Saya pernah membaca sebuah buku yang judulnya “Kreatif
sampai Mati”. Simple, cover-nya
sederhana, tapi begitu melihat bagian dalamnya, menarik. Bukan sekedar novel
yang isinya tulisan semua, bukan juga seperti komik-komik anime, tapi perpaduan keduanya membuat saya membacanya sampai
habis. Ada dalam satu bab membahas mengenai lambang Transjakarta yang berupa elang
bondol membawa tiga biji salak. Dikritik habis-habisan disana dengan lucunya
tapi bukan sekedar itu, penulis memberi solusi lain mengenai lambang
Transjakarta yang membosankan menjadi lebih menarik dan sedap dipandang sejauh
mata memandang adanya bus Tranjakarta itu melaju, elang bondol kekar mengangkat
biji salak seperti super hero, mungkin mengartikan bus yang kokoh dan dapat
mengangkut penumpang kemudian mengantarkannya secepat elang terbang sampai
pemberhentian berikutnya.
Bicara soal burung, baru saja hari ini saya diajak menemukan
sebuah sajak yang bagus seputar burung.
Tetapi orang-orang
yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali
yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi
lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah..
Yap, Rajawali, lambang burung buas negara kita,
Indonesia. Satu-satunya lambang negara bergambar burung adalah Indonesia (boleh
berdiri sambil tepuk tangan, mungkin anda bangga). Nah, perihal soal burung
ini, saya mencampurkannya dengan kekuatan ilmu pengetahuan yang entah mengapa
tak bisa lepas dari bau FISIKA.
Kenapa Rajawali bisa terbang tinggi, jarak jauh, tapi tak
lelah-lelah juga, tidak sesak nafas karena asma #eh?
Jawabannya disini berhubungan dengan rumus fisika yaitu
ENERGI MEKANIK.
Nah, seperti yang kita tahu, energi itu bersifat kekal. Energi
mekanik itu terbentuk dari gabungan antara energi potensial dan energi kinetik.
Energi potensial ditinjau secara vertikal dan energi kinetik secara horizontal.
Oke, ini bukan blog untuk rumus fisika, tahan sebentar,
biar saya jelaskan maksud dari apa yang saya tuliskan.
Saya akan memberi contoh yang mudah dipahami.
Misalnya anda memiliki energi 100 joule (Joule adalah
satuan energi). Ketika anda mempunyai beban 50 kg, maka kecepatan anda adalah 2 m/s. Bila beban anda dikurangi menjadi 8 kg,
maka kecepatan anda menjadi 5 m/s. Nah, bisa dibayangkan, semakin ringan
beban kita saat berlari, semakin cepat kita berlari. Tapi bagaimana bila anda
tidak mempunyai beban? Tentu saja energi anda adalah 0 joule. Jadi, bisa
diumpakana, hidup dengan beban ringan bisa sukses-lah (bahasa mudahnya), kalau
hidup tanpa beban, tentu saja artinya mati. Sebab orang mati tidak punya
apa-apa lagi untuk dikhawatirkan, tak perlu susah-susah mengganti oksigen
dengan karbondioksida tiap detik, kan?
Begitu juga dengan energi potensial, semakin ringan beban,
semakin tinggi anda melambung, tapi tanpa beban, tentu saja anda tidak bisa
melambung, hilang lenyap...
Bila ditarik sebuah garis keatas dan kebawah seperti
hal-nya arah tinjau energi potensial dan energi kinetik membentuk tanda positif
(+) loh sehingga hidup menjadi
positif dalam segala hal (hehe).
Jadi, kembali lagi soal rajawali tadi, seekor burung saja
dapat memanfaatkan rahasia energi mekanik ini tanpa perlu menggeluti hidup bertahun-tahun
dengan rumus-rumus itu, dia bisa terbang, dia bisa melaju di angkasa yang
terhampar luas. Hidupnya tak khawatir akan apa yang ia makan atau pusing dengan
ketinggian. Beban hidup seekor rajawali adalah bagaimana ia dapat bertahan
dengan makanan hari ini, bagi dirinya, bagi anak-anaknya.
Mungkin sebagai manusia yang memiliki akal budi yang
terus menerus seharusnya diperbaharui dari hari kesehari sampai seterusnya memperoleh
pengertian (saya tidak akan beritahu apa pengertian itu), baru bisa mengetahui
rahasia yang BESAR, HARTA yang TAK TERNILAI. Sesuatu yang
bermakna dalam hidup ini. Kalau anda tidak bisa, mungkin anda harus belajar
pada rajawali, bila tak dapat juga, status anda sebagai manusia, patutlah
dipertanyakan. #sadis
ADIOS.
Komentar
Posting Komentar