Seringkali aku disebut-sebut disleksia oleh
beberapa teman karena suka kebolak-baliik kalau ngomong. Tapi karena itu
terdengar bercandaan, jadi aku abaikan begitu saja.
Namun, beberapa kali ini aku perhatikan mama,
kok dia mirip aku yah, suka kebolak-balik dan mengucapkan kata nggak lengkap
gitu. Apa iya mama disleksia juga? Kalau iya, apa penyakit itu menurun?
Kata disleksia berasal dari bahasa Yunani δυς-
dys- ("kesulitan untuk") dan λέξις lexis ("huruf" atau
"leksikal").
Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental
dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired
dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara
otak kiri membaca).Developmental dyslexsia diderita
sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik. Beberapa penelitian menyebutkan
bahwa penyakit ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak. Disfungsi tersebut berhubungan dengan perubahan
konektivitas di area fonologis (membaca). Beberapa tanda-tanda awal disleksia
bawaan adalah telat berbicara, artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik,
kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf, bingung antara konsep ruang
dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal, cepat, dan berurutan.
Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat mengalami kesulitan
menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca, kesulitan memegang alat
tulis dengan baik, dan kesulitan dalam menerima.
Jadi
dari informasi ini aku bisa mendapat bahwa, ya, disleksia bisa menurun secara genetic.
Kebolak-balik
kata itu misalnya begini.
Kemarin
malam mama sedang menelepon ingin memberitahukan bahwa akan ada acara gereja
yang diadakan minggu depan di daerah Puncak dalam rangka kebaktian padang di
Pasir Mukti.
Jadi
yang dikatakan mama menjadi, “Iya, ada acara gereja di Puncak, padang, eh,
bakti padang (walau berusaha membenarkan kata-katanya tetap kurang lengkap).”
Terus
tadi pagi pas makan bareng, mama ngomong lagi, “Banyak juga yah yang ikut ke
Mukti Pasir.”
Kan,
kebalik. Jangankan mama, aku juga sering. Kaya Raffi Ahmad, jadi Ahmad Afi. Sampai
teman aku ngakak, dikiranya Ahmad yang dari Akademi Fantasi Indosiar (Afi). Beberapa
hal lainnya lagi yang aku sudah tidak ingat apa. Ingat kan aku juga
lethalogica. Nah, salah satu ciri disleksia juga itu. Berikut kutipan ciri-ciri
disleksia.
1. Masalah fonologi: Yang
dimaksud masalah fonologi adalah hubungan sistematik antara huruf dan bunyi.
Misalnya mereka mengalami kesulitan membedakan ”paku” dengan ”palu”; atau
mereka keliru memahami kata-kata yang mempunyai bunyi hampir sama, misalnya ”lima
puluh” dengan ”lima belas”. Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran,
tetapi berkaitan dengan proses pengolahan input di dalam otak. (Kalau ini agak
sering terjadi, tapi bukan membedakan, hanya pengucapannya yang sering ‘kelibet’
lidahnya).
2. Masalah
mengingat perkataan: Kebanyakan anak disleksia mempunyai level kecerdasan
normal atau di atas normal. Namun, mereka mempunyai kesulitan mengingat
perkataan. Mereka mungkin sulit menyebutkan nama teman-temannya dan memilih untuk
memanggilnya dengan istilah “temanku di sekolah” atau “temanku yang laki-laki
itu”. Mereka mungkin dapat menjelaskan suatu cerita, tetapi tidak dapat
mengingat jawaban untuk pertanyaan yang sederhana. (Yap, aku sering banget
kalau cerita, “Saudaraku”, “Tante yang itu”, “Yang rumahnya di situ”).
3. Masalah
penyusunan yang sistematis atau berurut: Anak disleksia mengalami kesulitan
menyusun sesuatu secara berurutan misalnya susunan bulan dalam setahun, hari
dalam seminggu, atau susunan huruf dan angka. Mereka sering ”lupa” susunan
aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya lupa apakah setelah
pulang sekolah langsung pulang ke rumah atau langsung pergi ke tempat latihan
sepak bola. Padahal, orangtua sudah mengingatkannya bahkan mungkin hal itu
sudah pula ditulis dalam agenda kegiatannya. Mereka juga mengalami kesulitan
yang berhubungan dengan perkiraan terhadap waktu. Misalnya mereka mengalami
kesulitan memahami instruksi seperti ini: ”Waktu yang disediakan untuk ulangan
adalah 45 menit. Sekarang pukul 08.00. Maka 15 menit sebelum waktu berakhir,
Ibu Guru akan mengetuk meja satu kali”. Kadang kala mereka pun ”bingung” dengan
perhitungan uang yang sederhana, misalnya mereka tidak yakin apakah uangnya
cukup untuk membeli sepotong kue atau tidak. (Kalau soal hitungan sih nggak, cuma emang butuh waktu lebih
lama untuk mikir berapa hasilnya).
4. Masalah
ingatan jangka pendek: Anak disleksia mengalami kesulitan memahami instruksi
yang panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya ibu menyuruh anak untuk
“Simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan tangan,
lalu turun ke bawah lagi untuk makan siang bersama ibu, tapi jangan lupa bawa
serta buku PR Matematikanya, ya”, maka kemungkinan besar anak disleksia tidak
melakukan seluruh instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak mampu
mengingat seluruh perkataan ibunya. (Iya, pasti ada beberapa yang miss kalau instruksinya panjang begitu).
5. Masalah
pemahaman sintaks: Anak disleksia sering mengalami kebingungan dalam memahami
tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka menggunakan dua
atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda. Anak disleksia
mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata bahasanya
berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa Indonesia dikenal
susunan diterangkan–menerangkan (contoh: tas merah). Namun, dalam bahasa
Inggris dikenal susunan menerangkan-diterangkan (contoh: red bag). (Kalau ini
bergantung pada kemampuan berbahasa kayanya).
http://health.kompas.com/read/2010/08/03/09255726/Apa.Itu.Disleksia.
Itulah
yang berhasil aku himpun dari 2 sumber yang cukup mewakili.
ADIOS.
Menurutku bisa dilatih agar dibiasakan untuk bicara lebih bagus :D
BalasHapus