Langsung ke konten utama

Mari Kita Bercerita Lagi

Mari kita bercerita lagi.
Sebagaimana ini awal bulan yang crowded banget, as usual bagi mereka yang kerja di kantor ini…
Dan aku sibuk dengan kesibukkan aku sendiri menuju kepada autism tingkat awal, karena hanya berkutat dengan laptop sendiri tanpa tahu apakah aku sudah menyelesaikan tugas yang kemudian menjadi target yang diinginkan oleh pembimbing internship ini…
Dan awal bulan kali ini sedikit mengusik kenyamanan aku dalam ‘bekerja’.
Kenapa?
Karena perut aku sakit banget! Banget sampe meliuk-liuk di tempat duduk kaya cacing kena garam! Perut aku kram, perut aku melilit, perut aku sakit! Kaya ada sesuatu di ujung butt aku dan itu kejepit, kehambat, tersendat di sana, meronta minta keluar, meronta bahwa padatannya minta dilepaskan, meronta ingin sesuatu yang berbentuk gas itu dibebaskan sebebas-bebasnya dia ingin hinggap di hidung setiap orang di ruangan ini.
Dan tentu saja, aku nggak akan membiarkan hal itu terjadi, apalagi kalau si bunyi ikut-ikut-an menyembulkan penampakannya dalam bentuk nada tinggi melengking maupun nada rendah bass yang tetap aja buat malu.
Yah, apapun itu, aku hampir nyerah sekarang dan pingin balik ke rumah, ke TOTO di rumah yang unik dan mau menerima segala bentuk padatan, gas, dan bunyi, bahkan cairan, yang aku berikan padanya, dengan warna-warna beragam yang cantik dan menggiurkan untuk ditanam langsung ke dalam tanah terdalam.
Akhir kata, semoga pembaca mengerti, memaklumi, mewajarkan hal ini karena aku sangat yakin pembaca juga mengalami hal seperti ini, minimal dua hari sekali, paling bagus sehari sekali, lebih dari sekali sehari kemungkinan disebabkan banyaknya asupan gizi atau kendala pada bagian pencernaan pembaca.

ADIOS.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...