Langsung ke konten utama

Dimengerti Terus


Manusia itu selalu ingin dimengerti. Dimengerti disaat sedang sedih, marah, takut. Kebanyakan dari mereka ingin dimengerti dalam posisi diam.
"Aku diam, tapi mengertilah aku."
Seperti itulah kira2 yang diinginkan oleh manusia.
Aku, aku salah satu dari orang tipe itu. Mungkin kamu juga begitu. Tapi keegoan dari tiap individu mempunyai tingkatan yang berbeda. Ada yang lebih tinggi, ada yang lebih kecil. Diantara semuanya itu pastilah ada pihak yang mengalah, yang dituntut untuk mengerti orang lain meskipun dirinya sendiri, kepentingan dan masalahnya harus diabaikan. Muncul istilah pengorbanan. Tapi apakah definisi pengorbanan itu yang hakiki?
Pihak 'Pengorban' adalah pihak yang harus meminta maaf, pihak yang bersalah tiap waktu yang dalam tingkah lakunya wajib dipermasalahkan. Mereka adalah kumpulan orang yang seolah tak berguna dan perlu dihukum atas kesalahan kecil yang mereka lakukan, disingkirkan, dan diabaikan dalam kehidupan sosial yang ada.
Begitulah pihak yang harus mengerti sementara dia sendiri tidak dapat mengerti dirinya, siapa dia, apa pilihan dan keputusannya, karena terlalu banyak perintah yang telah merasuk ke otaknya untuk menjadi apa dan siapa dia seturut pihak lain.
Well, cukup rumit dan membingungkan. Hanya mau bilang, betapa keegoisan manusia untuk dimengerti tanpa mau mengerti orang lain lebih dahulu, hanya akan menimbulkan pihak yang terluka.
ADIOS


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...