Langsung ke konten utama

Pemudi di Hutan Belantara (2)

Suatu hari, pemudi ini merasa dingin pada suatu malam-malam yang ia lalui. Ia kemudian berusaha untuk menyalakan api dengan gaya gesek dan ranting-ranting kering di hutan tersebut. Tak disangka pemudi, asap yang dibuatnya membuat jejaknya dapat terlacak musuh. Pemudi lupa akan hal itu, sehingga ia mulai dikejar.
Musuh itu mengejarnya dengan pedang, tombak, dan panah. Anak-anak panah mulai menghujani dirinya, namun pemudi itu berhasil lolos dari anak-anak panah itu dengan berlindung dan bersembunyi pada batang bohon yang sangat besar. Kebetulan di batang tersebut ada lobang kecil yang pas dengan tubuhnya. Ia ingat akan anak beruang yang dulu pernah ditolongnya berada di lobang pohon juga. Beruntunglah, pemudi berhasil lolos dari regu pemanah.
Saat matahari terbit kembali, pemudi tersebut keluar dari tempat persembunyiannya. Ia mulai mengumpulkan makanan karena lapar dan mencari sumber air terdekat. Saat menemukan sungai dengan air jernih, pemudi tersebut segera meminum air yang banyak dan membawanya dalam tabung bamboo. Baru saja ia akan beranjak dari sisi sungai, kelompok pembawa tombak menemukan jejaknya. Pemudi harus berlari menyusuri tepi sungai di sisi barat, sementara pengejarnya berada di tepi sungai sisi timur. Tombak-tombak dilempar ke arah pemudi tersebut, namun pemudi tersebut berhasil menghindar dengan mulus. Dalam acara kejar-mengejar tersebut, pemudi berhasil lolos kembali ketika kelompok pengejar dengan tombak berusaha menyusuri sungai tersebut dan tenggelam karena ternyata sungai kecil tersebut terdapat ikan karnivora yang ganas dan melahap mereka semua. Pemudi dapat bernafas sejenak untuk mengisi udara ke paru-parunya.
Senja mulai datang kembali....

Bersambung... tunggu episode berikutnya yah di jam yang sama besok.

ADIOS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...