama 12 tahun ditambah 3 tahun masa kanak-kanak yang super heboh lantaran pernah nangis karena ditinggal antar orangtua.
Tahun ini, nggak pernah nyangka, aku bisa kuliah di universitas terbaik di Indonesia yang menyandang nama negri ini, tanah air Indonesia tercinta. Tahun ini juga, memulai hidup yang berbeda dari zona nyaman selama ini yang selalu makan enak, tidur cukup, jalan oke, ekonomi lancar, dan segala macam bentuk perhatian lainnya. Aku harus survive sendiri secara kasat mata. Hidup sendiri di kamar ukuran 3x4 meter. Mulai belajar nyapu, ngepel, nyuci baju sendiri sampai kulit tangan kasar (Ya ampun, ini jadi bagian yang aku nggak suka, kulit jadi kusam, kasar, kering, nggak terawat). Aku juga harus mengatur pola makan sendiri, menu hari ini, mau diet tapi takut sakit, makan banyak takut gendut, hidup ribet yang serba salah dan tidak perlu dicontoh.
Kesimpulannya, aku hidup jauh dari kehidupanku. Loh??? Yah, jauh dari orangtua, saudara-saudara yang aku sayang, temen-temen yang heboh dan bikin aku kangen. Syukurnya, aku lumayan bisa beradaptasi sih. (Perlu dipertanyakan seberapa mampunya.)
Merenung punya merenung, pernah terbesit dalam pikiranku.
Beberapa tahun lagi, sepuluh tahun lagi...
Kalau aku lulus kuliah, kalau aku lanjut kuliah, lulus lagi, terus kerja, punya pacar, menikah, punya anak, membesarkan anak entah sambil bekerja atau tidak, lalu menyekolahkan anak, mendidiknya dengan penuh kasih sayang (dan beragam keribetan lainnya yang tidak akan dibahas saat ini) lalu melihat dia lulus kuliah, bekerja, punya anak yang menjadi cucuku, terus aku tua, dirawat sebentar oleh anak-anakku lalu menutup usia, dikubur dan ditangisi, lalu menjadi memori yang sebentar saja terbayang lalu terlupa untuk selamanya.
Sesingkat itu yah perjalanan manusia di bumi ini. Rasanya monoton. Garis besar, intinya, hal yang pada dasarnya akan kita rasakan, lalui dengan berbagai versi yang dikemas dengan menarik dengan berbagai suka dan dukanya sendiri.
Aku jadi berpikir lagi, kalau demikiannya singkat hidup ini, untuk kita, bersama keluarga, mama, papa, teman, saudara... Lantas, apa yang kita benar-benar cari dan inginkan di dunia ini? Hartakah yang kita kumpulkan susah payah hanya untuk dikagumi dan dipuji tetangga sebelah yang tidak akan dibawa mati? Atau jabatan yang hanya akan bertahan bila melakukan berbagai taktik yang bisa saja kotor, hanya untuk mempertahankan hal itu? Atau berbagai prestasi supaya terkenal, membuat berbagai sensasi supaya dibicarakan sehingga namanya masyur? Entahlah, apakah hal itu  benar-benar membawa kebahagiaan pada manusia?
Atau ada orang yang berpikir sederhana.
Hidup cukup hari lepas hari dengan seluruh keluarga yang harmonis. Mereka tak memikirkan harta yang melimpah, makanan yang selalu menggoyang lidah, pakaian indah, aksesoris bermerk, mobil dan gadget terbaru, ketenaran dan hal-hal dunia lainnya. Apakah benar-benar akan ditemukan suatu keluarga yang memetingkan cinta dan kasih antar sesama anggotanya? Kalau ditemukan dan kau harus membayar harga yang mahal yaitu seluruh ‘harta’-mu untuk mencapai, untuk masuk ke komunitas itu, apakah akan anda berikan?
Aku terus merenung dan masih merenung.
Kalau hidup manusia sepanjang jalan saja, kira-kira apa yang akan  dicapai dan apa yang akan ditemui di ujung jalan itu? Kehidupan selamanya, atau kematian kekal dalam api yang menyala-nyala selamanya?
Kata orang hidup penuh pilihan, kata orang setiap pilihan menentukan masa depanmu.
Tapi manusia nggak pernah tahu apakah pilihannya benar-benar tepat?
Lagipula, aku merenung kembali. Bukan manusia yang menentukan jalan hidupnya. Kata orang itu nasib, itu takdir. Lantas, siapa yang menentukan nasib dan takdir seseorang? Apakah berlalu begitu saja? Bukankah ada TUHAN yang mengatur itu semua?
Nah, sampai di sini dulu karena beberapa orang yang membaca akan mulai mempertanyakan, siapa TUHAN itu? Mengapa DIA begitu berkuasa? Apakah aku mengenalNYA? Hem, hem. Atau mungkin timbul persepsi lainnya. Siapa sih nih yang nulis? Kok sok tahu, sok religius, sok merenung, dst, dst, dst.
Saya sebagai penulis di sini, nggak ingin menggurui, tidak berusaha mempengaruhi melalui tulisan saya, hanya sekedar share aja apa yang saya renungkan tentang hidup yang sepersti asap, sekejap saja nampak lalu lenyap...
Saya di sini hanya mau memenuhi halaman blog saya dan sebagai tulisan penutup akhir tahun. Lagipula, ditulis tanpa persiapan, ditulis tanpa perencanaan, ditulis di rumah saudara karena sedang bosan dan sedang menunggu masakan padang, yaitu rendang kesukaan saya (alasan: nggak perlu dikupas pakai tangan).
Cukup sekian, terimaksih telah membaca sampai bawah dan baris terakhir. Berarti anda pembaca setia blog ini. Senang sekali tulisan saya dibaca. Suatu kebanggaan bagi seorang penulis kalau tulisannya dibaca, entah itu akan menuai kritik tajam maupun saran membangun yang penting penulis bisa menyalurkan pikirannya.
ADIOS.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber

Lagu Penuntun Malam (yang Dingin) #4

Malem ini dingin banget dan saya kedinginan, bukan maksud ambigu yang lain loh, cuma emang tubuh menggigil. Mungkin karena hujan terus sepanjang hari, mungkin juga karena tubuh yang lagi nggak fit. Bukti kedinginan ( lebay ): Udah pake syal, selimut, sweater ... dan oh, kaos kaki juga. Tapi di malam yang dingin ini ditemani lagu-lagu yang sedikit banyak menghibur. You’ll Be in My Heart-Phill Collins ost. Tarzan (Disney) Come stop your crying It will be all right Just take my hand Hold it tight I will protect you from all around you I will be here Don't you cry For one so small, you seem so strong My arms will hold you, keep you safe and warm This bond between us Can't be broken I will be here Don't you cry 'Cause you'll be in my heart Yes, you'll be in my heart From this day on Now and forever more You'll be in my heart No matter what they say You'll be here in my heart, always Why can't they understand the wa

Email from Eric Charles : How To Make That Guy Commit

Hi Mule, Eric Charles here. Women ask me this question over and over again: How do I get him to call me his girlfriend? - or - How do I get him to become official or exclusive with me? - or - How do I get him to say he's in a relationship with me on Facebook? Maybe you're already in an "official" relationship,  but I would still urge you to keep reading because the  trick  I'm about to reveal applies to all relationships at any stage. In many cases, a woman asks me one of those "how do I  get a title / relationship status" question after  weeks or months of waiting for the guy to commit to  her in some way. Things started out fine and progressed into seeing  each other steadily and regularly. But for whatever  reason, despite the frequent visits, sleepovers,  dates, texts, etc.  he says he doesn't want a relationship. (Or for some, he says he's not ready for some next  step... moving in, marriage, etc.) There's a truth about people - men and