Ini mungkin sindrom karena sedang booming pernikahan anak-anak gadis di
keluargaku. Kakak sepupu tertua sudah menikah, Desember 2012 kemarin. Sementara
kakak sepupu dan kakak kandung perempuanku juga sedang merencanakan pernikahan
dan prepare ini itu. Ini bener-bener
jadi sindrom pernikahan yang akan mewabah dan tentu saja, siapa yang kena
imbas? Aku!
Halo, aku seorang gadis manis cantik dan lucu
berumur 19 tahun, seorang remaja ceria yang masih sangat belia. Kalau ditanya, “Berapa
umurmu?” Aku dengan senang hati akan menjawab, “Belasan!” Merasa muda, jiwa
muda, semangat muda. Semuanya muda. Muda itu identik tidak ada keriput.
Tapi masalahnya bukan karena aku akan berumur
20 tahun, yang kalau ditanya, “Berapa umurmu?” Aku akan menjawab, “Puluhan
tahun.” -____-“ Tak bisa menentang waktu yang kejam.
Yang jadi masalah itu bermula dari pertanyaan
seorang tante aku yang mengingatkan seolah-olah aku akan segera menjadi tua,
dan orang tua identik dengan, MENIKAH.
Waktu itu pesta pertunangan cece (kakak perempuanku).
Tentu saja keluarga besar pihak mama, papa, dan beberapa kenalan juga turut
diundang. Adalah seorang tante, sebut saja tante Pepi. Emang sih dia adalah
tante yang care banget kalau
menyangkut masalah jodoh menjodohkan, siapa bakal jodoh sama siapa, pasang ini
pasang itu, dan lainnya.
Bukan berita baru bagi ketiga saudaraku dan
cece aku kalau mereka punya pacar yang bahkan tidak bisa diingat siapa urutan
ke berapa, putusnya kapan, dan dapet yang baru kapan (lebay!). Tapi bagi aku
yang seperti ugly duckling di tengah
kumpulan pretty swan itu adalah sesuatu yang benar-benar WOW kalau itu adalah aku. Masalahnya
di sini bukan ada atau belum ada, tapi masalahnya di sini karena sindrom
pernikahan yang aku bilang adalah...
Sebuah pertanyaan mengejutkan bagi aku, seorang
gadis manis cantik dan lucu berumur 19 tahun, seorang remaja ceria yang masih
sangat belia ini adalah...
“Kapan kamu menikah?”
JENG-JENG!
Please, aku baru belasan tahun. Hiks.
Dan pertanyaan itu dilontarkan di depan
keluarga besar. Hening. Waktu itu beneran hening dan aku mati kutu. Mereka nunggu
jawaban aku. Masalahnya ini adalah acara pertunangan cece aku. Hello! Kalian kayanya salah tanya orang
deh.
“Kalau –Sebut namaku- sekolah dulu, belajar
dulu yang bener. Cecenya aja belom...Hahaha...” Papa memecah suasana. Tawa maksanya
itu diiringi oleh tawa yang lainnya.
“Oh iya, bener-bener. Masih kuliah yah. Jangan pacar-pacaran,”
kata salah seorang, lupa siapa.
Padahal baru aja aku ditanya kapan nikah. Mi Yes Ta! Kayanya kalian beneran salah
orang tanya kaya gitu ke aku. Me and my ugly
duckling story...
Keesokan harinya, sindrom itu belum hilang. Tante
Pepi yang masih ada di Jakarta, rumahnya di Pontianak, dateng. “-Sebut namaku-,
mana pacar kamu?”
Aku cengir lebar. Makasih loh tante, makasih
banyak uda nanyain pacar aku, tante perhatian banget sama aku. Senyum lebar,
gigi kering, siap-siap, ngaburrrrr. “Ma, aku pergi dulu yah.”
Sindrom pernikahan ini nggak luput begitu aja. Karena
cece sedang repot mempersiapkan ini itu buat pernikahannya, aku yang suka ikut
nimbrung, jadi ikutan ditanya.
“De, baju yang mana yang bagus?” sodorin semua
foto-foto wedding dress.
“De, kue mana yang modelnya oke?” sodorin semua
foto-foto wedding cake.
“De, gedung ini spesifikasinya ini, harganya
segini, target tamu undangan segini, worth
it nggak? Muat nggak?” sodorin semua foto-foto wedding ballroom.
“De, aku uda cobain cathering ini.” sodorin semua brosur wedding cathering.
“De, aku udah ke pameran wedding nih.” sodorin semua brosur wedding packet.
“De, aku udah liat kartu undangan.” sodorin
semua foto-foto wedding card.
“De, sofanya aku suka yang ini, menurut kamu
gimana?” sodorin semua foto-foto wedding sofa.
“De, lihat deh dekor belakangnya, aku mau yang
ini, bagus kan?” sodorin semua foto-foto wedding
decoration.
“De, aku udah..................................”
sodorin semua...
Panjang, banyak. Dan respon aku, KEPO.
Sampai tengah malem malah searching di google, download
foto-foto baju pengantin yang menurut aku bagus sekaligus model sanggulannya,
sarung tanganya, mahkotanya, browsing
tentang lagu-lagu pernikahan yang malah buat aku sering berimajinasi berlebihan
(masih muda Le, inget, kuliah! Fokus bantu cece, bukan kamu yang nikahan
sekarang ini), lihat-lihat model wedding
cake, coba-coba bikin desain dekorasi gedung pernikahan, ikut komentar
tentang budget, dress buat pihak keluarga, desainnya, warnanya, tata ruangnya, tata
riasnya, tema acaranya, dan.........banyak. Berasa aku udah pengalaman jadi EO
aja, padahal belum, akan, tapi kontemporer. Dan sindrom pernikahan ini
bener-bener membuat aku, SEMANGAT! Haha.
Well, this is will be her good day, so totally, I just want to help
her. What can I do, I will do. Wedding is just for once in life.
“Ce, mulai bikin notes. Catet pengeluaran pemasukan yang mungkin sesuai kocek kamu. Mulai
list siapa aja tamu undangan. Mulai pikirin
baju buat pager ayu, buat saudara perempuan kedua pihak keluarga, pangkas
pengeluran yang nggak perlu, inget irit mulai sekarang. Butuh biaya besar buat
nikah.”
Dan ketika aku diajak kondangan, selalu aku
perhatiin sekarang. Mulai dari cita rasa makanan, berapa banyak pondokan, apa
aja yang tamu prioritaskan dalam memperebutkan makanan pondokan yang terbatas
itu, minumannya, dekorasinya, baju pengantin perempuannya, laki-lakinya, baju
mama-papa kedua mempelai, gapuranya, karpetnya, langit-langit ruangannya,
taplak mejanya, ice carving-nya, heels dan dress-nya, pager ayunya, penerima tamunya, buku tamunya, souvenir
pernikahannya, table memories-nya, bucket bunganya, sampai ke urutan acaranya,
dan aku, hafal.
Pertama (versi beda-beda, tapi ini secara umum
dan lagi trend saat ini), orangtua mempelai
laki-laki (groom) akan memasuki ruangan
yang sudah diisi para tamu, diiringi lagu-lagu khas pernikahan. Kemudian,
disusul oleh orangtua mempelai perempuan (bride).
Jikalau kedua mempelai mempunyai saudara entah itu lelaki atau perempuan, maka
mereka juga berjalan di atas karpet (merah), berpasangan sebisanya. Kedua mempelai
akan menyusul yang diiringi sepasang pengapit perempuan dan laki-laki di
depannya. Boleh ada penari kalau mau. Itu yang normal. Tapi yang sekarang, groom akan berada di ruangan, menunggu
sang bride yang akan menunggu di
bawah gapura. Groom akan menghampiri bride sambil menyanyikan lagu pernyataan
cinta, ini kalau suara groom bagus,
biasanya baru akan dilakukan. Ada sesi sujud segala sambil megang tangan bride, dicium, baru dibawa ke depan. Di depan
akan dilangsungkan pemotongan kue, suap-suapan kue pada kedua orangtua dari
kedua pihak mempelai, saling suap antar pasangan pengantin, wedding kiss, wedding toss dengan posisi kedua mempelai dan orangtua kedua pihak
sudah berada di atas podium, biasa akan dibagikan anggur seperti wine, sampagne, vodka, atau bir yang
kada alkoholnya rendah dalam gelas kaca, atau bisa juga dengan jus atau minuman
bersoda kepada beberapa tamu. Ini simbol kalau kita ikut sukacita dengan
pernikahan ini. Kemudian, dilanjutkan doa makan, selesai itu kedua mempelai dan
orangtua kedua mempelai duduk di sofa di atas podium. Kalau ada tamu yang mau
salam, silahkan naik ke panggung. Biasanya tamu akan langsung menyerbu makanan,
biasanya...
Ada juga sesi kedua mempelai turun dari atas
panggung, menyapa para tamu. Yang masih belum married biasa dikasih coklat atau ‘oleh-oleh’ kecil dari kedua
pasangan supaya bisa cepet nyusul. Pengapit mengikuti dan membawakan
sekeranjang ‘oleh-oleh’ itu. Ada juga sesi foto-foto dengan kamera pribadi. Setelah
puas, kedua mempelai kemudia naik ke panggung untuk acara sesi lempar-lemparan.
Dulu lempar bucket tapi sekarang bisa
divariasikan dengan lempar boneka, lempar bola, lempar apa aja deh. Nanti yang
menangkap, akan diberi hadiah, misalnya HP, Voucher, dll.
Setelah itu ada acara foto bersama. Foto dari
perusahaan ini ngumpul, temen SD sampai temen kuliah, temen kerja, keluarga
inti, keluarga jauh, keluarga deket, keluarga besar, ada sesi foto bersamanya. Kalau
tamu pulang, pasangan pengantin beserta kedua orangtua masing-masing pasangan
disalam.
Singkat cerita seperti itulah, sampai
berkali-kali datang ke kondangan, hafal. -___-“ Oke, aku siap mengadakan pesta
pernikahan, buat cece-ku.
Ngomong dari mana sampai ke mana yah. Ya itulah,
bermula dari acara nikahan kakak sepupu tertuaku sampai berlanjut di tata cara
pernikahan.
Buat yang mau menikah dan butuh saran dalam
pemilihan ini itu, silahkan boleh tanya kepada aku. Nggak ada jaminan, tapi
mungkin bisa membantu dengan pengalaman yang seperti ini. Siapa tahu ada job jadi MC di pernikahan atau jadi
pemain biola, jadi singer-nya juga
boleh, atau pengapit, atau pager ayu, atau penjaga tamu, atau fotografer,
atau.... ya sudahlah.
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar