Langsung ke konten utama

The (Warrior) Princess



Bicara tentang Warrior Princess langsung teringat nama Xena, si Putri cantik yang pandai memainkan pedangnya. Entah mengapa di setiap adegan perang, dengan jalan kaki maupun dengan menunggangi kuda, setiap peperangan, selalu Xena menang dengan kelompoknya, tidak terluka, kalaupun terluka yah baret-baret dikitlah. Jagoan itu selalu menang, itu inti ceritanya.


Yang mau aku bahas saat ini adalah entah kenapa imajinasiku kadang merasa aku seperti itu, si Putri cantik yang pandai memainkan pedang, tak segan menebas lawannya. Musuh? Sini, aku tidak takut.
Mungkin si musuh juga terperangah sejenak, “Ya ampun, lawannya cantik begini, sayang banget kalau mesti dibaret.” Karena kelamaan mikir kaya gitu, akhirnya Xena berhasil menghajar lawannya duluan.
Ternyata bukan Xena saja, ada juga di akhir episode The Book of Eli, perempuan cantik bernama Solara yang ngikutin Eli terus, terlibat dalam pertempuran karena memperebutkan BUKU SAKTI yang cuma ada satu-satunya di kota itu, bahkan di dunia, sampai akhirnya Eli mati dan Solara itu yang kemudian menggantikan Eli menyandang pedang untuk meneruskan perjalanannya pulang.

Solara
Jadi aku kepikiran, ih keren juga yah perempuan-perempuan cantik yang strong kaya gitu.
Walau kadang, Princess story karangan Disney selalu menggoda untuk terwujud dalam kehidupan nyata.
Taruhlah Beauty and The Beast di mana karena keingintahuan dan keberanian Belle yang membuat Beast akhirnya luluh dan mengubah sifat buruknya sehingga terlepas dari kutuk, ternyata Beast adalah pangeran dan mereka hidup bahagia kemudian.
Kalau dipiki-pikir, banyak juga pasangan jaman sekarang yang seperti ini, nggak lihat tampang, yang penting hati. Pasangan bijak...
Tentang Cinderella, si Upik Abu yang kemudian dibantu penyihir baik untuk datang ke pesta sayembara Pengeran mencari pendamping hidup. Saat lonceng berbunyi 12 kali tengah malam, saat sihir yang mempercantiknya hilang, dia harus pulang. Sepatu kacanya yang tertinggal menjadi bukti bagi Pangeran untuk menemukan dirinya. Akhirnya, Cinderella ditemukan, lepas dari kekejaman saudara-saudara dan ibu tirinya, kemudian hidup bahagia dengan Pangeran.
Juga Sleeping Beauty, Aurora, Alladin dengan Jasmine-nya, Snow White, The Princess Frog,Tiana,  Mulan, Pocahontas, The Little Mermaid, Ariel, dan lain sebagainya.
Seandainya semua cerita itu bisa terwujud... mungkin itulah pikiran banyak perempuan.
Entah ini quotes oke atau nggak, tapi ada yang bilang, “True love is never have a happy ending because true love is never end.”
Saya lebih prefer pada kata-kata cantik itu. Soalnya, bukan akhir yang bahagia yah, tapi tentang kebahagiaan itu yang tak pernah berakhir. Artinya, bahagia selama-lamanya.





ADIOS.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...