Kalau post sebelumnya tentang masa SMA, ini
tentang masa SMP. Nggak, aku nggak nakal kok pas SMP, anak baik, anak teladan,
dan anak teladan yang baik itu selalu mendapat dukungan dan keuntungan dari
berbagai pihak yang berkuasa seperti guru, kepala sekolah, dan orangtua murid
yang lain. (Ugh, lebay). Intinya di
sini sih, lebih ke guru.
Ceritanya itu,
kan aku suka banget kelaperan pas di
kelas. Pas SMP kan masa Puber, jadi hormon
bekerja ekstra buat masa pertumbuhan, jadi banyak makan, tapi nggak gendut, karena aktivitas di SMP itu
banyak, salah duanya seni (teater) dan olahraga (basket), dan aku suka banget
keduanya!
Karena mama
tahu aku ini dalam masa pertumbuhan, aku selalu dibawain dua bekal. Satu berupa
roti atau biskuit, tapi seringnya roti yang dibeli pas abangnya lewat, roti
merk Indah Bakery. Biasanya rasa
coklat keju dalam, soalnya enak banget dan makannya gampang, nggak belepotan. Kalau
di luar, ditaburin di atasnya gitu, suka berceceran dan nempel di plastiknya,
rugi… satu bekalnya lagi, makanan berat, nasi dan lauk-pauk, sayurnya, tapi
nggak pakai susu. Minumnya merakyat aja, air mineral.
Waktu itu
pelajarannya Babe Horas, ini nama asli. Beneran panggilannya Babe. Nama lengkapnya
Horas Saragih, ngomongnya lucu, suka ter-bully.
Ngajar PLKJ dan olahraga juga, tapi pas PLKJ (yang namanya kemudian berubah
menjadi PLHKJ) pelajarannya dibacain buku cetak aja, padahal kita masing-masing
punya bukunya. Alhasil tiap pelajaran cuma dibacain buku doangan.
Kan aku
laper, jadi aku makan, seperti biasa, kebiasaan makan di kelas, dimulai di
sini.
Pertama makan
roti, sekali gigit, umpetin di laci meja, kunyah perlahan dengan elegan. Habis,
masukan gigitan berikutnya, begitu seterusnya sampai habis. Seret dong
tenggorokan habis makan, ya udah minum. Caranya, buka tutup botol minum, tahan
bentar, lihat situasi kanan, kiri, depan, minum dengan cepat waktu keadaan
aman, tapi dengan cara elegan, tanpa suara dan tanpa tetesan air. Selesai,
tutup. Letakkan tangan kembali di atas meja, lap bibir, dan pasang muka tanpa
dosa.
Nah,
kejadian pertama nggak ketahuan, kedua kalinya juga nggak. Tapi ini pas
pelajaran Babe doangan. Keberhasilan ini rupanya membawa dampak bagi temanku
(alm) yang mengikuti jejakku. Dia beli ciki-cikian, lupa apa, antara Chuba sama Turbo. Kan plastik ciki
berisik kalau dibuka, belum lagi ada udara yang tiba-tiba terlepas, menimbulkan
efek suara yang cukup keras. Nah, busted
deh dia.
“Hei, siapa
itu yang makan di kelas?!” teriak Babe dari meja guru. Oh yah, aku duduk di
meja kedua depan meja guru, nah temen aku itu di seberang belakang kiri meja
aku, jadi dia di barisan ketiga lajur ke dua.
Babe
ngecek. Eh ketawan deh temen aku itu (cowok). Terus dimarahin kan. Dia-nya
ngelak.
“Si Mule
juga makan Pak di kelas,” tuduh dia cari aman. Tapi pas hari itu, apesnya dia,
aku lagi nggak makan di kelas. Jadi tanpa beban aku bilang, “Nggak kok Pak. Saya
cuma minum air aja tadi, tenggorokan saya sakit.”
Terus Babe-nya
percaya, dia nggak marahin aku, dan malah si temen aku itu dimarahin.
Terus aku
seneng, bukan, bukan karena temen aku dimarahin, tapi karena selama ini aku
beruntung nggak ketahuan makan di kelas. Well,
sampai mahasiswa juga begitu. Tapi kalau menunda makan, lambungnya bisa sakit,
jadi aku nggak bohong kalau harus makan tepat waktu, sekalipun di kelas.
ADIOS.
hehehe, perutnya g bisa diajak kompromi :D
BalasHapus