Mungkin
aku akan tutup telinga kalau denger orang marah-marah, pura-pura tak dengar,
terlihat seperti orang tuli,atau kuhitung sampai tiga, kalau tidak berhenti,
akan aku tinggal.
Bukan
karena apa-apa, hanya saja gangguan pada telinga yang sensitivitasnya seperti
itu, membuat pekak telinga aku kalau mendengar nada-nada tak keruan, lengkingan
tinggi, atau traumatis pada suara-suara keras. Pasalnya pernah ada riwayat
ketidaksehatan telinga di rumah sakit.
Tapi
entah mengapa, untuk orang yang satu ini, jangankan melihat dia marah langsung,
membayangkan dia marah saja, aku sudah sedih. Kukatakan ini jujur dari hati.
Aku
ingat bagaimana dia akan berkata dengan desahan kecil dan suaranya yang berat,
terdengar kelelahan, “Aku capek Le.”
Peluhnya
mengalir dan urat-urat kepalanya akan menonjol dengan jelas ketika ia marah. Mukanya
yang sudah lelah, berwarna kecoklatan itu, dengan mata yang sudah sayu, namun
tak terlelap...Aku bahkan seperti bisa merasakan bagaimana tekanan hembusan
nafasnya selagi dia marah dan aku tidak suka keadaan itu. Itu buat aku sedih.
Dan
kata-kata itu, dengan mimik wajah itu, aku bahkan tak tahu harus menjawab apa. Lalu
aku akan tersenyum walau otakku berputar cepat, “Apa yang bisa aku perbuat? Apa
yang bisa aku lakukan? Ayo berpikir! Ayo BERPIKIR!”
Dan
aku sedih ketika memang tak ada yang bisa aku lakukan saat itu juga.
Tapi
ada satu jawaban yang sama akan aku dapatkan, berdoa.
Mungkin
hal kecil ini seringkali diabaikan, mungkin juga akan banyak yang meragukan hal
itu. Bisa apa kuasa doa? Kata-kata dan permohonan kepada siapa?
Tapi
aku ingat suatu kalimat, “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh
kepercayaan, kamu akan menerimanya.”
Jadi
itu yang bisa saat ini aku lakukan buat orang itu ya itu, doa. Aku punya TUHAN
dan aku tahu kepada siapa aku menyampaikan doaku serta darimana datangnya kuasa
itu, dari DIA.
Dan
harapan aku setelah itu, aku setidaknya bisa mendengar kabar kalau aku memang
tak bisa melihat wajahnya, bahwa ia baik-baik saja, tidak lagi marah, tidak
lagi menonjolkan urat-uratnya yang membuat kepalanya sakit, dan ada senyum di
wajahnya yang akan menyapaku dengan sapaannya yang khas, “Halo, Mule.”
I
miss you so much... J
ADIOS
Komentar
Posting Komentar