Sebelum
aku memulai tugas lagi, ada baiknya aku menulis dulu.
Bukan
ngeluh, beneran, bukan ngeluh, cuma mengeluarkan uneg-uneg dan nggak mau curhat
sama orang lain dulu. Kenapa? Karena pasti orang lain bosen denger ceritanya,
dan aku disuruh bersabar.
Iya,
aku udah sabar banget, aku juga berusaha untuk nggak menghindar, berusaha
melakukan yang terbaik, tetap diam meskipun makin nggak enak apa yang aku
denger. Aku berusaha buat BAPA, agar jangan karena aku, nama DIA dicela.
Tapi
mana mau tahu orang-orang, mana mau ngerti mereka. Sibuk dengan pekerjaan
masing-masing saja tak cukup bagi mereka. Sibuk mengurusi urusan orang lain dan
senang bergosip ria.
Aku
butuh obrolan berbobot, setidaknya yang memotivasi, membicarakan pekerjaan
sehingga dapat menambah wawasan dan bertukar informasi, diskusi yang membawa
masing-masing pihak ke arah perubahan yang membangun.
Ya
ampun, bahasa aku berat banget.
Tapi
jujur aja, dunia kerja adalah dunia yang (kemungkinan besar) belum siap untuk
aku jalanin, setidaknya saat ini. Kenapa? Karena terlalu kejam. Walaupun pada
akhirnya aku (pasti) akan (dipaksa) menghadapi dunia kerja ini.
Ada
yang patut disyukuri, pastilah ada.
Pertama,
aku senang karena pernah dan bisa mengalami ke awkward-an parah, akut, sepanjang sejarah perjalanan hidup yang aku
lalui di kancah per-studian (baik KB, TK, SD, SMP, SMA, kuliah, magang).
Kedua,
aku jadi tahu bagaimana kualitas kinerja para pekerja di sini, baik! Aku juga
tahu bagaimana moral dan sifat secara permukaan orang-orang di sini, kurang
baik!
Ketiga,
bagaimana perusahaan itu maju memang dipengaruhi juga dari tingkat pendidikan
(profesionalitas) dari para pekerjanya, tapi itu bukan hal pokok untuk menjadi
permasalahan utama. Ulet, inisiatif, dan tulus, serta jujur. Kenapa ulet, yah
tentu saja kalau mau bekerja maksimal (totalitas) harus mau mengerahkan seluruh
kemampuan, baik tenaga maupun pikiran. Inisiatif bukan berarti bekerja sendiri,
inisiatif ini lebih ke membantu pekerjaan orang lain yang kita mampu ketika
pekerjaan kita sudah selesai tentunya, tidak segan-segan memberi info dan mau
belajar dari setiap orang, baik junior maupun senior, baik muda maupun tua.
Tulus, segala hal yang dilakukan tulus pasti penuh ucapan syukur, menerima
keadaan diri dan bersedia untuk intropeksi diri demi meningkatkan kualitas
diri. Ketulusan akan dibarengi dengan loyalitas pada pihak yang pantas
menerimanya. Jujur, tak ada korupsi yang bukan hanya dalam bentuk material,
tapi juga waktu, info dan data. Jujur dapat menilai secara objektif, bukan
subjektif, bukan dengan pikiran, tapi akal budi yang benar, bukan dengan
perasaan semata-mata, tapi dengan hati yang transparan (jujur).
Ketika
perusahaan mensosialisasikan hal ini, menerapkannya pada para pekerja mereka
dan para pekerja memahami betul tujuan yang ingin dicapai perusahaan selain
keuntungan untuk perusahaan, tapi juga berefek pada pencapaian terhadap
kesejahteraan mereka sendiri.
Sederhana
untuk dibaca tapi sulit untuk diaplikasikan pada kehidupan yang sesungguhnya
(aku masih tahap belajar mengaplikasikannya, bukan berarti aku telah mencapai
hal-hal tersebut, hanya berlari-lari untuk mencapai tujuan dan memperoleh
upahnya kelak).
Yah,
namanya juga aku cuap-cuap saja berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang aku
alami langsung selama 5 minggu perjalanan. Masih ada 3 minggu lagi yang belum
aku planning akan melakukan apa
ditiap harinya, yang jelas tetap senyum… J
(Udah
planning sih, merencanakan ijin buat
penelitian, persiapan presentasi, menyelesaikan laporan magang, dll).
ADIOS.
Hmm,,, kamu g harus kerja kok " buk" :D
BalasHapuskalaupun kerja enjoy aja, nanti kamu akan bisa menjalaninya