Sepotong kata cinta
tidak sanggup membangun kembali serpihan hati dari kisah yang terkoyak.
Mungkin memang benar bisikan
Angin, bahwa sedu sedan yang ditangisi oleh anak manusia adalah semu belaka. Hari
ini mereka berduka, esok telah bersuka, dan mulutnya bersua kembali.
Mungkin benar nyanyian
Rinai Hujan, yang datang tanpa kata dan pulang dengan makna, tapi setiap
jejaknya lalu tersapu tanpa bekas. Ada yang napak lalu hilang lenyap.
Mungkin benar seruan
Ombak, yang menderu sampai ke ulu, lalu naik ke ubun, singgah di sana tuk
sekejab. Nafas memburu kemudian berhenti, tanda ajal menjemput.
Haruskah aku percaya
ketiganya? Atau aku harus membangun sendiri pengertianku? Aku belajar pada
Angin, Rinai Hujan, dan Ombak.
ADIOS.
bimbang ya mule? :D
BalasHapus