Langsung ke konten utama

BINGUNG dan TERSERAH

Kata itu lagi. Sebal juga kalau denger kata ‘Bingung’ dan ‘Terserah’. Seolah nggak punya kepastian, nggak punya ketegasan, nggak bisa mengambil keputusan, dan tidak punya tujuan hidup.
Kalau kata dosen yang pernah mengajar, bingung itu adalah bagian dari proses belajar. Oke, bisa ditolerir kalau itu di bangku akademik, bagaimana memikirkan suatu rumus atau mekanisme suatu reaksi kimia (dimanapun berada, baik di luar maupun di dalam tubuh). Tapi kalau mengenai apa yang akan dipakai, apa yang akan dimakan, kenapa harus bingung? Kenapa nggak jawab, “Sedang dipikirkan” atau “Mari temukan cara lain”.
Sebenarnya, sayapun belum mengetahui bagaimana penempatan kata bingung dan terserah boleh diucapkan. Tapi, please deh, kalau kamu sebagai lelaki, sebagai orang yang seharusnya dapat mengambil keputusan sesuai tugas dan tanggung jawabmu, lakukan dong.
Kebayang kalau seorang presiden ditanya, “Pak, daerah ini membutuhkan bantuan ini, dengan biaya sebesar ini. Bagaimana keputusan bapak?”
“Maaf, saya bingung.” Atau “Terserah kamu saja.”
Jebur aja ke laut terus berenang bareng paus yang selalu haus.
Well, sebenarnya udah pernah bahas tentang hal ini juga di post lama. Tapi tetap greget.
Akhir kata,

ADIOS.

Komentar

  1. Hahahah, kata itu khusus buat cwe ya mule :D

    biar lelaki jadi "bingung" :)

    kalau laki g tegas jadinya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...