Seems like everybody got a price,
I wonder how they sleep at night.
When the sale comes first,
And the truth comes second,
Just stop, for a minute and
Smile
Why is everybody so serious!
Acting so damn mysterious
You got your shades on your eyes
And your heels so high
That you can't even have a good
Time
I wonder how they sleep at night.
When the sale comes first,
And the truth comes second,
Just stop, for a minute and
Smile
Why is everybody so serious!
Acting so damn mysterious
You got your shades on your eyes
And your heels so high
That you can't even have a good
Time
Lagu ini sering banget aku senandungkan
sendiri dan sering banget terngiang di kepala. Waktu aku cermati kata-katanya,
eh iya juga yah. (Mungkin) benar juga kalau zaman ini setiap orang dinilai
berdasarkan ‘harga’ mereka masing-masing. Maksudku, yang aku tangkap di sini
adalah orang itu dinilai ‘Gaul’ atau ‘Cupu’ berdasarkan apa yang mereka pakai. Mungkin
HP mahal, canggih, dan keren, mungkin dari pakaian, tas, jam tangan, dan sepatu
branded. Mungkin juga tentang make-up yang menghiasi wajah mereka. Seberapa
gaul-kah kamu?
Dulu pas zaman sekolah, gaul itu adalah 3B, behel, BB, belah tengah. Aku bukan
semuanya, jadi nggak gaul dong yah? #hengg
It’s
not about money, Dude.
Di dunia kampus, aku juga sedikit heran karena
ada beberapa orang yang sampai segitu perhatiannya sama aku sampai perhatiin
baju merk apa yang aku pakai. Hello!
Kamu nggak akan nemuin merk Gucci, Zara,
atau Anna Sui di labelnya. Paling banter
banget Hammer, Calvin Klein, Versace,
dan itu pun juga hasil hibah-an.
Terus sepatu, paling merk League dan Crocs yang
keduanya warna pink dan itu pun dari orang, sepatu jogging yang udah nggak mau dipakai cece dan satu lagi dikasih sama
keluarga Rusli.
Jeans? Ada tuh merk Bebe KW kesekian atau Dual
deh paling banter, atau Jeans grosiran di ITC Mangga Dua. Nggak akan nemu merk Secret Circus, Escada, atau Dolce & Gabbana.
Jam tangan? Bukan Rolex, Guess, atau Hublot
kok, cuma merk Swiss Army KW sekian
yang dibeli di Pasar Cengkareng.
Tas yang aku pakai juga dikasih sejak SMA,
merk Harajuku Lover yang lagi-lagi
dibeli di Mangga Dua. Yang Puma itu
juga hasil beli-an dari MLM Oriflame.
Bukan Louis Vuitton, Hermès, atau Alexander
McQueen yang harganya aja bisa buat beli motor Ninja merah yang hot itu.
Hah... Why people just look others by what they wear, what they have in ‘branded’
things, and just wanna have a friendship if they have a luxury lifestyle? I think
it’s so ridiculous.
Seems like money can buy everything. I disagree with that. L
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar