Langsung ke konten utama

Tentang Abang Tambang 2012

Dan aku melihat adikku seseorang yang sedang jatuh hati. Ia sepertinya telah menjatuhkan pilihan pada seorang lelaki yang istimewa.
Banyak yang bertanya, “Kok boleh? Kok bisa?”
Jawabannya, aku juga tak tahu.
Hari itu hari Minggu. Kami ke gereja seperti biasa dan aku diperkenalkan dengan lelaki istimewa itu. Aku hanya tersenyum. Hatiku hanya berkata, “Ah…ini dia.”
Lelaki itu tersenyum, manis. Perangainya sopan, namun keras. Keras dalam diam. Lelaki dengan sejuta impian dan perencanaan dalam hidupnya.
Inikah lelaki untukmu? Lelaki yang akan kau sandingkan hidupmu dengannya?
“Aku suka. Aku dukung,” kataku begitu saja. Hal itu tulus. Bukan hanya untuk menyenangkan adikku. Aku tahu peraturannya. Ada larangan dan batas yang tak boleh kami langgar. Suatu kode etik dan perijinan yang sungguh kompleks. Tapi aku yakin dan semoga harapan itu bisa terwujud.
Adik baru yang bisa kupanggil abang… J
Well, untungnya bapak memberi lampu hijau. Aku sependapat dengannya. Hati tidak pernah berbohong. Ia tahu kemana harus memimpin untuk melangkah. Hanya saja seringkali kami mengabaikan suara yang berteriak memberitahu arah itu dan menuruti ego kami.
Hasil gambar untuk miners in siluet picture
Saat ini, kami menunggu waktu. Tetap berpacu namun tidak berkejaran. Biar Ia yang mengatur keluar-masuknya nanti. Ini kisahnya dengan NYA.
ADIOS.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...