Langsung ke konten utama

Cerita menyebalkan tapi Lucu kalau diceritakan ulang

Ini ada cerita yang nyebelin, tapi lucu kalau diceritakan.
Jadi ada temen aku namanya Mas dan satu lagi Mba. Kami ada kegiatan belajar di Richeese Factory Dipati Ukur. Karena sudah malam dan aku keburu badmood (kayanya aku lagi waktu-waktu sensi), jadilah aku memutuskan untuk pulang.
“Aku mau pulang,” kataku ke Mba dan Mas. Mba hanya melirik sekilas kemudian melanjutkan belajar. Aku sudah mulai berbenah.
“Ngapain? Tunggu dulu aja.” Mas menatapku dari balik kacamatanya yang melorot ke batang hidungnya.
Jadilah aku mengurungkan niat untuk pulang dan mengambil posisi duduk kembali.
Selang beberapa menit kemudian, Mas mengemasi barang-barangnya.
“Aku mau pulang.” Mas lalu beranjak dan pulang.
What?! Tadi dia melarang aku pulang, sekarang dia yang pulang. Gils banget deh.
“Mba, aku pulang duluan yah,” aku juga pamit sambil memesan ojek online dan memutuskan menunggu di lantai dasar luar pintu kaca agar kalau ojek datang lebih mudah ditemukan.
“Oke, hati-hati.” Mba tetap melanjutkan mengerjakan tugas.
Selang beberapa lama, ojek tak kunjung tiba dan tebak apa? Mba turun dan da-dah-da-dah sama aku.
“Mau nebeng Le?”
“Nggak Mba, uda pesen ojeknya.”
“Oke, aku duluan yah.”
Jadilah aku terdampar…padahal aku yang niat balik duluan jadi aku belakangan. Semua ini karena Mas. Dan aku mau meremasnya atau mencubit perut tubby nya. ARGHHHH!
Belum selesai…
Ojek pun datang. Ditengah jalan di bapak nanya, “Neng, nggak buru-buru kan?”
Menurut bapak? Ini udah jam 8 malam pak, besok saya ujian, besok kumpul tugas, dan progress saya masih nol. Tapi aku hanya bisa batin dan pasrah.
“Nggak Pak, lagian yang penting aman deh. Habis hujan, licin juga jalannya.” Aku nrimo nasib.
Akhirnya sampai di rumah dalam waktu 30 menit. Hadeh, bapake…
Sekian double counter dari mahkluk-makhluk ini.
ADIOS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...