dini hari di akhir musim semi itu tetes-tetes hujan menitikkan suaranya bersahutan kepada lelaki muda yang masih terjaga sendirian ada sebongkah gelisah tua di kepalanya yang ingin ia pecahkan seperti peti-peti es yang terasa hingga menusuk-nusuk tulang atau bak skala suhu yang memanggang erang badan lalu di meja kerjanya ia tuliskan kembali sehelai surat cinta itu : aku mencintaimu kekasihku dengan cara yang tak lagi lugu dalam kelebat bayangmu yang berlari di tepian waktu aku memikirkanmu kekasihku dengan cara yang mungkin tabu dalam kepingan ilmu yang terkoyak di buku-buku aku masih mencintaimu kekasihku dengan segenggam rindu yang haru sepanjang waktu mengeja bahasamu Clayton, 24/11/2005 Diambil dari Blog "Engkaulah Air, Engkaulah Tanah, Engkaulah Udara... Dan Engkaulah Bumi dan Semesta..."