Udah
beberapa hari kan ijin, tapi syukurnya karena ada waktu senggang jadi bisa
ngetik, ditambah nanti jadi banyak deh post
baru di blog. Cihuy!
Btw,
libur gini sambil magang sih juga enak. Selesai magang bisa ngajar.
Nah,
bersyukurnya lagi karena magang ini aku jadi nemuin salah satu passion aku di dunia kerja nanti.
Aku
(mungkin) akan menjadi dosen, pekerjaan yang nggak bosen-bosen amet, setidaknya
karena kita tidak dikejar, didikte tugas. Kita yang manage sendiri waktu dan apa-apa aja yang akan kita kerjakan dan
apa yang akan menjadi target kerja kita, hari itu, minggu itu, bulan itu, tahun
itu.
Aku
nggak tahu yah kalau di dunia pendidikan yang mana yang nggak ada persaingan
untuk tidak terobsesi naik pangkat atau mendapat jabatan nyaman dengan segala
fasilitas menggiurkan yang ditawarkan. Masalahnya itu adalah dunia pendidikan
yang aku ketahui saat ini saja sudah bercampur dengan aroma politik dan
sikut-menyikut, korupsi yang nggak terelakkan… tunggu! Dari mana tahu?! Ah,
bukan rahasia lagi kok itu, sudah menjadi konsumsi publik aja, hanya karena
nggak mau bertindak atau pura-pura nggak tahu takut si ‘penguasa’ itu
‘menindih’ mahasiswa seperti menginjak semut…jadi bungkam. Ini pun nggak baik.
Mungkin mahasiswa itu sedang menunggu waktu yang tepat…oke cukup, kita jadi
ngelantur jauh.
Berhubung
ngomongin masalah passion, sebenarnya
aku udah dari dulu pingin bilang ini. Masa yah, aku ini orangnya mau banyak
tapi nggak bisa banyak.
Misalnya,
pingin jadi penulis dan bisa jago berbagai bahasa, harusnya masuk sastra, di
FIB sana itu. Terkadang mikir, apa aku udah salah jurusan yah? Tapi itu sekedar
hobi, nggak bisa dijadikan pekerjaan tetap. Kalaupun hobi itu akan menjadi
pekerjaan, tentu bisa, tapi bukan pekerjaan utama, tapi sekedar pekerjaan
selingan, bagiku sih begitu, kecuali
kita bisa mengembangkan bakat hingga menjadi penulis tekenal, punya perusahaan
percetakan sampai buka usaha toko buku, atau café kece dengan library-nya.
Juga
pingin jadi desainer yang merangkap jadi model. Oke, tinggi tak sampai, badan juga
tak sekurus penderita anoreksia, alhasil, jadi model itu nggak bisa dilakukan
lagi sekarang, ditambah jerawat yang merajalela nggak tahu diri itu. Desainer?
Nggak bisa gambar. Setiap guratannya hanya menunjukkan nilai kekakuan dari si
pelukis, aku. Jadilah hal ini benar-benar angan-angan. Setidaknya memang bisa
kursus menjahit, bisa jahit baju pesta untuk diri sendiri tanpa harus digambar
di atas kertas sketsa dulu. Juga bisa irit uang ke tukang jahit kalau baju
keluarga ada yang rusak seperti bolong atau robek sedikit.
Pingin
juga jadi pembalap atau pemain basket. Dulu, gencar-gencarnya masuk tim basket
karena terpengaruh novel-novel dimana tokoh utama adalah kapten basket yang
kece plus ketua OSIS keren yang digilai banyak cewek. Nah, gimana kalau itu dibalik?
Aku, cewek, tapi pemain basket kece plus ANGGOTA OSIS yang keren? Semua itu
hanya stuck saat SMP, saat aku nggak
pusing dengan ujian, SMA mana yang harus aku pilih, perjuangan sampai
berkeringat apa yang harus aku jalani untuk masuk PTN, atau uang yang harus
dibayarkan selama proses kegiatan akademik yang aku jalani itu. Soal pembalap,
setidaknya saat ini aku bisa keliling sebagian ibukota negara dengan motor
BEBEK yang sudah setia menemani selama empat tahun menjelang lima tahun
terakhir ini. Meskipun cita-cita (cetek) pingin mengendarai atau dibonceng naik
motor ninja merah menyala belum tersampaikan, tapi…ya sudahlah.
Juga
dulu sampai kepikiran pingin jadi programmer
handal buat menciptakan program-program canggih di alat-alat keren yang sangat
membantu dalam kondisi, menjadi ilmuwan yang hebat dan pintar banget sampai
menemukan formula khusus buat obat-obat atau sumber energy yang nggak akan
habis dan lekang oleh waktu. Cie, bahasanya… Yah, setidaknya keinginan yang
terakhir ini masih penjajakan dan memiliki kemungkinan terbesar buat
realisasinya.
Akhir
kata,
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar