Langsung ke konten utama

Mengeluh


Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN!
Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh.
“Aduh capek.”
“Aduh ujian tadi nggak bisa L
“Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”
 “Aduh, badan sakit.”
Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh.
Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full  mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap.
“DIAM KAMU!”
Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.”
Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!”
Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.”
Dan orang akan menatap dengan tajam tanda kata, “Usaha dong, jangan ngeluh aja!”
Jadi sebelum aku mulai mengeluh lagi, yang terngiang dan ter-main set­ di otakku ya itu, wajah-wajah bengis dan kata-kata pedas, walaupun sebenarnya itu berlebihan banget. Tapi itu berhasil buat menggembleng diri aku sendiri dan memacu aku buat nggak mengeluh. Di lingkungan yang penuh kata aduh, yang bebas keluar dari bibir siapapun, tapi kecuali aku (sepertinya) tidak diperbolehkan. Ketika orang lain cerita atau sekedar mendengar obrolan saja, aku cuma bisa denger keluhan itu tanpa bisa balas bahwa, HEI, aku juga punya beban sendiri yang seharusnya bisa juga aku keluhkan. Seandainya setiap orang bisa mengerti bahwa bukan mereka saja yang punya masalah dan beban yang harus dikeluhkan...
Okelah, tentu saja ini anggapan pribadi yang sangat teramat subyektif, tapi toh keadaan ini setidaknya cukup berhasil untuk menekan keluhanku. Satu dua kali pastilah ada kelepas mengeluh, tapi yang terpenting, pada ujung setiap hari, selalu ada ucapan syukur dengan hati yang tulus dan jujur.
ADIOS.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Lagu Penuntun Malam (yang Dingin) #4

Malem ini dingin banget dan saya kedinginan, bukan maksud ambigu yang lain loh, cuma emang tubuh menggigil. Mungkin karena hujan terus sepanjang hari, mungkin juga karena tubuh yang lagi nggak fit. Bukti kedinginan ( lebay ): Udah pake syal, selimut, sweater ... dan oh, kaos kaki juga. Tapi di malam yang dingin ini ditemani lagu-lagu yang sedikit banyak menghibur. You’ll Be in My Heart-Phill Collins ost. Tarzan (Disney) Come stop your crying It will be all right Just take my hand Hold it tight I will protect you from all around you I will be here Don't you cry For one so small, you seem so strong My arms will hold you, keep you safe and warm This bond between us Can't be broken I will be here Don't you cry 'Cause you'll be in my heart Yes, you'll be in my heart From this day on Now and forever more You'll be in my heart No matter what they say You'll be here in my heart, always Why can't they understand the wa...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...