Langsung ke konten utama

Judul: Sesukamu

Aku habis nonton film A long visit my mom, film korea yang dari judulnya aja sudah greget-greget berbau tangisan nih. Mantjap, lanjutkan. Film Korea Malam Ini Menguras Emosi!
Pas nonton di 10 menit awal aja, air mata aku ngocor. Setengah jam kemudian, berlembar-lembar tisu sudah habis dipakai. Oke, ini nggak lebay, ini fakta.
Di sela tangisku yang super heboh, sebenarnya aku lagi pingin banget nangis. Aneh yah? Tiba-tiba ada alasan aku bisa nangis bombay tanpa perlu kasih alasan lainnya karena aku bisa berdalih bahwa filmnya sedih.
Dua minggu belakangan ini, rasanya ada hal yang mengganjal. Nggak tahu apa. Tertawa di kampus, senyum bak putri seolah sedang T-P-T-P, dan ngobrol dalam candaan…sejenak mengalihkan perasaan nggak enak ini, tapi nggak benar-benar mengusirnya.
Ada rasa kangen, entah pada siapa. Benar, tidak ada satu subjek khusus. Aku hanya rindu pada sesuatu yang seolah sudah lama kukenal tapi kini berjarak, rindu pada kondisi yang begitu kompleks tapi sebenarnya sederhana, terlihat absurd, tapi terlalu nyata untuk dijalankan. Entah, seperti orang berjalan gontai tapi sebenarnya bertujuan, seolah tidak bernilai tapi sungguh berharga.
Rindu yang bahkan tidak sempat dititipkan kepada angin yang berhembus semilir dan kepada rintik hujan di setiap sore. Bahkan, keluh pada hujan yang membuat aku kuyub saja sudah tak sempat terkatakan lagi atau umpatan kepada setiap lumpur yang mengotori sepatuku…
Aku hanya terdiam, memandangi pohon yang hijau lalu esok daunnya mulai menguning lalu gugur. Sesingkat itu waktu yang dijalani. Mengingatkanku akan satu hal-lupa.

ADIOS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...