Karena ada
salah satu mata kuliah yang awalnya terasa rempong banget, tapi berakhir mulus,
berakhir dengan maaf dan memaafkan sampai aku juga sudah lupa(kan) kesalahan
dan kekesalan yang terjadi. Toh semua
juga sudah berlalu, walau bersikap apatis tingkat akut, well, masih ada satu hal yang aku sukai dari perjalanan kisah mata
kuliah ini.
Jadi pertama
kali itu, dibentuk kelompok yang random.
Awalnya, aku sendiri sama kelompok cowok-cowok itu. Pas lihat anggotanya, emang
sih niat awalnya mau sama kelompok ini, eh kesampe-an. Terus ditambah dua cewek
lainnya sehingga kelompok ini nggak suram-suram amet.
Pas pertama
diskusi kelompok, tentu aja canggung gitu kan, masih pada kaku. Terus pas sesi
diskusi selesai, tibalah giliran sesi perform
yang menguras ide, waktu, dan tenaga.
Yang jadi
masalah di sini, banyak kepala berarti banyak ide dan kelompok kami ini memang
unik banget. Di saat yang lain menyajikan sesuatu yang serius, mengharukan, dan
penuh cinta, kelompok kita lebih banyak guyonnya, dan aku suka itu. Dibawa santai
aja.
Awalnya kaget,
orang-orang di kelompok ini tergolong pintar-pintar, berwajah serius, kaya kutu
buku. Yang lainnya malah terlihat galak. Tapi aku sudah salah besar di awal
penilaian.
Kalau nggak
ada kesempatan ini, aku nggak akan kenal sama kelompok gokil yang kita kasih
nama, “GENG BURJO” dengan slogan, “Geng Burjo, tak lekang oleh waktu.” Slogannya
sih salah satu temanku yang bukan anggota kelompok yang buat, tapi ini oke
juga.
Geng burjo
itu dari kata bubur kacang ijo, jadi kita sering nongkrong di warung burjo baru
di deket kosan, jadinya nama yang terlintas yah itu aja. Terus ada gerakannya,
yaitu kumis Hitler. Tahu kan kumis Hitler itu unik secuil di bawah hidung di
atas bibir? Nah, tempelkan kedua jari yang terdiri dari telunjuk dan jari
tengah, terus bilang, “Salam Burjo!” sambil angkat tangan tinggi-tinggi.
Kalau nggak
ada kesempatan ini, aku nggak akan tahu kalau ketua Geng Burjo bakalan punya
ide yang luar biasa dan bisa mengatur kami, anggotanya, dengan baik. Dia punya
pemikiran dua langkah di depan kami, disaat kami masih berpikir di tempat. Juga
ternyata orangnya asik banget diajak ngobrol dan nggak sekaku yang dikira. Dia mau
aja pose aneh-aneh.
Juga ada cowok
tinggi berkacamata, dia ini tampangnya aja serius, tapi kata-katanya lucu juga.
Terus jago banget ekspresi orang jahat. Ya ampun, ngakak banget kalau lihat
muka dia berakting. Satu lagi kesalahan menganggap dia ini orang yang kaku di
awal perkenalan. Benar-benar menyenangkan.
Ada juga
cowok tinggi tanpa kacamata yang sering berjaket. Kalau terlihat dia itu
agamais banget, walau emang iya, tapi dia memiliki toleransi yang tinggi juga,
siap sedia membantu, dan serius. Dia ini yang sering ingetin untuk latihan dan
selalu semangat kalau latihannya diulang soalnya dia dapet peran nge-bully temen kita, jadi dia seneng banget
(kayanya itu alasannya). J
Ada juga
cowok pendek yang berkacamata bukan batak. Dia ini sempet marah karena disuruh
aneh-aneh, tapi akhirnya dia tetap mau melakukan sesuai script yang sudah dibuat ketua. Dia ini juga yang ternyata kepo dan mau diajak ngobrol banyak,
nggak seperti kebanyakan cowok yang cuek, setidaknya dia ini peka akan berita
baru yang fresh dan kita cocok kalau
ngomong soal daerah Cengkareng. Dia ini icon
favorit sebagai ‘Salam Burjo of The Year’.
Cowok terakhir
itu berkacamata, pendek (sori) dan batak. Dia ini emang nyebelin, sering selek gara-gara suka kasar (logatnya sih
sebenarnya, tapi aku nggak bisa dibentak-bentak walau menurut dia sih itu sudah
suara dan nada standar kalau ngomong). Masa dia sekelompok aku terus, di
praktikum SKO, metabol, terus sekelas Termal, tapi tetep aja kita nggak akur. Dia
ini paling sering aku godain parah, dulu, dulu loh. Sekarang sudah tobat,
soalnya orangnya bakalan menjauh pergi kabur gitu kalau digodain, jadi aku
angkat tangan dan mundur tiga langkah kebelakang. Sori. Tapi no hard feeling, seperti dosen
pembimbingku bilang. Semoga kita bisa temenan yah. Soalnya kalau ditanya,
jawabnya, biasa aja, terserah, nggak tahu. Kan, nyebelin. Oh yah, aku baru
ngerti kenapa kokoku marah kalau aku jawab “biasa aja” terus kalau ditanya,
ternyata aku bakalan sama nyebelinnya kaya orang ini. Well, aku ngurangin intensitas untuk care dan kepo tentang
orang ini, tapi setidaknya hubungan orang ini dan temenku sudah membaik,
walaupun dia sama sekali tidak peka dan tidak merasa.
Cewek pertama
ini juga batak, suaranya bagus, pemilihan backsound-nya
juga bagus. Dia ini baru fashion. Ngomong-ngomong
soal fashion, kan dosen aku itu
pernah bilang aku ini fashion,
menurut aku itu kurang tepat. Secara, rambut aku aja sering acak-acakan ke
kampus (karena faktor sisir di kosan dan rambut aku sedikit gelombang, jadi yah
keluar-keluar gitu), terus pake baju seadanya (yang ada di kosan, seringnya
kaos oblong aja, tapi berhubung kelas ini special, jadinya aku lebih sering
pakai kemeja rapi akhir-akhir ini), tas yang udah mau robek, jam tangan plastik
sejak SMA (soalnya kalau yang logam, gatel dan alergi), nggak pakai make-up (bahkan pelembab atau bedak sekalipun),
wajah sering minyakan, jerawat pula. Emang sih itu pilihan aku kalau tampil ke
kampus, sekali lagi karena nggak ada yang jadi gebetan (kecuali ketemu
dosen-dosen tertentu, khususnya dosen pembimbing, tampil dengan cantik dan
berusaha nggak malu-malu-in).
Lanjut ke
cewek terakhir, dia ini temen aku, temen se-geng dalam kehidupan sehari-hari
juga. Sebenarnya dia ini orang yang agak absurd. Absurd karena sering nggak
jelas sama hubungan asmaranya, sempet negur aku karena sering jodohin dia (aku
emang punya kebiasaan nyomblangin orang walau belum pernah ada yang berhasil). Yang
aku senang karena dia ini mau terbuka dan cerita beberapa hal yang cukup private, dan aku senang karena dia mau
berbagi cerita. Pernah aku kentutin pas tidur siang bareng di kosan, terus dia
kaget pas bangun karena lihat muka aku yang lebar. Paling nggak emosional,
walau suka moody juga. Yah, biasalah,
cewek.
Yah,
pokoknya aku senang dengan GENG BURJO yang unik ini, akhirnya kita bisa tampil
kompak dan bagus. Bukan karena dipuji dosen itu aku senang, tapi aku senang
karena punya kesempatan untuk mengenal mereka walau nggak dalem-dalem amet,
yang jelas aku sudah bisa menyebarkan virus ‘Salam Burjo’ dan mereka menerima
dengan senang hati.
SALAM BURJO, TAK LEKANG OLEH WAKTU.
-GENG BURJO-
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar