Langsung ke konten utama

Team Building-TMII

Team Building MUN 2013 kali ini ke TMII, Jakarta Timur. Dalam timbul ini, kita diajak jalan keliling TMII yang super luas itu, berkali-kali, masuk keluar anjungan yang ada di sana. Anjungan itu seperti rumah adat percontohan dari tiap provinsi di Indonesia dan khas tiap daerahnya serta ada peralatan yang menjadi bagian budaya daerah tersebut.
Waktu berada di anjungan rumah adat Batak Toba, langsung merasa bangga lantaran Daddy dan Ibu berasal dari sana. Waktu berada di anjungan Kalimantan Barat, langsung merasa bangga juga karena Mama dan Papa berasal dari sana. Setiap daerah punya ciri khas sendiri dan ada beberapa hal yang  malahan baru aku tahu dan aku pelajari dari anjungan-anjungan itu. Ternyata suku-suku di Indonesia ini masih kental dengan okultisme. Perpaduan dua kebudayaan itulah yang menghasilkan aku, putri mereka yang seperti ini... J
Rumah Adat Batak Toba

Rumah Adat Toraja

Ngomong-ngomong soal mereka, ada beberapa persamaan respon mereka terhadap penampilan aku.
Hal potong rambut. Respon:
Daddy: Perempuan itu rambutnya panjang
Papa: Jangan pendek-pendek
Ibu: Nanti potong rambutnya depannya aja pendek, belakangnya panjang, poninya panjangin
Mama: Terserah kamu, jangan pendek-pendek nanti keliatan gendut
Hal kutek kuku. Karena mama suka ngajakin nail art dulu, dan Ibu juga suka kutekan, jadi respon yang ada:
Daddy: Serem
Papa: Kenapa kuku kamu?
Koko: Jelek
Hal tindik telinga atau hidung. Respon:
Papa: Anak papa mau jadi preman
Hal pakai tatoo (walau temporer). Respon:
Daddy: Jangan
Papa: Jangan aneh-aneh
Hal pakai gelang banyak-banyak. Respon:
Papa: Kamu pake apaan sih?
Seperti itulah kira-kira tanggapan orangtua, jadi curhat. Habis keinget karena anjungan-anjungan itu sih.

ADIOS.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Si Pita Hijau, Kuning, dan Merah

Ini pengalaman ospek yang lucu, menggemaskan sekaligus menyebalkan. Pasalnya, aku belum pernah mengalami hal seperti ini. Ini terjadi pagi hari saat hari pertama OKK, ospek untuk Universitas di Depok berlangsung. Jam 7 pagi kami semua harus berkumpul, tapi aku dan teman-temanku malah berjalan santai berlenggang kangkung bak putri solo yang memakai kebaya rapat jaman dahulu. Jadi pada intinya, kita jalannya santai aja padahal ada kakak senior berjakun yang jagain dan ternyata kita nggak boleh naik bikun(alat transport)ke balairung, tempat berkumpul dan acara berlangsung. Otomatis, kita mesti lari-larian dari teknik melewati ekonomi, melewati jalan diantara FIB dan FISIP. Ngos, ngos. Pemeriksaan. Cek list, pass... Jalan santai lagi sambil menikmati hawa sejuk yang agak menusuk kulit tapi pemandangan hijaunya daun menyegarkan sekali. Kami seperti menganggap ini adalah jalan santai, jalan pagi bagi para manula untuk menghindari osteoporosis. Sementara, senior-senior berjakun sudah ber...

Jadi Anak Kecil

Sebenarnya kepikiran aja tadi di jalan, enak yah kalau jadi anak kecil. Minta ini itu seenaknya, berasa nggak punya beban kalau orang yang diminta bisa aja kelimpungan buat memenuhi permintaan itu. Tinggal ngambek aja kalau ga dikasih, bisa marah-marah seenaknya, paling ditabok dikit. Bisa merengek dan melakukan kesalahan tanpa benar-benar disalahkan. Enak yah kalau jadi anak kecil yang punya orangtua yang sayang dan care gitu, yang protective dan selalu bisa diajak komunikasi. Enak banget, nggak perlu pusing mikirin besok makan apa, laporan udah selesai atau belum, ketemu rival nyebelin, atau mikirin besok mau pakai baju apa dan godain mas-mas mana lagi. (eh) Jadi anak kecil itu gampang-gampang susah, tinggal minta, tinggal nangis buat nyari perhatian. Buktinya aja baby , pipis, pup, laper, apa-apa semua tinggal nangis. Digigit nyamuk, gatel, nangis. Ga bisa tidur, nangis. Sakit, nangis. Nah, giliran orangtua yang rempong, mengartikan semua ketidakjelasan dari anak kecil. Bi...

Mengeluh

Seandainya aku punya kesempatan untuk memilih untuk mengeluh, pasti aku akan mengeluh terus. Sayangnya, aku nggak pernah dikasih pilihan untuk mengeluh, malahan aku digenjot untuk selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur dalam segala keadaan. Dan itu sangat MENYENANGKAN! Setiap orang selalu ingin mengeluh, boleh mengeluh. Hampir tiap hari aku bisa dengar orang  lain mengeluh. “Aduh capek.” “Aduh ujian tadi nggak bisa L ” “Aduh! Nggak ngerti pelajarannya...”  “Aduh, badan sakit.” Dan segala macam aduh dan aduh dan aduh. Sepertinya mengeluh itu enak. Aku yakin, sekali dua kali pasti ada kata aduh terlontar dari bibirku, tapi untuk full   mencurahkan segala keluh kesah, mulut ini seperti dibekap. “DIAM KAMU!” Waktu itu pernah jalan jauh, tentulah capek dan spontan aku bilang, “Aduh, capek.” Langsung saja pernyataan itu ditanggapi dengan tegas, “Jangan ngeluh!” Pernah aku bilang, “Aduh, nggak ngerti pelajaran ini.” Dan orang akan menatap dengan ta...