Sebenarnya
kisah ini sudah lama ingin aku sampaikan sebagai bahan gundah gulana yang sudah
menjangkit beberapa bulan. Ini tentang kematian Lepi.
Kasihan
Lepi. Setelah lima tahun bersama sejak kelas satu SMA hingga semester empat di
bangku kuliah, dia sudah bersamaku. Waktu aku marah, nangis, nulis kata-kata
yang nggak jelas, waktu aku stress berat, dia yang jadi saksi bisu yang nggak
pernah protes kalau aku toel-toel atau aku tekan dengan keras. Dia nggak marah
kalau aku berteriak dan membentak dia mengatakan bahwa dia ‘Lemot!’
Dia
juga yang jadi saksi bagaimana semua kisah dan semua kenangan yang terangkum
indah dalam foto-foto mahakarya dan video girang dengan tawa yang membahana. Dia
yang paling tahu bagaimana aku begadang buat mendesain sesuatu atau nonton,
atau berpuisi, atau berkisah, atau sekedar web-cam
sama orang di ujung layar di sebelah sana, Lepi tahu kegiatan-kegiatan seperti
itu.
Lepi
yang nemenin aku waktu aku tersesat di hutan beton kampus Binus, dia pengalih
perhatian paling ampuh kalau aku mau sendiri di perpus pusat Depok yang megah
itu, dia yang sudah memakan banyak file dari dunia maya dan memberikan banyak
data juga ke dunia browser.
Mungkin
dia jengah karena terakhir arus listrik yang menyetrum dirinya tak stabil, atau
karena kecipratan air yang tidak dia suka. Lepi koma!
Awalnya,
aku berusaha merawat dia dulu di Dokter.com. dua minggu di rawat inap di sana,
Lepi dinyatakan tak ada harapan. Lepi meninggal.
Akhirnya,
karena tugas makalah yang semakin menumpuk ditambah presentasi yang semakin mendesak dengan dosen yang teramat sangat kritis itu membuat aku
kebut kerja paksa rodi tengah malam begadang dengan teman baru yang
dipinjamkan, Happy.
Happy |
Pemilik |
Maaf
Lepi, bukannya aku begitu saja beralih dan melupakan kamu, ini tuntutan profesi
dan membuat aku harus prepare well
banget pake parah buat para dosen kesayangan itu. Happy memang berwarna kesukaan
aku, ungu, tapi Lepi, bukan itu alasannya. Percayalah, kamu memang AKAN
tergantikan dengan Lepi-lepi yang lain, tapi kamu yang PALING berkesan. Kamu yang
tahu tentang kebelum-berhasilan aku untuk memenangkan lomba menulis di media
apapun yang aku ikuti. Sebuah prestasi yang cukup TIDAK membanggakan. Haha.
Lepi,
semoga kamu tenang yah sekarang setelah tubuhmu dipegang-pegang sama teknisi,
semoga kamu sekarang sudah bisa sedikit lega. Jaga data-dataku untuk sementara,
jangan bawa sampai ke alam ketidaksadaran, aku akan mengambilnya segera setelah
semua urusan administrasi untuk pembelian lepi selanjutnya rampung.
Lepi,
aku sayang kamu. Terimakasih sudah bertahan sampai sejauh ini.
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar