Langsung ke konten utama

Wisata Kuliner #1


Kali ini ada judul baru, namanya wisata kuliner. Untuk selanjutnya, yang namanya wisata nggak bener-bener wisata jalan sih, cuma sekedar berbagi apa-apa aja yang pernah aku cicipi. Mulai dari makanan bekal anak kosan, sampai jajanan kantin.
Ini nastangel, nastar yang atasnya ada keju. Bukan dari iklan keju Kraft itu loh, tapi sebelum itu ada, uda dibuatin sama tante yang emang jago buat kue-kue-an. Enak banget dan ini salah satu favorit nomor wahid kue kesukaan aku. Minumannya White Coffee, menurut aku yang merk Kopi Luwak lebih enak aromanya dibanding Kopiko, ini review aja, walaupun rasanya beda-beda dikit, tapi aroma mempengaruhi cita rasa.
Ini dua contoh selai yang dibelikan buat aku, yang pertama Skippy Chunky, maksudnya adalah bener-bener ada chunk (potongan-potongan kacang kecil seperti dicincang). Sebenarnya kurang baik makan peanut terlalu banyak karena kandungan lemaknya yang tinggi. Yang kedua Nutella. Kata orang ini enak banget, menurut aku biasa aja, cuma entah kenapa buat ketagihan, mau lagi dan lagi. Tidak disarankan untuk makan tanpa dioleskan pada roti, akan menyebabkan ‘eneg’ means mual.
Ini cracker kesukaan aku, manisnya pas, ada campuran keju (my favorite) dengan coklat. Murah dan enak, dan murah, dan enak...
Ini sebenarnya steak yang ada di Kancil, Kantin Psikologi UI. Murah, harganya sepuluh ribuan uang Indonesia. Lumayan kenyang. Yah, dari penampilannya saja tertebak rasanya bagaimana, kan?
This picture is a drink that I made last week with my brother, that’s super duper yummy and of course, make you fat. Ini dibuat dari Popice di blender dengan es, diberi keju Kraft yang diparut, potongan Orea, bubuk Milo, dan stick chocolate Chocolatos.
Sekian share tentang makanan dan minuman yang aku rasakan dan rekomendasikan, (mungkin) membuat anda tertarik.


ADIOS.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...