Manusia, aku tahu kau
yang menanamku dan merawatku. Di tanah tempat aku tumbuh, di situlah aku lahir.
Kau memberiku minum dan memupukiku.
Dalam dadamu, aku
tahu kau berharap bahwa aku cepat bertumbuh, besar dan kokoh. Ada sorot harapan
dalam pancaran matamu dan selalu ada bisikan untuk menyemangatiku.
Manusia, aku tahu
betapa letihnya kau bekerja, dari satu pohon ke pohon yang lain.
Sayatan dan goretan
di batang kami adalah bukti pengabdian kami.
Aku tahu, harapanmu
agar aku dapat memberimu hasil. Kau tak mau aku ada untuk kesia-siaan.
Irisan melintang dan
dalam, membuat aku menangis. Sakit dan perih. Tapi aku tetap bertahan. Kau
menadahkan air mata itu lalu mengolahnya jadi suatu bentuk. Aku bersyukur ada
suatu hasil yang bisa kuberikan.
Ketika luka itu
sembuh, tetap meninggalkan bekas. Lalu kau membuat sayatan baru lagi dan hal
itu terulang kembali.
Tiap kali sakit, tiap
kali aku menangis menahan nyeri. Tapi tak mengapa manusia, tak mengapa.
Satu hal saja yang
kuinginkan. Bila getahku telah habis dan aku menjadi tua, jangan kau tebang
aku.
Jangan kau binasakan
aku. Daun-daun dan ranting-rantingku yang lebat dapat menaungimu. Aku dapat
mengurangi racun karbondioksida. Aku dapat memberi kesejukan. Jadi tolonglah
manusia, biarkan aku tetap ada, sampai nanti ajal saja yang menjemputku, ketika
cengkraman akarku tak lagi kuat.
Manusia, biarkan aku
hidup. Aku ingin hidup.
Komentar
Posting Komentar