Langsung ke konten utama

Kewarasan yang Wajar

Mungking memang benar ketika membaca tulisan di blog ini dengan aku yang dikehidupan nyata sedikit berbeda. Sebenarnya bukan berbeda sih, cuma…
Jadi kalau di dunia tulis menulis, aku bisa berpikir berulang kali apa yang mau aku tulis dan menghapus beberapa kata yang kurang pas dan pantas untuk ditampilkan, karena ini cerita satu arah yang aku nggak tahu secara langsung bagaimana respon pertama kali orang membaca tulisan-tulisan di blog ini.
Tapi berbeda ketika tatap muka dilakukan, aku harus memberi jawaban cepat, dan harus tepat pula, sementara daya otak memproses semua jawaban dan menata kata-demi-kata menjadi suatu rangkaian yang apik dan enak didengar telinga, mempunyai kecepatan yang lebih lambat dibandingkan gerakan otot rahang bawah untuk mengucapkan kata-kata.
Singkatnya, lebih cepat berkata-kata daripada berpikir.
Yah, aku tahu, harusnya berpikir dulu sebelum bicara, dan hal itu yang harus aku latih saat ini, masih belum mampu, jujur saja.
Satu hal lagi kenapa aku tulis di blog supaya orang bisa baca dan merenungkan bersama, mungkin mendapat arti tersendiri. Bila kenal aku, syukur-syukur kalau aku lagi menyimpang dari pikiran warasku yang sekarang, mereka bisa ngingetin aku bahwa aku pernah menulis seperti ini (waktu aku waras) sehingga aku tahu aku pernah waras, aku sedang tidak waras, dan akan kembali kepada kewarasan yang wajar.
Nggak tahu harus tulis apa, sedang magang, sedang  gabut, sedang mandek ide, sedang berusaha biar blog tidak sesepi sebulan ini.
Akhir kata,

ADIOS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...