Langsung ke konten utama

Pipi Kempot


Kisah ini terinspirasi dari kata-kata seseorang,
“Kalau sudah tua nanti dan pipi saya sudah kempot, saya mau saya dan istri saya saling berciuman. Saya sangat bertanya-tanya bagaimana rasanya!”
Jadi, karena statement itu, aku jadi berimajinasi. Aku juga mau suatu saat nanti ciuman sama suami kalau udah pipinya kempot, giginya ompong semua, ketika rambut warnanya putih semua karena uban.
Jadi ngebayangin bahwa saat tua nanti, ketika udah jompo, jalannya udah kepayahan, tapi kita masih jalan gandengan berdua, sebagai suami istri... so sweet.
Pernah lihat waktu di kereta, pasangan tante-om yang sudah paruh baya, masih gandengan duduk berdua di kereta yang tidak terlalu padat. Masih ngobrol mesra dan betapa sang suami melihat istrinya penuh cinta. Saling melempar senyum...
Dibandingkan...
Pernah ada pasangan suami istri muda jalan di mall, yang ada mereka berantem di depan khayalak ramai sambil narik-narik putri kecilnya yang kebingungan apa yang sedang terjadi antara mama papa mereka karena nggak ngerti. Alhasil, sang anak nangis, mamanya makin bentak-bentak anaknya, sementara sang suami balik marah ke istrinya. Wow...
Kembali lagi ke pipi kempot, aku cuma bertanya-tanya, apakah saat tua nanti, pipi aku bakalan kempot? Melihat kondisi ke-mule-an saat ini...
Pernah aku berpikir untuk kurusin pipi dengan cara operasi plastik (sindrom korea) tapi niat itu segera diurungkan lantaran keinget bahwa sejarah ‘Mule’ itu sangat memorial banget deh dan mule itu memang jadi berguna suatu saat-nanti...
Dan please, kalau kamu tahu aku yang mana dan kebetulan ketemu aku di jalan setelah membaca tulisan ini, jangan pandangi pipi aku lebih dari 3 detik dalam jarak kurang dari 3 meter!
ADIOS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...