Langsung ke konten utama

Wisata Kuliner #3

Setelah sekian lama tidak berbagi menu yang enak-enak, entah itu camilan sampai makanan berat, kini saya kembali menghadirkan komentar saya atas berbagai makanan yang pernah dirasakan lidah saya ini.
Silahkan menyimak.



Bagelan keju dan pie almond kering. Dua-duanya enak dan dibeli di pom bensin di daerah Cibubur. Untuk anak kosan seperti saya, ini merupakan makanan mewah sebagai camilan. Rasanya enak banget, bagelannya renyah, seperti meleleh bila terkena liur, belum lagi rasa kejunya yang meresap. Almond di pie kering juga nikmat, hanya saja ketika makan itu, tenggorokan saya sedang sakit jadi rasanya kurang greget aja.
Selai nanas buatan mama, enak banget, terasa asli. Dibuat dengan penuh cinta, sementara selai stroberi olahan pabrik yang bisa dibeli di supermarket, merk ‘Buddy Jam’ saya beli karena murah, lumayan enak, dan porsinya yang tidak terlalu banyak. Dulu saya selalu sarapan dengan roti tawar, tapi diganti dengan gandum, sampai akhirnya tidak sarapan sama sekali mengingat perlunya menjaga perut agar tidak kian membuncit.




Quaker Oats Honey Nuts ini, enak banget, saya suka rasa ini dibanding yang ada Raisinnya. Satu bungkus, entah mengapa, bisa seperti satu porsi makan siang dengan menu berat, kenyangnya setara itu loh. Cukup terjangkau, sektiar 3 ribuan, satu bungkus isi 3 keping, jadi seperti satu keeping harganya seribu rupiah. Tentu saja saya tidak membelinya dengan uang sendiri, selalu dibelikan J dan Chocolate wafer Kong Guan di sampingnya itu, selalu jadi pilihan utama kalau beli biscuit Kong Guan sekaleng besar. Kini ada yang menjual wafernya saja tanpa perlu membeli wafer-wafer lain yang sebenarnya, rasanya juga enak, tapi wafer seperti tampak pada gambar, yang paling enak.




Kue bulan. Dalam budaya Cina, ada festival makan kue bulan, masih belum tahu untuk apa, mungkin mendatangkan rezeki, umur panjang, dan kesehatan, atau mungkin artinya sekedar mengucap syukur atas hasil panen atau hasil ikan, atau ada kisah tentang percintaan seorang perempuan kaya dengan lelaki miskin yang tidak dapat bersatu hingga si perempuan menjadi dewi di bulan, saya masih belum menelusuri ini lebih dalam, tapi toh kue bulan yang dibelikan ini terlalu banyak jika harus dihabiskan sendiri, teman-teman yang membantu untuk menghabiskannya. Hoho.

Sekian makanan yang dibahas periode kali ini. Sebenarnya ada yang lain, tapi fotonya nggak ada, jadi nanti susah memvisualisasikannya. Semoga ketemu di file dan kapan-kapan di share lagi yah.

ADIOS.



 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...