Langsung ke konten utama

Karena Martabak Begitu Enak

Kembali lagi di malam yang dingin dan…aneh.
Aku sedang merapihkan catatan dan tiba-tiba ingin martabak. Biasanya hampir tiap minggu, di kota kelahiranku, aku akan menyantap martabak bersama keluarga. Martabak adalah camilan di malam hari yang enak dan tidak perlu berpikir panjang bahwa makanan ini akan menyebabkan berat badan bertambah. Seluruh anggota keluargaku suka dengan martabak.
Malam ini ketika hujan rintik-rintik tidak stabil, kadang ada kadang lenyap, menyisakan udara dingin dan bau tanah, udara yang sumpek, walau lama-kelamaan digantikan dengan udara yang lembab dan dingin, aku mau martabak.
Hanya sekedar mengungkapkan, kali ini berhubung aku sedang tidak perlu mengkhawatirkan si jabang bayi akan ngiler kalau ngidam tidak dipenuhi, jadi benar-benar hanya berkata, “Mau.” Titik.
Tak dinyana, seseorang membawakan martabak. Di saat pengantar berbayar dipesan lewat online tidak ada yang mau menerima tawaran ini, orang itu mau. Sebut saja mas MM. lagi-lagi…harusnya aku bilang saja, mau mobil mewah, mau rumah mewah, mau… (berasa jin botol).
Image result for martabak di Cisitu Lama Bandung           Image result for martabak di Cisitu Lama Bandung
Aku hanya merasa, mas MM ini ditempatkan TUHAN untuk diperkenalkan denganku sebagai ‘penjaga’ selama aku di kota kembang ini. Setidaknya aku terjaga dengan tertib makan, tertib belajar, tertib pulang-pergi, tertib fokusnya nggak tebar-tebar pesona dan memberi harapan dimana-mana…
Mas MM ini abangku banget deh. Diseberangin, ditungguin, ditemanin, diingetin, dijagain deh…topcer BAPAku ini. Aku terheran sekaligus kagum. Dimana pun dan kapan pun, Tuhanku selalu punya cara bagaimana pekerjaan tanganNYA dinyatakan bahwa IA sangat sayang sama aku. (cie).
Berhubung, aku sedang bosan dengan gaya nongkrong dan jalan, aku lagi pingin belajar. Bukan berarti selama ini belum belajar, tapi masih lebih banyak persentase santai dibanding seriusnya. Sekarang, aku mau menyamakan level serius dan santai ala Mule.
Duh, lagu yang diputar 11 Januari-Gigi lagi. Lagu ini keren. #random.

ADIOS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...